Mohon tunggu...
Astri Syafitri
Astri Syafitri Mohon Tunggu... Insinyur - Aku mencoba

Suka membaca, dan berusaha menjadi penulis agar disukai para pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selamat Jalan, Pak, Sampai Jumpa Lagi

7 Desember 2019   21:07 Diperbarui: 7 Desember 2019   21:08 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan kata kunci, aku mencari di Google apa maksud kedutan tersebut, dan sungguh menyesal aku membacanya waktu itu, tertulis, jika ada keluarga yang sedang sakit, bersiaplah, karena Anda akan kehilang dia. Tapi aku abaikan, aku bermunajat kepada Allah, "Ya Allah tolong aku Allah, tolong sehatkan kembali Bapak. "

Aku tinggal jauh, beda kota dengan orang tuaku. Terakhir sebelum Bapak meninggal, aku selalu mengambil cuti yang cukup panjang, untuk bisa menjaga Bapak di Rumah Sakit. 

Ya, kemampuanku hanya bisa sebatas itu saja. Sudah bertahun-tahun aku merantau meninggalkan kota kelahiranku dan orang tuaku. Kenangan setelah dewasa pun tidak banyak. 

Hanya kenangan masa kecil yang sering terlintas, betapa Bapak selalu menjagaku. Selama merantau, aku hanya pulang sesekali pada saat Lebaran. Tapi Bapak yang selalu menjemputku di Bandara, dan selalu bersemangat tidak pernah mengeluh, menjadi salah satu kenanganku akan Beliau. 

Beberapa hari sebelum Bapak berpulang, aku harus kembali ke kota tempatku bekerja, karena cutiku sudah habis. Sorenya Bapak berulang kali memanggilku, sambil bercerita mengulang-ulang cerita masa lalu, meminta maaf padaku dan menitip pesan seolah Beliau memang akan pergi. 

Aku pada saat itu, seolah menolak firasat, aku berulang kali menghibur diri bahwa Bapak pasti akan sehat lagi dan bisa pulang ke rumah. Malam sebelum menuju Bandara, aku pamit. 

Sempat kakak mengambil fotoku berdua Bapak, dan ketika sekarang melihat foto itu, seperti berbicara banyak sekali, tatapan Bapak kosong dan seperti menatap jauh sekali, yang sekarang kusadari mungkin Bapak juga pamit padaku waktu itu. Kubisikkan di telinganya, "Pak, aku pamit pulang dulu ya, nanti aku balik lagi pas Lebaran Haji." Bapak menganggukkan kepalanya dan terus menatapku. 

Selama Bapak dirawat di Rumah Sakit, aku menjadi sulit tidur, dan selalu terjaga di malam hari. Takut sekali jika telepon berbunyi, tidak sanggup membayangkan hal buruk terjadi. 

Sungguh waktu itu malam sangat panjang rasanya. Siang pun tidak membuatku konsentrasi bekerja, karena selalu terbayang. Jarak ribuan kilometer ini membuatku merasa tidak berguna, tidak bisa mendampingi Bapak, tidak bisa menyentuhnya, dan tidak bisa menatapnya.

Dan waktu itu tiba juga akhirnya. Hari di mana Allah SWT memanggil Bapakku untuk kembali ke haribaan-Nya. Batas waktunya di dunia telah usai. Selesai sudah tugas Bapak sebagai khalifah di muka bumi ini. Hari yang tidak akan pernah bisa kulupakan sepanjang usiaku pastinya. 

Bapakku adalah sosok yang tidak banyak bicara. Beliau bukan sosok yang sempurna. Tapi Bapak tidak akan pernah tergantikan. Beliau kini sudah pergi jauh dan tidak akan pernah kembali. Rasa tidak percaya masih sering melanda. Berdoapun masih sering salah, meminta kepada Allah SWT agar Bapak senantiasa panjang umur dan sehat selalu. Ya Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun