Mohon tunggu...
Astri Syafitri
Astri Syafitri Mohon Tunggu... Insinyur - Aku mencoba

Suka membaca, dan berusaha menjadi penulis agar disukai para pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Orisinalitas Yang Patut Dipertanyakan

25 Desember 2018   15:16 Diperbarui: 26 Januari 2019   13:37 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orisinalitas tulisan di media online patut dipertanyakan. Heran, melihat seseorang bisa menulis berita hanya dengan menggabung-gabungkan tulisan seseorang di media sosialnya. 

Hasil dari proses menggabung-gabungkan tulisan yang ada di medsos seseorang tersebut, uniknya lagi bisa dipecah menjadi beberapa judul berita. Tipe berita seperti ini sungguh membosankan, sangat tidak kreatif. Seumpama Beo, yang bisanya hanya mengulang.

Seperti kejadian yang terjadi di minggu terakhir Desember ini, tsunami di Selat Sunda. Kejadian maha dahsyat pada Sabtu malam tanggal 22 Desember 2018 yang memakan korban jiwa tidak sedikit ini, menjadi breaking news berjam-jam di televisi. Semua media berlomba memperbaharui informasi kondisi aktual di lapangan. 

Tsunami ini juga memakan korban jiwa di kalangan selebriti. Grup band papan atas Indonesia, Seventeen, secara tiba-tiba, harus merelakan 3 personilnya pergi menghadap Yang Maha Kuasa karena kejadian itu. Tulisan Ifan, personil Seventeen yang satu-satunya selamat dalam kejadian tersebut di media sosialnya, mendapat tanggapan dari para selebriti maupun rakyat biasa. 

Tulisan bersambung yang menggambarkan perasaan Ifan sejak kejadian, kehilangan teman sepanggungnya dan juga istrinya sangat-sangat menyentuh perasaan. Tidak sedikit yang berdoa, berharap ada keajaiban untuk keselamatan kerabat Ifan. Puncaknya Senin malam, Ifan mewartakan bahwa istrinya telah menghadap Ilahi, Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun.

Tidak hanya Ifan, istri dari para personil Seventeen yang meninggal juga menuangkan perasaan mereka di media sosial. Bisa dimaklumi, tulisan ini, sebagai bentuk respon mereka atas perhatian yang diberikan kerabat, maupun penggemar yang mengucapkan rasa duka cita atas kehilangan yang sedang dialami, karena kondisi tidak memungkinkan membalas semua ucapan yang diterima secara pribadi. 

Curahan hati yang dituliskan tersebut sangat menyentuh perasaan. Membayangkan saja tidak sanggup jika berada di posisi mereka. Tiba-tiba, sangat mendadak. 

Masih muda, berada di puncak karier, dengan sejuta mimpi yang sudah mereka susun bersama keluarganya pupus dalam sekejap. Flash back memori seakan dirangkai untuk menggambarkan apakah ada tanda-tanda perpisahan yang sudah diberikan sebelum hari akhir tiba. Kejadian tidak biasa, seolah menjadi ucapan selamat tinggal kepada orang terdekat.

Ajaibnya media sosial ini, bisa menjadi saksi perasaan yang dimiliki pada saat dituangkan dalam bentuk tulisan dan dibingkai dengan foto yang indah. Tentunya tulisan dan foto ini akan terasa sangat dekat jika langsung dibaca dari pengunggahnya. 

Kejadian tsunami di Selat Sunda ini juga menghantarkanku berkunjung ke media sosial para personil, keluarga dan kerabat grup band Seventeen. Kemalangan ini jugalah yang membuatku menikmati lantunan lagu Seventeen. Ternyata super sekali, magis tepatnya, lagu-lagu mereka bertahun lalu ternyata seperti nyata sekarang. 

Rangkaian lirik lagu ini menguntai seperti menggambarkan perasaan seorang Ifan, sebagai satu-satunya yang selamat dalam kejadian tsunami kemarin.

Aku tidak sendiri mengalami ini. Banyak orang yang terjebak dalam duka Seventeen ini, berulang membaca apa yang ditulis di medsos, dan meresapi lirik demi lirik lantunan lagu Seventeen. 

Sedikit dari kebanyakan orang tadi, menuliskan ulang dengan menggabung-gabungkan semua informasi dalam bentuk format berita online, sehingga jadilah berita yang bisa dikonsumsi para pembaca. 

Tapi sungguh, berita tersebut kehilangan rasanya. Mungkin sukses dinaikkan sebagai berita, tapi bagiku ini tidak orisinil. Tidak bisakah informasi baru yang disajikan, bukan hanya menggabung-gabungkan tulisan dari perasaan orang lain. Atau tulislah berita dengan sentuhan rasa aslimu sebagai pemberi informasi.

Pengulangan dari tulisan orang lain bukanlah berita selayaknya bagiku.  Jika dulu ketika membaca sebuah berita, ada perbedaan sebelum membaca dan sesudahnya. Sebelumnya tidak tahu, setelahnya jadi tahu. Dulu, sesudah membaca ada kosa kata baru yang mungkin didapat. Sekarang hal itu sudah tidak didapat, seolah sia-sia membaca banyak berita akhir-akhir ini, karena hanya ada pengulangan informasi. Tidak ada yang baru dan tidak asli.

Ungkapan hati seorang Ifan atas kehilangan istrinya mendulang puluhan ribu ucapan simpati, karena memang tulisannya ditulis dengan sepenuh hati mewakili perasaannya.

Turut berduka cita, semoga diberi ketabahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun