Mohon tunggu...
Astri Syafitri
Astri Syafitri Mohon Tunggu... Insinyur - Aku mencoba

Suka membaca, dan berusaha menjadi penulis agar disukai para pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selamat Jalan, Pak, Sampai Jumpa Lagi

7 Desember 2019   21:07 Diperbarui: 7 Desember 2019   21:08 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah menginjak bulan keempat kepergian Bapakku menghadap Allah SWT. Rasanya dulu pada saat mengucapkan bela sungkawa, turut berduka cita kepada keluarga lain yang ditinggal meninggal anggota keluarganya, dengan mudahnya bilang, "Sabar ya, nanti waktu yang akan membantu menghilangkan sedih itu". 

Begitu duka itu berganti menghampiriku, kalimat itu tidak bisa menjadi solusi. Semakin lama kian merindu untuk berjumpa dengannya, walaupun itu mustahil. Harapan berjumpa dalam mimpi, senantiasa kudengungkan. Menulis kenangan akan Bapak, aku harap bisa meredakan rasa kehilangan ini, meskipun sambil menetes air mata.

Hari-hari menjelang kepergiannya, diikuti dengan sakitnya yang tidak kunjung sembuh. Penyakitnya pun sudah komplikasi. Bahkan kala itu Dokter saja sudah bilang kepada keluarga, tetap semangat, bertahap ini penyembuhannya, karena penyakitnya sudah komplikasi. Sejak lebaran Idul Fitri, kondisi tubuh Bapak semakin menurun. 

Sempat terkena stroke di akhir Ramadhan, turut memperburuk kondisinya yang sudah sekitar 2,5 tahun harus cuci darah akibat kemampuan ginjal yang menurun karena dampak mengkonsumsi obat hipertensi menahun. Sempat dirawat beberapa hari di Rumah Sakit, Dokter memperbolehkan Bapak pulang ke rumah untuk merayakan Lebaran. Rasanya waktu itu sungguh bahagia. 

Stroke tersebut membuat Bapak sulit mengingat nama orang, nama barang ataupun kejadian yang pernah dialami. Suatu hari, aku mendapati Bapak, mengeluh, karena sudah tidak mengerti lagi akan isi koran yang sedang dibacanya. 

Padahal di lingkungan tempat tinggal kami, mungkin hanya Bapak yang masih berlangganan koran, karena memang beliau suka membaca. Bapak menderita penyakit hipertensi sudah bertahun-tahun, membuat beliau harus meminum obat tidak putus. 

Hipertensi ini jugalah yang menyebabkannya sulit tidur jika malam hari. Padahal untuk orang yang berusia lanjut, kondisi sulit tidur berhari-hari ini, berbahaya buat kesehatan, karena bisa menyebabkan tensi naik.

Bapak bukan orang yang peduli dengan kesehatannya sendiri, karena beliau masih merokok walau sembunyi-sembunyi. Insomnia juga yang membuat kondisi Bapak semakin sulit pulih. 

Setelah Lebaran, Bapak kembali dirawat di Rumah Sakit beberapa hari, alhamdulillah bisa sembuh. Tapi kemudian Bapak dirawat lagi dalam jangka waktu yang cukup lama, hampir penuh satu bulan sampai akhirnya meninggal. 

Kondisinya semakin lemah, sudah mulai lupa dengan orang-orang terdekatnya. Acap berhalusinasi bertemu dengan keluarga yang sudah meninggal, dan sering menatap kosong ke arah langit-langit kamar Rumah Sakit, ntah menatap apa. 

Beberapa kali, aku mengalami kedutan di lengan tangan kanan atas, dan waktunya selalu sama, selagi aku menjalani sholat Ashar, dan aku tidak paham kenapa. 

Dengan kata kunci, aku mencari di Google apa maksud kedutan tersebut, dan sungguh menyesal aku membacanya waktu itu, tertulis, jika ada keluarga yang sedang sakit, bersiaplah, karena Anda akan kehilang dia. Tapi aku abaikan, aku bermunajat kepada Allah, "Ya Allah tolong aku Allah, tolong sehatkan kembali Bapak. "

Aku tinggal jauh, beda kota dengan orang tuaku. Terakhir sebelum Bapak meninggal, aku selalu mengambil cuti yang cukup panjang, untuk bisa menjaga Bapak di Rumah Sakit. 

Ya, kemampuanku hanya bisa sebatas itu saja. Sudah bertahun-tahun aku merantau meninggalkan kota kelahiranku dan orang tuaku. Kenangan setelah dewasa pun tidak banyak. 

Hanya kenangan masa kecil yang sering terlintas, betapa Bapak selalu menjagaku. Selama merantau, aku hanya pulang sesekali pada saat Lebaran. Tapi Bapak yang selalu menjemputku di Bandara, dan selalu bersemangat tidak pernah mengeluh, menjadi salah satu kenanganku akan Beliau. 

Beberapa hari sebelum Bapak berpulang, aku harus kembali ke kota tempatku bekerja, karena cutiku sudah habis. Sorenya Bapak berulang kali memanggilku, sambil bercerita mengulang-ulang cerita masa lalu, meminta maaf padaku dan menitip pesan seolah Beliau memang akan pergi. 

Aku pada saat itu, seolah menolak firasat, aku berulang kali menghibur diri bahwa Bapak pasti akan sehat lagi dan bisa pulang ke rumah. Malam sebelum menuju Bandara, aku pamit. 

Sempat kakak mengambil fotoku berdua Bapak, dan ketika sekarang melihat foto itu, seperti berbicara banyak sekali, tatapan Bapak kosong dan seperti menatap jauh sekali, yang sekarang kusadari mungkin Bapak juga pamit padaku waktu itu. Kubisikkan di telinganya, "Pak, aku pamit pulang dulu ya, nanti aku balik lagi pas Lebaran Haji." Bapak menganggukkan kepalanya dan terus menatapku. 

Selama Bapak dirawat di Rumah Sakit, aku menjadi sulit tidur, dan selalu terjaga di malam hari. Takut sekali jika telepon berbunyi, tidak sanggup membayangkan hal buruk terjadi. 

Sungguh waktu itu malam sangat panjang rasanya. Siang pun tidak membuatku konsentrasi bekerja, karena selalu terbayang. Jarak ribuan kilometer ini membuatku merasa tidak berguna, tidak bisa mendampingi Bapak, tidak bisa menyentuhnya, dan tidak bisa menatapnya.

Dan waktu itu tiba juga akhirnya. Hari di mana Allah SWT memanggil Bapakku untuk kembali ke haribaan-Nya. Batas waktunya di dunia telah usai. Selesai sudah tugas Bapak sebagai khalifah di muka bumi ini. Hari yang tidak akan pernah bisa kulupakan sepanjang usiaku pastinya. 

Bapakku adalah sosok yang tidak banyak bicara. Beliau bukan sosok yang sempurna. Tapi Bapak tidak akan pernah tergantikan. Beliau kini sudah pergi jauh dan tidak akan pernah kembali. Rasa tidak percaya masih sering melanda. Berdoapun masih sering salah, meminta kepada Allah SWT agar Bapak senantiasa panjang umur dan sehat selalu. Ya Allah.

Selamat Jalan Pak, Sampai jumpa lagi di Jannah-Nya Allah SWT. Sekarang saatnya aku berbakti menjagamu dengan doa-doaku. Hanya bisa berharap amal ibadah yang kulakukan bisa membantumu di alam sana. 

Jika boleh meminta Ya Allah, tolong ampunilah segala khilafnya, dan berikan tempat terbaik untuknya di sisi-Mu. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun