Si Kucing berjalan menelusuri jalan yang cukup ramai. Ia berharap siapa pun dapat memberinya makananan. Sudah berbagai cara ia lakukan. Mulai dari mengeong hingga mengendus ke kaki orang yang berlalu-lalang. Tapi tidak ada yang berhasil. Kucing yang awalnya berwarna putih, kini tampak abu-abu. Tubuh kurus kering. Entah berapa hari ia tak menemukan makanan layak.Â
Ia terus berjalan. Hingga awan yang tadinya mendung. Mulai mengeluarkan rintik hujan. Si Kucing berteduh di sebuah rumah. Dari jendela kaca ia bisa melihat apa yang ada di dalam rumah. Seekor Kucing ras yang gemuk sedang meringkuk di sofa. Pasti hangat, pikir si Kucing liar.Â
Dari tadi perutnya keroncongan meminta untuk diisi. Si Kucing bermimpi bisa seperti Kucing rumahan yang ia lihat. Si Kucing memutuskan untuk pergi dari rumah itu. Tanpa ia sadari telah sampai di sebuah taman. Ia berteduh di bawah perosotan. Dari kejauhan seorang anak memakai payung berwarna kuning. Anak itu semakin mendekat. Sambil membawa kantomg plastik hitam di tangannya.Â
"Hai meng, kamu kedinginan ya?"Â
"Meow," Si Kucing pun mengeong seakan mengiyakan.Â
"Maaf ya meng aku gak punya makanan kucing, tapi aku punya sosis yang aku beli tadi."Â
Anak itu mengambil sosis dari kantong keresek. Si Kucing liar memakannya dengan lahap.Â
"Dadah meng nanti aku ke sini lagi yaa." Ucap anak itu sambil berdiri dan melambaikan tangannya.Â
Keesokan harinya anak itu datang lagi. Kali ini ia membawa makanan kucing. Si kucing menggerakan ekor dan mengeong kesenangan.Â
"Meng aku mau ngasih nama. Bagusnya apa ya." Gumam anak itu.Â
"Gimana kalo Lulu, kedengarannya lucu."Â