Mohon tunggu...
Ahmad Subarkah
Ahmad Subarkah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswastawan pengamat Budaya, spiritual dan Politik

Sarjana filsafat, tertarik pada spritual universal dan local wisdom.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Internet Ajang "Clash of Civilization"

6 Juli 2019   09:42 Diperbarui: 6 Juli 2019   10:00 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

A. Clash of Civilization

Samuel Huntington, dalam bukunya The Clash of Civilization and the Remaking of World Order (1996), berpendapat bahwa dengan berakhirnya perang dingin sumber konflik utama yang dihadapi umat manusia tidak lagi masalah ideologi dan ekonomi, tetapi perbedaan kebudayaan. Dengan berakhirnya Perang Dingin yang ditandai dengan runtuhnya ideologi komunisme, wilayah konflik meluas melewati fase Barat, dan yang mewarnainya adalah hubungan antara peradaban Barat dan non-Barat serta antar peradaban non-Barat itu sendiri. 

Huntington mengelompokkan negara-negara bukan atas dasar sistem politik ekonomi, tetapi lebih berdasarkan budaya dan peradaban. Ia mengidentifikasi sembilan peradaban kontemporer, yaitu, peradaban Barat, Cina, Jepang, Amerika Latin, Afrika, Hindu, Budha, Islam, dan Kristen Ortodoks. Benturan yang paling keras -- menurut Huntington - akan terjadi antara kebudayaan Kristen Barat dengan kebudayaan Islam. 

Tesis tersebut secara tidak langsung memperkuat asumsi sebagian besar ilmuwan Barat yang melihat Islam sebagai aggression and hostility (agresi dan ancaman). Dunia telah memasuki era digital, maka internet menjadi ajang (playing field) bagi The Clash of Civilization, dan membuat hukum penistaan agama tak berkutik.

B. Hukum Penistaan Agama

Hukum penistaan agama (atau di Indonesia dikenal sebagai Undang2 Penodaan Agama, UPA) adalah hukum yang melarang penistaan agama, yaitu sikap tidak sopan atau penghinaan terhadap tokoh-tokoh suci, kelompok agama, benda suci, adat, atau kepercayaan. Hukum penistaan agama adalah "salah satu hukum ujaran kebencian tertua yang masih bertahan sampai sekarang". Menurut Pew Research Center, sekitar seperempat negara di dunia (26%) memiliki hukum atau kebijakan anti-penistaan agama per 2014. 

Di beberapa negara, hukum penistaan agama dipakai untuk melindungi agama mayoritas, sedangkan di negara-negara lain, hukum ini dipakai untuk menjamin perlindungan terhadap agama minoritas.

Di negara maju dan modern, segala hal boleh diperdebatkan demi kemajuan peradaban asal tidak disertai kekerasan phisik, masyarakatnya sudah tidak mau lagi model komunikasi satu arah semacam indoktrinasi atau brain washing. 

Oleh sebab itu tidak heran kalau masyarakat modern tidak menyukai UPA, sebaliknya di negara berkembang UPA sering dipergunakan sebagai alat politik untuk menidas pendapat yang membahayakan eksistensi suatu keyakinan yang "penakut". Gus Dur mengatakan "Tuhan tidak perlu di bela", beliau menyarankan agar UPA dicabut karena telah "memalukan Tuhan".

C. Internet Merontokan Diktator Politik dan Agama

Di era digitalisasi yang dikenal sebagai Revolusi Industri 4.0, Internet telah mengubah cara hidup sebagai berikut:

Nicholas Negroponte penulis buku Being Digital yang terbit pada tahun 1995 bernubuat: "Computing is not about computers any more. It is about living."

Revolusi teknologi informasi telah membebaskan komputer dari sekedar kotak berisi keyboard dan layar hingga menjadi bendabenda yang kita gunakan untuk berbicara, kendarai, sentuh, bahkan gunakan.

Teknologi informasi mengubah cara hidup; cara kita berbisnis, cara kita belajar, cara kita menggunakan waktu luang kita, cara kita kontak dengan pemerintah, dan cara kita berdemokrasi.

Internet menjadi instrumen paling kuat dalam abad ke-21 untuk meningkatkan transparansi dalam mengawasi pemerintahan, memberi akses pada informasi, dan juga memfasilitasi warga untuk berpartisipasi dalam membangun masyarakat yang demokratis.

Internet bukan hanya memampukan seseorang untuk menggunakan hak untuk berpendapat secara bebas, tetapi juga menyuarakan HAM dan mendorong kemajuan masyarakat ke arah yang lebih baik.

Masyarakat sedang menggunakan internet untuk melakukan counter-power terhadap negara, agama, dan oligarki yang otoriter.

Internet adalah alat penyerbuk luar biasa yang mengubah pertarungan seorang diri menjadi kampanye massal; mengubah erangan menjadi gerakan; menggairahkan perhatian ratusan, ribuan, jutaan orang dan membangkitkan mereka untuk bertindak.

