Mohon tunggu...
Astrid Dayinta Abdaul Izza
Astrid Dayinta Abdaul Izza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa jurusan Hubungan Internasional di UPN Veteran Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Praktik Great Power Diplomacy Rusia ala Vladimir Putin

29 April 2024   00:38 Diperbarui: 22 Mei 2024   12:45 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
GAVRIIL GRIGOROV/POOL/AFP

Presiden Rusia, Vladimir Vladimirovich Putin sering menjadi buah bibir masyarakat internasional akibat berbagai kebijakan yang diambil di bawah kepemimpinannya. Salah satunya kebijakan mengenai arah diplomasi Rusia. 

Praktik great power diplomacy dianggap relevan dengan berbagai kebijakan yang dipilih Vladimir Putin. Konsep mengenai great power diplomacy telah berkembang meluas sehingga mengalami perubahan. 

Bagi Russia konsep tersebut menjadi salah satu upaya dalam mempertahankan statusnya di dunia internasional. Didasari juga dengan munculnya banyak kekuatan baru yang berdampak pada eksistensi Rusia. 

Di bawah kepemimpinan Putin, Rusia secara tegas berupaya kuat dalam mempertahankan statusnya. Rusia juga berharap upaya tersebut dapat memberikan dampak positif bagi sistem internasional. 

Dalam dunia internasional beberapa negara juga menggunakan great power diplomacy seperti Amerika Serikat dan China. Negara-negara yang menggunakan great power diplomacy seakan dalam laga. 

Laga untuk mencapai keamanan, membentuk aturan, dan pengembangan pada berbagai sektor di tingkat global. Tentunya persaingan tersebut tidak selamanya berdampak positif karena riskan terjadi gesekan sehingga muncul konflik yang dapat berujung pada perang. 

Perubahan praktik great power diplomacy di Rusia

Kepemimpinan Putin menunjukkan perubahan yang signifikan dalam praktik great power diplomacy di Rusia. Perubahan tersebut dapat dilihat dari upaya yang dilakukan secara konsisten. 

Upaya tersebut bertujuan untuk mempertahankan kedudukan Rusia sebagai kekuatan besar, mencapai berbagai kepentingan nasional, dan menciptakan tatanan sistem internasional. 

Awalnya Rusia berfokus untuk meningkatkan hubungan negaranya dengan negara barat dengan mengirimkan perwakilan Rusia. Pengiriman tersebut untuk membantu menangani konflik dan sengketa internasional. 

Namun muncul beberapa perubahan mengenai praktik diplomasi Rusia

Perubahan yang pertama dalam diplomasi kekuatan besar Rusia mencakup pergeseran fokus dari Eropa dan Amerika ke negara-negara di Asia Selatan dan Selatan Global. Rusia berupaya memperluas hubungan dengan negara-negara di Asia Selatan, serta dengan China, India, Turki, dan Iran. 

Diplomasi Rusia menekankan kerjasama dalam energi, penjualan senjata, perdagangan komoditas, kerjasama keamanan, dan pendidikan. Selain itu, Rusia mengidentifikasi dirinya sebagai kekuatan unik dalam dunia multipolar yang sedang dibangun, menekankan hubungan historis yang dalam dengan negara-negara di Asia dan Afrika. 

Selain itu Putin merubah arah diplomasi dengan melakukan peningkatan militer besar-besaran. Peningkatan kekuatan Rusia tersebut dinilai berjalan dengan signifikan. 

Aspek penting dalam praktik great power diplomacy di Rusia 

Pendekatan Realpolitik menjadi salah satu aspek kunci great power diplomacy ala Rusia. Pendekatan ini berfokus pada pencapaian kepentingan nasional dan peningkatan kekuatan negara.

Dalam beberapa peristiwa Rusia menggunakan pendekatan ini melalui tindakan intervensi kepada negara lain untuk mencapai kepentingan nasional. Didukung dengan peningkatan kekuatan Rusia dalam hal militer.

