“O..........pak Abu .....tadi ketemu aku, trus Beliau bilang “Hen jaga Sheila ya, itu ban sepedanya kempes tolong kamu bantu pompa, kebetulan bapak baru saja di telpon dari rumah, kalau anak bapak sakit, jadi bapak harus segera pulang”, gitu Sheil, katanya dengan sangat meyakinkan pada Sheila membuat Sheila tidak begitu gugup menatapnya.
“ Ya sudah kalu begitu kamu minggir dulu aku mau pompa sepeda, pinta Sheila padanya. “ “Sheil aku bantu kamu yah, sini pompanya”.
Akhirnya Sheila luruh dengan nada sopannya, ia berikan pompa sepeda itu pada si mata elang yang sudah menemaninya sore itu. Selesai pompa itupun mereka kembalikan berdua, ke rumah mba Yam si ibu kantin.
“Minum dulu ya Sheil aku haus ni....“ Pintanya penuh harap.
“ Ya sudah ..” Sheila tak dapat menolak ajakan Hendrik si mata elang untuk minum di kantin mba Yam, seusai mereka mengembalikan pompa sepeda, karena ia sudah sangat baik membantunya kali ini.
Diperjalanan pulang merekapun beriringan naik sepeda, namun Sheila masih heran kenapa si mata elang itu mengikutinya, dengan cepat ia mengerem sepedanya dihadapan sepeda Sheila dan mereka hampir bertabrakan.
“Sheil aku anter kamu pulang ya.. udah sore masak kamu sendirian pulangnya ntar ada yang culik lo...” candanya.
“Gak usah repot – repot, rumahmu kan ke arah sana, lawan arah sama aku, lagian masih terang ini aku berani kok naik sepeda sendiri, makasih sudah membantuku tadi “ kata Sheila dengan harapan Hendrik tidak mengikutinya.
“ Boleh ya..Sheil, gak apa aku lewat tempatmu aja pulangnya, muter dikit tidak membuatku lelah, kan ada kamu disampingku”
Sheila hanya terdiam dan mengayuh sepedanya kembali, dengan membiarkan ia mengantarnya sampai depan rumahnya.
Kedua anak itupun bersepeda beriringan mereka sungguh serasi, meski masih dini mereka mengerti bahwa perjalanannya masih panjang. Masih perlu berbenah dan masih perlu menuntut ilmu yang lebih tinggii guna mengejar cita- citanya.