Aku tidak sendiri mengalami ini. Banyak orang yang terjebak dalam duka Seventeen ini, berulang membaca apa yang ditulis di medsos, dan meresapi lirik demi lirik lantunan lagu Seventeen.Â
Sedikit dari kebanyakan orang tadi, menuliskan ulang dengan menggabung-gabungkan semua informasi dalam bentuk format berita online, sehingga jadilah berita yang bisa dikonsumsi para pembaca.Â
Tapi sungguh, berita tersebut kehilangan rasanya. Mungkin sukses dinaikkan sebagai berita, tapi bagiku ini tidak orisinil. Tidak bisakah informasi baru yang disajikan, bukan hanya menggabung-gabungkan tulisan dari perasaan orang lain. Atau tulislah berita dengan sentuhan rasa aslimu sebagai pemberi informasi.
Pengulangan dari tulisan orang lain bukanlah berita selayaknya bagiku. Â Jika dulu ketika membaca sebuah berita, ada perbedaan sebelum membaca dan sesudahnya. Sebelumnya tidak tahu, setelahnya jadi tahu. Dulu, sesudah membaca ada kosa kata baru yang mungkin didapat. Sekarang hal itu sudah tidak didapat, seolah sia-sia membaca banyak berita akhir-akhir ini, karena hanya ada pengulangan informasi. Tidak ada yang baru dan tidak asli.
Ungkapan hati seorang Ifan atas kehilangan istrinya mendulang puluhan ribu ucapan simpati, karena memang tulisannya ditulis dengan sepenuh hati mewakili perasaannya.
Turut berduka cita, semoga diberi ketabahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H