Dengan keras, Nenek Lido menarik baju lelaki besar yang hampir berhasil memeloroti pakaian Jona. Lelaki itu tersentak keras. Kini ia menghadapi Nenek Lido dengan marah. Matanya berkilat menahan nafsu dan amarah. Nenek Lido mengenalinya: Rappe. Dengan sekali mengayunkan tangan, Rappe, jawara kampung sebelah, menempeleng wajah Nenek Lido dengan keras hingga terhuyung ke atas onggokan daun jagung sisa pekerjaannya tadi sore."
"akkan tubuhnya di ranjang mininya pertanda mengerti perintah Nenek. Nenek Lido adalah kepala keluarga yang sebenarnya. Ia roh bagi keluarganya sekaligus pencari nafkah. Tak pernah ia mengeluh dalam hidupnya. Tidak juga ketika Kakek Lido memutuskan menjual dua petak sawah warisannya beberapa tahun lalu untuk selanjutnya membeli radio transistor dan sedikit diserahkan kepada istrinya untuk selanjutnya menikmati hari-harinya dengan radio transistornya."
- Kakek lido : pemalas, tak peduli dengan orang lain, tak bertanggung jawab.
dibuktikan dengan :"Kakek Lido yang tak pernah beranjak dari tempat tidur dan radio transistornya saat pergumulan dengan mautnya tadi. Kakek bahkan tak pernah merasa perlu untuk menanyakan atau ikut nimbrung pembicaraan kampung ketika Rappe ditemukan mati dengan leher tertebas saat di pinggiran kampung sepulang dari minum tuak di kampung sebelah."
- Jona : tangguh, tak pernah mengeluh
- Warni : tangguh, tak pernah mengeluh.
- Rappe : jahat, kejam, tukang mabuk, pria tidak baik.
Tema : perjuangan dan kesetian seorang istri terhadap keluarga dan suaminya yang pemalas dan tidak bertanggung jawab.
Alur : maju.
Sudut pandang : orang ketiga serbatahu.
Â
Â
Â
Cerpen Kompas: Radio Transistor
Diposting oleh Cerpen Kompas pada 12:59, 08-Jun-12