Mohon tunggu...
yuli astuti
yuli astuti Mohon Tunggu... -

mengajar dan mencintai dunia pendidikan, bermimpi karena dengan bermimpi kita punya kenyataan....tuk wujudkan impian... berkebun...meski dengan lahan mungil karena dengan berkebun kita selamatkan bumi kita sejak dini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerita Cinta Di Ujung Senja (Part 5)

16 Juni 2012   13:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:54 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selasa pagi, tampak anak-anak sedang membuat beberapa karya untuk memeriahkan acara hari Anak Indonesia, diantaranya sebuah lukisan yang di buat oleh salah satu siswa SMP kelas 2 yah...Manto namanya, sungguh indah lukisannya, “Anak ini berbakat, “kata pak Yul guru Seni. “To, sejak kapan kamu melukis, tanya pak Yul pada Manto

“tiap hari pak, orang saya mending nglukis dari pada belajar matematika, jawabanya sambil tersenyum”

“ Bagus kembangkan potensimu, kelak jadi pelukis ternama” kata Pak Yul dengan penuh semangat sambil meneput bahu Harmanto.

Semua anak sibuk dengan kegiatannya masing – masing tak terkecuali Sheila yang sedang membuat gradasi warna di kanvasnya, sedang temannya Ical, Yani, Mawar dan si mata elang sibuk dengan kegiatannya sendiri, mereka mempunyai topik masing – masing dalam berkarya. Waktupun usai, saatnya memberikan hasil karyanya pada Pak Yul dan akan dinilai oleh beliau siapa yang berhak mewakili sekolah menuju tingkat berikutnya yaitu kabupaten. Satu persatu lukisan itupun dinilai, ketika Pak Yul melihat lukisan Manto beliau tercengang Subhanallah, bagus sekali seperti lukisan Efendi sang maestro. Beberapa lukisan terbaik ia kumpulkan untuk ditempel di Mading Sekolah sebagai penghargaan terhadap anak-anak yang sudah membuat karyanya, termasuk lukisan yang menggambarkan sebuah persahabatan dua anak manusia yang dilukis dengan sepenuh hati oleh si mata elang.

Riuh dan sorak sorai anak-anak saat melihat lukisan itu dipasang dimading, dengan menyelidik Sheila menghambur ke arahmading yang terdapat dikoridor pintu masuk sekolah. Yah papan kaca yang lebar dengan hiasan dindingnya yang menawan, sangat menarik pembaca serta mengundang tanya sehingga akan selalu mampir di mading itu.

“Ada kabar baru ya..?” tanya Sheila pada Sony yang berdiri di depan mading bergerombol dan ramai membicarakan sesuatu. Tiba-tiba muncul si mata elang mengagetkannya. “Hai Sheil..mau lihat lukisanku ya....?

“Coba deh kamu tebak aku melukis apa ? “

Sheila mencoba melongok kearah papan itu dan deg..ternyata gambarnya ada di sana bergandengan dengan seorang anak lelaki yang tak lain adalah dia si mata elang.

“hei itu kan gambarku, kok kamu bisa gambar kaya gitu sih ...? “ “bikin malu aja “ dengan kesal Sheila melangkahkan kakinya menuju kelas dan ia taruh tasnya di atas meja lalu ia telungkupkan kepalanya diantara tangan-tangannya.

“Sheil maaf ya kalo gambarku membuatmu tidak senang, habis aku bingung mau gambar apa, yang ada dipikiranku kamu yau udah aku gambar kamu aja..akhirnya” Si mata elang menarik bangku dan duduk didepan Sheila yang masih juga menunduk menyembunyikan wajahnya .

Si mata elang dengan setia menunggu Sheila bicara, namun tak ada katapun dari Sheila hanya rona merah dipipinya yang menggambarkan ia tampak geram melihat tingkahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun