"Lalu kau pukul dia ?"
"Iya, aku kesal."
"Lalu selesaikah masalahmu ? Puaskah hatimu ? Atau lalu ia menjadi temanmu ?"
"Tidak, Bun."
"Sekarang apa yang kau rasakan ?"
"Kesal, Bun. Rasanya aku ingin marah."
"Jadi kau mengerti ? Pukulanmu tidak menyelesaikan masalah bahkan membuat hatimu penuh dengan amarah ?"
Dan aku menangis dalam pelukanmu.
Bun, aku rindu pelukanmu. Rindu kalimat-kalimat lembutmu yang menenangkan.
Bunda, rasanya kucukupkan surat ini disini dulu ya ? Lain waktu, aku akan menulis surat lagi untukmu. Boleh kan, Bun ?
Menulis apa yang aku rasakan, apa yang ingin aku ceritakan dan semua yang aku alami padamu. Agar lega hati ini, Agar terobati rinduku padamu.