Mohon tunggu...
Astrid Vanya
Astrid Vanya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menelaah sisi lain "Nek Lido dan Radio Transistor"

21 Oktober 2015   18:45 Diperbarui: 26 Oktober 2015   20:23 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

 

 Tokoh :

  1. Nenek lido
  2. Kakek lido
  3. Jona (anak tertua nenek dan kakek Lido)
  4. Warni (anak kedua nenek dan kakek Lido)
  5. Rappe (orang yang ingin memperkosa Jona dan membunuh nenek Lido )

Latar  :

  • Waktu : sore menjelang malam hari
  • Tempat : Kampung dipinggiran sungai pada kaki bukit.
  • Suasana : hujan

dibuktikan dengan kutipan : Hujan sore tadi masih menyisakan genangan di jalan becek yang memotong kampung di pinggiran sungai pada kaki bukit.

  • Sosial : kemiskinan

dibuktikan dengan : "Dinding rumah penduduk yang bisa dihitung dengan jari tangan dan kaki memang jarang-jarang. Itulah mengapa angin malam yang dingin menggigit bisa dengan leluasa memainkan api lampu kemiri yang menjadi penerang utama rumah-rumah penduduk. Aktivitas pemilik rumah juga dengan mudah terlihat dari luar. Hampir-hampir tak ada privacy. Bahkan, aktivitas di atas tempat tidur pun bisa terlihat dari sela-sela dinding rumah yang tak pernah tersentuh alat serut kayu."

Watak :

  • Nenek lido : pekerja keras, pasrah, tak pernah mengeluh, pantang menyerah, sayang anak-anaknya, setia

dibuktikan dengan : " nenek Lido dulu cantik. Banyak jawara kampung dulu mencoba mendapatkan cintanya. Tapi ia dengan tulus menerima pinangan kakek Lido sesuai keinginan ayahnya. Kata ayahnya, terlalu bodoh untuk menolak pinangan Lido muda. Rajin shalat dan punya empat ekor sapi gemuk. Lagipula, mana ada anak gadis di kampungnya yang berani melawan keinginan orangtuanya"

"

”Siapa yang berani memegang anakku?” Nenek Lido telah sadar apa yang terjadi. Warni meringkuk di dekat ranjang ibunya sambil menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun