Minuman bersoda juga dapat membatasi penyerapan zat besi, sehingga mengonsumsi suplemen atau obat yang mengandung zat besi tidak akan menghasilkan efek terapeutik yang diinginkan atau mungkin terbuang sia-sia. Sebaiknya jangan minum obat dengan minuman bersoda, karena dapat merusak mulut.
LALU BAGAIMANA ATURAN MINUM OBAT YANG BAOK DAN BENAR AGAR TIDAK TERJADI INTERAKSI ?
Tidak dengan minuman bersoda atau teh, obat harus diminum dengan air putih. Air mengandung zat yang menunda penyerapan obat atau bertindak negatif. Oleh karena itu, untuk mencegah interaksi yang tidak diinginkan, sebaiknya saat minum obat menggunakan air putih untuk mencegah terjadinya reaksi negatif obat terhadap soda. Meski tidak semua obat bereaksi dengan minuman bersoda.
Selain tidak menimbulkan efek negatif, air putih juga membantu menelan obat lebih mudah dan mencegahnya tersangkut di tenggorokan. Obat yang tersangkut di tenggorokan biasanya dapat menyebabkan radang dan iritasi. Selain itu, jangan minum obat sambil berbaring karena kemungkinan besar tersedak dan usahakan juga minum obat tidak pada waktu tidur, minimal 15 menit sebelum tidur untuk memberi waktu obat masuk ke perut.
Contoh obat yang harus dihindari dengan minuman bersoda, yaitu minuman bersoda berpotensi menimbulkan risiko tertentu jika mengkonsumsi tablet yang memiliki lapisan khusus, seperti Ibuprofen. Mengapa demikian, karena soft drink memiliki efek “bubble” di dalam air.
Proses ini membentuk asam, sehingga harus dicegah saat meminum minuman bersoda setelah atau bersamaan dengan obat-obatan. Ini karena asam dapat merusak lapisan beberapa tablet yang dirancang khusus untuk mengatur pelepasan kandungannya di dalam perut,yang dapat menyebabkan obat menjadi kurang efektif.
Obat-obatan yang harus dihindari adalah saat mengkonsumsi acetaminophen, sebaiknya hindari juga minuman dengan kandungan kafein seperti kopi, teh, dan soda karena dapat menimbulkan efek samping.
REFERENSI
Rahmawati F, Handayani R, Gosal V. Kajian Retrospektif Interaksi Obat di Rumah
Rumah Sakit Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta. Maj Farm Indonesia. 2006;17(4):177–83.