Kekuatan militer yang ditingkatkan berupa peningkatan jumlah dan kualitas mesin persenjataan, peningkatan jumlah personel militer, dan peningkatan  kekuatan-kekuatan politik serta ekonomi. Sejalan dengan upaya peningkatan kapasitas ekonomi dan militer Rusia. 

Peningkatan tersebut didukung dengan operasi khusus militer untuk mengatasi konflik yang dihadapi. Operasi militer dilakukan secara konsisten dalam kapasitas besar sebagai upaya defensif Rusia untuk mempertahankan kedudukanya. 

Dalam pengembangan strategi negara Rusia juga menggunakan teknologi terbaru yakni kepemilikan akan berbagai informasi. Kepemilikan tersebut digunakan untuk mengumpulkan informasi khusus sehingga menemukan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan tertentu.

Berkaitan dengan teknologi dan informasi, Rusia juga menggunakan teknik propaganda dalam praktiknya. Propaganda digunakan untuk menggiring berbagai opini masyarakat. 

Jika praktik propaganda yang dilakukan bekerja dengan baik tentunya banyak dukungan yang didapatkan dan pihak-pihak Anti-Rusia dapat berkurang sehingga memperkuat kedudukan Rusia dalam tatanan global. 

Tujuan praktik great power diplomacy dibawah kepemimpinan Vladimir Putin

Praktik tersebut dilakukan untuk mencapai berbagai tujuan Rusia seperti mengatasi pengaruh Uni Eropa lewat pemberlakukan sanksi. Dapat dilihat pada tahun 2016 strategi ini digunakan terhadap Tiongkok. 

Selain pengaruh Uni Eropa Rusia juga mengembangkan hubungan strategis untuk memperkuat kerjasama dengan UE. Hubungan tersebut tentunya memperkuat pengaruh dan dominasi Rusia. 

Jika dilihat dari segi geopolitik dan geoekonomi upaya-upaya yang dilakukan juga bertujuan untuk mengimbangi kekuatan besar lain seperti NATO. Jika suatu kekuatan memiliki dominasi kuat tentu berbahaya bagi kekuatan lain disekitarnya. 

Dalam prosesnya Rusia memanfaatkan berbagai kepemilikan negara seperti wilayah, sumber daya alam, dan hubungan dengan negara lain. Terdapat beberapa aspek yang digunakan Rusia dalam praktiknya. 

Tantangan perubahan praktik great power diplomacy dibawah kepemimpinan Vladimir Putin

Terdapat beberapa hambatan yang dihadapi Rusia dalam perubahan praktik great power diplomacy. Perubahan tersebut mencakup beberapa hal dalam berbagai bidang.

Pemulihan ekonomi menjadi salah satu tantangan besar karena Rusia mengalami penurunan investasi dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah. Selain itu masyarakat internasional menilai sumber daya manusia di Rusia mengalami kemunduran.

Terdapat tantangan internal lain yang berkaitan dengan rexim Putin, dengan berbagai kebijakan yang diambil tentunya tidak semua masyarakat setuju. Tentuya reaksi negatif dari publik dapat menjadi tantangan tersendiri.

Reaksi negatif publik dalam skala besar dapat berdampak pada kedaulatan negara. Kedaulatan tersebut berkaitan erat dengan stabilitas negeri  dalam berbagai sektor. 

Dari sisi eksternal terdapat negara-negara besar seperti China dan Amerika yang dapat menyulitkan praktik diplomasi ini. Hal tersebut berkaitan dengan keseimbangan kekuatan dalam tatanan internasional. 

Dengan menerapkan berbagai strategi ini, Putin dan pemerintahannya telah berhasil memperkuat posisi Rusia sebagai kekuatan besar yang harus diperhitungkan dalam politik global. 

Namun terdapat tantangan yang muncul sehingga perlu menjadi pertimbangan khusus jika praktik diplomasi ini digunakan secara berkelanjutan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun