Mohon tunggu...
Astuti -
Astuti - Mohon Tunggu... -

seorang perempuan biasa yang ingin berusaha selalu belajar.seorang ibu bekerja dengan 1 anak.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Loyalitas

22 Februari 2011   04:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:23 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Ah, payah lo. Giliran kayak gini  milih keluar deh, dimana loyalitas lo?"

Kata-kata Fajar menggema di ruang pikiranku malam ini.

Loyalitas? Maksudnya?

Tadinya aku tak pernah habis mengerti makna kata-kata Fajar tentang loyalitas saat aku memutuskan mengundurkan diri dari organisasi selama ini tempatku beraktifitas.

Ya, aku mengundurkan diri setelah ketua organisasi kami bertahan tak mau dilakukan pemilihan ketua baru. Padahal dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga sudah sangat jelas. Masa kerja seorang ketua hanya dapat berlangsung hingga maksimal dua kali masa pemilihan. Setelah dua kali maka yang bersangkutan seharusnya legowo untuk melepas dan menyerahkan tampuk pimpinan pada ketua baru yang terpilih melalui musyawarah besar.

Dan malam ini setelah penjelasan panjang lebarnya, aku baru mengerti maksud Fajar.

"Ya, jelas lo ga loyal lah. Masa pada saat dia butuh dukungan lo malah ninggalin dia?"

Begitu katanya.

"Lho, jadi maksud lo loyalitas pada ketua?" Sahutku.

"Ya, iyalah. Selama ini kita udah digaji dan kerja sama dia. Sekarang saat dia sedang berusaha dan berjuang agar tetap menjadi pimpinan, lo malah ninggalin dia." Kata Fajar dengan sengit.

Aku hanya tertawa. Loyalitas pada pimpinan?

Bagaimana mungkin loyalitas ditujukan pada pimpinan? Loyalitas seharusnya ditujukan pada organisasi bukan kepada manusia yang memimpinnya.

Karena anggaran dasar dan anggaran rumah tangga sudah jelas mengatur tentang ketua organisasi. Hal-hal yang bisa menyebabkan ketua dapat diganti dan hal-hal lain mengenai organisasi. Bila kemudian ketua membuat analisa sendiri terhadap aturan yang sudah ada bahkan berniat merubah pasal-pasal dalam aturan itu untuk kepentingan pribadinya, apakah layak kita berada dibelakangnya?

Lalu gaji? Bukankah gaji kita berasal dari organisasi bukan dari kantong pribadi ketua?

Loyalitas yang layak adalah loyalitas pada hal-hal yang memang pantas mendapatkannya. Pada hal-hal yang tidak bertentangan dengan nurani dan menggunakan segala cara untuk melanggengkan sebuah kekuasaan. Pada hal-hal yang memang seharusnya diperjuangkan terutama yang dapat dipertanggungjawabkan tidak hanya kepada manusia tetapi juga pada Sang Pemberi Amanah Kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun