Sepertinya masih ada beberapa ruang yang belum dimanfaatkan untuk ruang pamer. Ah......bisa jadi ruangan yang lain masih dipersiapkan atau belum ditata rapi. Semoga saja di waktu lain banyak ruang di museum Sangiran yang sudah dimanfaatkan.Â
Sehingga tak sia-sia menempuh perjalanan dari Solo ke Sangiran. Melongok ke gedung bawah di museum Sangiran, puluhan penjual souvenir sudah siap menawarkan berbagai cinderamata khas.Â
Puluhan kios berjejer rapi dan tampak rindang di bawah pohon beringin raksasa. Cinderamata yang ditawarkan beragam. Ada gantungan kunci dari batu, patung manusia purba, alat pijat dari batu, gelang, kalung batu dan lain lain. Harganya pun beragam dari 2500 sampai ratusan ribu. Putraku tak mau kalah dengan teman-temannya.Â
Mereka mulai menyerbu para penjual cinderamata. Senyum para penjual pun mulai mengembang, ketika anak-anak memborong cinderamata. Bahkan ibu-ibu yang ikut mengantarkan anak-anaknya pun tak mau ketinggalan memborong cinderamata.Â
Sangiran, sepertinya masyarakat di sekitarnya telah menjadikannya sandaran hidup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehati-hari. Mengelola Sangiran menjadi lebih profesional juga menjadi sebuah jawaban manis bagi para pengusaha lokal di sekitarnya.Â
Dari pengamatanku kemarin, pada saat yang hampir bersamaan beberapa sekolah juga mengunjungi Sangiran. Bahkan beberapa turis dari Jepang juga ikut ambil bagian menikmati kemegahan Sangiran. Mempelajari asal usul bumi dan isinya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI