Kondisi kesehatannya yang memang fit menjelang keberangkatan sehingga istri beliau diijinkan untuk berangkat menunaikan ibadah haji. Dan mereka jadi berangkat menunaikan ibadah berdua.
Sepanjang perjalanan ibadah, menurut beliau, ibu terlihat sehat. Beberapa kali memang sempat kecapekan dan harus istirahat tapi mereka berhasil menyelesaikan prosesi ibadah. Sekali waktu menurut beliau sempat ibu pingsan dipelukannya, beliau sudah ikhlas tapi rupanya Allah berkehendak lain. Ibu kembali sadar hingga selesai ibadah yang mereka jalankan.
Tapi takdir berkata lain, selesai ibadah di hari dimana seharusnya mereka kembali ke tanah air, justru maut datang. Sore hari seharusnya mereka berdua dalam penerbangan kembali bersama, tapi setelah sholat dzuhur istri beliau berpulang dan dimakamkan disana.
"Sedih memang, Mbak. Tapi saya harus berusaha ikhlas. Ada sedikit perasaan lega juga dihati saya, sudah saya hantarkan dia menggenapkan rukun islamnya. Semoga ibu bahagia dan tenang disana."
Saya terharu mendengar ceritanya siang itu. Cinta seorang suami pada istrinya. Dan kekuatan yang diberikan Allah untuk mereka sehingga dapat menjalankan ibadah haji.
Padahal bila saya mengingat bagaimana saat kami bertemu di rumah sakit, rasanya mustahil sekali. Bagaimana untuk bernafas saja beliau dibantu alat medis, sempat koma karena dalam perjalanan kerumah sakit oksigen yang dibawa sempat habis. Tapi apa yang menjadi kehendakNya memang hanya Dia Yang Maha Mengetahui.