Berikut ini beberapa contoh Internet yang telah mengubah dunia dalam 20 tahun terakhir:

Kejatuhan Soeharto di Indonesia (1998); John McDougel membuat aplikasi dengan nama forum Apa Kabar, dengan  mengorek dengan tuntas dan teliti sistem Orde Baru dan Dwi Fungsi ABRI. Semestinya, John McDougel digelari Penggerak Reformasi Nasional.

The Arab Spring di Tunisia, Mesir, Libya, Yaman, Suriah, Bahrain. Memicu protes besar di Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, dan Oman, dan protes kecil di Kuwait, Lebanon, Mauritania, Arab Saudi, Sudan, dan Sahara Barat. (2010-2012)

Referendum Uni Eropa/Brexit (2016)

Referendum Catalonia (2017)

Kissinger, ex Menlu USA, mengatakan : "Siapa yang menguasai informasi akan menang". Maka tidak heran bila dunia cyber menjadi rebutan dominasi yang mengakibatkan konflik kepentingan. Berikut adalah pendapat para ahli tentang rebutan kekuasaan dunia Cyber:

Sama seperti tanah, air, udara, dunia siber menjadi rebutan dan perebutan itu dapat menciptakan konflik.

Dunia siber adalah dunia hasil konstruksi banyak pihak dari berbagai kalangan, baik itu dari militer, pemerintah, pendidikan, pengusaha, politisi hingga kelompok aktivis, yang pada kurun waktu memiliki kepentingan di dalamnya.

Melalui internet, perang politik, ideologi dan agama dalam bentuk debat dapat dinikmati seperti menonton pertandingan tinju atau sepak bola atau badminton. Bedanya, tontonan debat di internet dapat mencerdaskan, menambah wawasan, menambah bijaksana, dan menghidupkan nalar para pemirsanya, namun ingat selalu ada sampah di dunia ini dan sampah di internet disebut hoax/asal bicara.

D. Debat Paling Baik dan Terpopuler di Dunia saat ini.

Para cendekiawan Barat mengklaim telah dapat mengalahkan Komunis dan para Mabok Agama melalui perdebatan dalam bentuk forum, diskusi, paper ilmiah dan mass media saat itu. Kaum mabok agama telah membuat Eropa mengalami jaman kegelapan ratusan tahun, reformasi yang dilakukan oleh Martin Luther dan Karl Marx dst. telah membuat agama menjadi bukan sesuatu yang wajib dimiliki, melainkan ajarannya yang wajib tertanam di hati sanubari. 

Dari pengalaman historis, nampak agama sering digunakan untuk mendapatkan harta dan kekuasaan melalui politik. Mirip dengan nasib agama, Komunis juga hancur berantakan melaui pertempuran ideologi lewat media televisi, akibatnya negara Soviet Union pecah berantakan menjadi negara2 kecil yang rindu demokrasi. 

Setelah mabok agama Kristen dan Komunis dikalahkan oleh para cendekiawan Barat, maka serangan diarahkan ke Islam mengingat gunjang-ganjing dunia (kekerasan/kekejaman) yang dilakukan oleh radikal Islam. Dunia Barat dan negara modern lainnya (Jepang, Taiwan, RRC, dst) menganggap bahwa Islam telah menyumbang ideologi kekerasan yang membahayakan dunia.

Faham radikal tidak dapat dikalahkan dengan perang pisik, sebagai contoh Amerika telah gagal dalam perang Vietnam dan Afghanistan. Salah satu alasan tetap untuk melanjutkan perang pisik adalah keuntungan ekonomi hasil penjualan alat militer pemusnah manusia. Ajang pertempuran ideologi dan agama tidak lagi membutuhkan medan pertempuran pisik, melainkan berpindah menjadi pertempuran maya di internet. 

Berikut ini contoh tontonan debat ideologi di YouTube yang saat ini dianggap paling menarik dan paling mencerdaskan bagi orang yang waras otaknya bukan orang yang mabok agama:

- Christopher Eric Hitchens (an author, columnist, essayist, orator, religious and literary critic), kritikus agama paling tajam

- Dr. Sam Harris seorang doktor phisika dan agnostik  

- Dr. Bill Warner, doktor di bidang mathematika dan fisika (Center for the Study of Political Islam), pakar hukum Syariah

- Dr. Robert Spencer, pakar Jihad penulis The History of Jihad

- David Wood, pakar debat Islam dan Kristen

- Debat Douglas Murray dan Ayaan Hirsi Ali, pakar budaya klas dunia

- Last but not least debat Christian Prince, pakar Islam dan Kristen. Perlu dicatat bahwa Christian Prince adalah penantang debat dengan Muslim seluruh dunia, seorang diri dia dengan "sombong" merasa belum pernah terkalahkan dalam debat oleh pakar Muslim sedunia (semoga ada pakar Islam dari Indonesia yang merasa terpanggil untuk mengalahkan Christian Prince). Puluhan video debatnya dalam bhs Indonesia dapat dinikmati di YouTube dengan kata kunci: Christian Prince Indonesia.

Dst. (mungkin pembaca ada yang tahu sumber yang lain yang lebih mantap)

Sekian dan selamat mencicipi debat internasional diatas, semoga tambah wawasan dan tambah bijak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun