Mohon tunggu...
Astuti Yuli
Astuti Yuli Mohon Tunggu... -

mengajar dan mencintai dunia pendidikan, bermimpi karena dengan bermimpi kita punya kenyataan....tuk wujudkan impian... berkebun...meski dengan lahan mungil karena dengan berkebun kita selamatkan bumi kita sejak dini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerita Cinta di Ujung Senja ( Part 3 )

18 Mei 2012   08:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:08 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

(...........sebelumnya) Mentari pagi menyembul di balik bukit cadas yang mulai gersang, udara dingin menyelimuti kulit dan menembus tulang, embun pagi yang bergayut dalam ayunannya perlahan memudar, hembusan angin  sepoi menerpa wajah Sheila saat mulai mengayuh sepedanya menembus batas menuju sekolahnya. Sekolah yang ia banggakan, kini masuk ke tingkat yang ke dua. Yah Sheila sudah naik kelas, kini ia duduk di bangku kelas 2 SMP. Tanpa terasa setahun begitu cepat berlalu, dengan sejuta keindahan dan kenangannya ia lewati penuh cita. Gerbang sekolah yang kokoh dengan bahan batu dilengkapi pagar jeruji berwarna hitam minimalis  itupun menjadi kenangan indah  yang selalu ia melewati setiap pagi dan sore hari, menjadi saksi bisu dalam menggapai cita-citanya. Ruang kelas yang berjejer memanjang membuat huruf L itupun masih tetap seperti sebelum liburan sekolah dimulai. Yah, tembok dengan cat kekuningan membuat anggun sekolah itu. Lantai hitamnya selalu bersih, oleh sapuan pak Bon.

‘Sheil, kamu kelas apa ?’ sapa si mata elang tiba- tiba sesaat melihat Sheila memarkir sepeda itemnya.

“Belum tahu aku kan baru datang”, jantungnya seakan berdegup dengan kencang, entah kenapa setiap si mata elang mendekatinya hatinya luruh dan itu semua sudah setahun ia merasakannya, ada yang lain di hatinya.

‘kita lihat yukk, ajak si mata elang dengan tebaran senyum di bibir tipisnya.

‘ yuk, tapi tunggu teman kita mana...?” tak sempat dia menoleh tangannya sudah disambar dengan tarikan oleh si mata elang menuju tempat pengumuman kelas.

Sheil......Sheil .....kita sekelas yes... yes.... yes.....katanya dengan nada gembira penuh semangat. Binar matanya penuh harap pada Sheila seakan mengundang bahwa sheila juga harus sepertinya...gembira bahagia dan berbunga-bunga.

Iya...kita sekelas, ucap Sheila dengan tenang di hadapanya menyembunyikan perasaan bahagianya namun tidak dapat ia tutupi dari sorot matanya yang indah. Rambutnya yangtergerai sebahu tertiup angin.

“Sheil kamu seneng gak kita sekelas’ tanyanya tiba – tiba, aku seneng banget bisa deket sama kamu terus meski kamu mungkin gak suka sama aku” katanya dengan bertubi- tubi membuat kepala Sheila menjadi pening.

Sesaat semua menjadi hening, Sheila terdiam dan lelaki bermata elang itupun terdiam duduk temenung sambil menatap kedepan jauh menerawang, tak tahu apa yang ia pikirkan. Memang tampak ada beban berat setiap ia menerawang  jauh kedepan.

“ Sheil , kamu mau gak kita selalu bersama- sama kalo belajar ?” tanyanya tiba-tiba. Sheila masih tetap terdiam belum mampu mengucapkan sepatah katapun dari bibirnya.
“Sheil, panggilnya, kamu kenapa kok diam gitu “

“Ahh...eng...eng nggak kok” salah tingkah jadinya di buatnya. Semua akan akan baik-baik saja. Aku harus bisa menutupi semuanya. Jangan sampai dia tau kalau aku juga menyayanginya. Untung semua itu terselamatkan karena kedatangan teman-temanku Ical, Yani Mawar dan Harmi.

”Woy... sedang apa berdua ”.kata mereka hampir bersamaan.

" Kalian sudah lihat pengumuman kelas ternyata kita sekelas.............” teriaknya sembari melempar senyum. Ditengah canda dan tawanya bersama teman-temannya tiba-tiba Sheila teingat pesan dari sang bunda.

“ Mulailah untuk menatap masa depanmu nak...” kata bunda Sheila, ‘Pikirkan Ibu yang semakin tua ini dan adik –adikmu, kamu harus jadi orang yang berarti bagi agama, nusa dan bangsa”. Selain pesan ibunya yang selalu terngiang adalah pesan ayah tercintanya yang selalu memberiikan motivasinya dalam belajar dan terus belajar.

Pagi yang cerah itu membuat semua menjadi jauh lebih baik hari ini, hari Senin awal masuk sekolah  upacara bendera merupakan agenda rutin yang dilakukan seperti biasanya petugas upacara menyiapkan perlengkapannya, dari mulai buku protokol, baju seragam petugas dan yang tidak boleh tertinggal adalah bendera Merah Putih, sungguh tampak gagahnya petugas upacara itu dengan berbalut baju putih-putih ala PASKIBRA (Pasukan Pengibar Bendera Pusaka ) di Senayan saat upacara 17 Agustus untuk memperingati Hari Kemerdekaan RI. Yang sangat membuat kesan hikmat adalah sang komandan dengan balutan baju putihnya, peci hitamnya, ia tampak tegap dan perkasa, O.....ternyata sang komandan adalah si mata elang, dengan langkah tegapnya ia memandu upacara, sementara Sheila membaca protokol di depan dekat tiang bendera. Usai upacara semua lelah dan letih, yang dapat dilakukan adalah istirahat sejenak sambil menunggu bel pelajaran dimulai.

“ Sheil ...ni minumnya, buatmu. “.

Yah terima kasih, kamu baik banget ...sih... tahu aja kalau aku haus..” tatap Sheila pada si mata elang yang sungguh perhatian terhadapnya.

"iya dong aku kan tahu kamu kehausan tuh...lihat dari tadi mulutnya komat kamit he he he " dengan senyum manisnya  menyambut pujian Sheila.

Sheilapun tampak menikmati minum yang diberikannya dengan senang hati, mereka bersama duduk di depan koridor UKS sementara teman-temannya sibuk dengan urusan mereka masing -masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun