"Meong." Si Kucing mengeong dengan keras.Â
"Oh iyaa nama aku Dinda."Â
"Sampai jumpa besok Lulu."Â
Hampir setiap hari anak itu mendatangi Lulu. Kadang ia membawa makanan kucing. Kadang juga membawa ikan. Si Kucing pun selalu menunggu kedatangan anak itu.Â
Hari ini cuaca sangat cerah. Si Kucing menunggu Dinda di taman seperti biasa. Namun, hari sudah beranjak gelap tidak ada tanda kalau Dinda akan datang. Mungkin besok Dinda akan datang. Tetapi, Setelah tiga hari si Kucing menunggu. Anak itu tak kunjung datang. Mungkin anak itu sudah bosan untuk menemuinya, pikir si Kucing.Â
Lulu berjalan dari rumah satu ke rumah lain. Berharap ia dapat bertemu dengan Dinda. Disisi lain anak itu tengah berjuang. Si anak ingin sekali punya hewan peliharaan. Kebetulan hari itu ia melihat seekor kucing yang tampaknya sedang kedinginan dan kelaparan. Setiap hari ia selalu ke tempat kucing itu berada. Hingga akhirnya ia memberanikan diri untuk memberitahu orang tuanya. Bahwa ia ingin merawat seekor kucing. Tapi apa daya orang tuanya tidak mengijinkan. Dinda sangat sedih tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Karena melihat anaknya bersedih, orangtuanya mengizinkan dengan satu syarat.Â
"Nak kalo kamu dapat nilai tinggi di UAS nanti, mamah sama papah ngizinin kamu buat melihara kucing."Â
"Beneran mah ... pah ..." Dinda melompat senang.Â
Sejak saat itu Dinda belajar dengan giat. Sampai-sampai ia tidak sempat mengunjungi Lulu. Namun, ia harus tetap fokus belajar supaya bisa mengadopsi Lulu.Â
Tak terasa besok adalah hari ujian. Semoga semua jerih payahnya selama beberapa waktu ini bisa terbayarkan. Dengan fokus Dinda mengerjakan semua soal ujian.Â
Seminggu berlalu, Dinda menerima nilai ujiannya. Sepulang sekolah, ia langsung memperlihatkan kepada orang tuanya. Nilai yang Dinda peroleh sangat memuaskan. Walaupun tidak semuanya mendapat nilai seratus. Tetapi, ini nilai yang lebih tinggi daripada nilai ujian sebelumnya.Â