Mohon tunggu...
Astuti -
Astuti - Mohon Tunggu... -

seorang perempuan biasa yang ingin berusaha selalu belajar.seorang ibu bekerja dengan 1 anak.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kuantar Dia Menggenapkan Rukun Islamnya

22 November 2010   04:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:24 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Assalamualaikum, mbak tuti."

"Waalaikumsalam. Eh, Pak Agus. Silahkan, Pak. Ada yang bisa saya bantu ?"

Siang itu saya kedatangan tamu seorang bapak yang bekerja di kementrian yang sama tapi berbeda unit dengan saya. kebetulan kami memang kenal agak akrab karena sama-sama pernah menikmati ruang tunggu di ruang ICU di sebuah rumah sakit di waktu yang bersamaan.

Setelah masalah pekerjaan selesai dan beliau akan pamit, saya jadi ingat sesuatu.

"Bagaimana kabar Ibu, Pak?"

Dia kaget, "Ibu sudah meninggal, Mbak. Musim haji tahun lalu."

"Oh, maaf ya, Pak. Saya tidak tahu."

"Tidak apa, Mbak."

Lalu Pak Agus duduk dan mulai bercerita. Istri tercintanya memang beberapa tahun terakhir sering keluar masuk rumah sakit. Beberapa kali masuk ruangan ICU-seperti saat berbarengan dengan sakitnya adik saya. Nyaris semua karyawan di rumah sakit itu hafal dengan beliau dan keluarganya, saking terlalu sering berinteraksi. Istrinya menderita gangguan di paru-parunya.

Saat kami bertemu di rumah sakit, beliau memang bercerita akan pergi menunaikan ibadah haji. Seharusnya waktu itu kegiatan mereka berdua adalah mempersiapkan keberangkatan juga manasik.  Tapi akhirnya beliau harus menghabiskan lebih banyak waktu di rumah sakit. Bahkan saaat adik saya diijinkan pulang waktu itu, di hari pertama ramadhan tahun lalu, istri beliau masih dirawat di ruang ICU.

Ternyata tak lama setelah adik saya pulang, istri beliau pun diijinkan pulang. Mereka sempat merayakan hari raya Idul Fitri bersama dengan anak-anak mereka. Bahkan beberapa bulan itu ibu terlihat sangat sehat, hanya sesekali masih harus memeriksakan kesehatan karena memang kondisinya benar-benar harus dalam pengawasan dokter.

Kondisi kesehatannya yang memang fit menjelang keberangkatan sehingga istri beliau diijinkan untuk berangkat menunaikan ibadah haji. Dan mereka jadi berangkat menunaikan ibadah berdua.

Sepanjang perjalanan ibadah, menurut beliau, ibu terlihat sehat. Beberapa kali memang sempat kecapekan dan harus istirahat tapi mereka berhasil menyelesaikan prosesi ibadah. Sekali waktu menurut beliau sempat ibu pingsan dipelukannya, beliau sudah ikhlas tapi rupanya Allah berkehendak lain. Ibu kembali sadar hingga selesai ibadah yang mereka jalankan.

Tapi takdir berkata lain, selesai ibadah di hari dimana seharusnya mereka kembali ke tanah air, justru maut datang. Sore hari seharusnya mereka berdua dalam penerbangan kembali bersama, tapi setelah sholat dzuhur istri beliau berpulang dan dimakamkan disana.

"Sedih memang, Mbak. Tapi saya harus berusaha ikhlas. Ada sedikit perasaan lega juga dihati saya, sudah saya hantarkan dia menggenapkan rukun islamnya. Semoga ibu bahagia dan tenang disana."

Saya terharu mendengar ceritanya siang itu. Cinta seorang suami pada istrinya. Dan kekuatan yang diberikan Allah untuk mereka sehingga dapat menjalankan ibadah haji.

Padahal bila saya mengingat bagaimana saat kami bertemu di rumah sakit, rasanya mustahil sekali. Bagaimana untuk bernafas saja beliau dibantu alat medis, sempat koma karena dalam perjalanan kerumah sakit oksigen yang dibawa sempat habis. Tapi apa yang menjadi kehendakNya memang hanya Dia Yang Maha Mengetahui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun