Huh, Dian bersungut-sungut masuk ke dalam rumah.
Untuk bocah kelas lima Sekolah Dasar itu, hari ini benar-benar mengesalkan. Teman-temannya dengan sangat bahagia mengejeknya, bahkan di sepanjang perjalanan pulang.
Dihempaskannya tubuh mungilnya ke atas ranjang. Dilihatnya lengan kanannya lalu lengan kirinya setelah kemudian beranjak ke depan cermin. Kulitnya memang berwarna hitam, coklat gelap tepatnya.
Ketukan pintu kamar mengganggu keasyikannya. Mbok Nah memanggil mengingatkannya untuk makan siang. Tapi Dian menolak. Tak bernafsu ia untuk makan hari ini. Hatinya benar-benar kesal.
Hingga malam Dian tak beranjak dari kamar.
"Dian.." Panggilan lembut Ibu sembari mengetuk pintu kamar.
"Kita makan yuk, Sayang." Ajak Ibu.
Dian tak beranjak juga.
Lalu pintu perlahan dibuka. Dian menelungkupkan wajahnya ke bantal, pura-pura tidur.
"Ibu tahu Dian belum tidur. Kata Mbok Nah, Dian belum makan sejak tadi siang. Ada pepes ikan dan sayur sop lho....." Bujuk Ibu.
Sebenarnya Dian lapar, tapi hatinya benar-benar belum bisa diajak berdamai. Tiba-tiba suara Ayah terdengar mendekat.