Mohon tunggu...
Astri Khoiroh
Astri Khoiroh Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswi

Astri Khoiroh Amaliyah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Storytelling untuk Perkembangan Anak Usia Dini

30 Oktober 2020   18:26 Diperbarui: 31 Oktober 2020   06:01 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

    Saat akan memasuki sesi acara storytelling, pendongeng harus menunggu kondisi hingga audience siap untuk menyimak dongeng yang akan disampaikan. Jangan memulai storytelling jika audience masih belum siap. Acara storytelling dapat dimulai dengan menyapa terlebih dahulu audience, ataupun membuat sesuatu yang dapat menarik perhatian audience. Pada saat mendongeng ada beberapa faktor yang dapat menunjang berlangsungnya proses storytelling agar menjadi menarik untuk disimak yaitu:

    1.  Kontak mata, Saat storytelling berlangsung, pendongeng harus melakukan kontak mata dengan audience. Pandanglah audience dan diam sejenak.            Dengan melakukan kontak mata audience akan merasa dirinya diperhatikan dan diajak untuk berinteraksi.

    2. Mimik wajah, Pada waktu storytelling sedang berlangsung, Pendongeng harus dapat mengekspresikan wajahnya sesuai dengan situasi yang                        didongengkan. Agar audience dapat merasakan alur cerita tersebut.

    3. Gerak tubuh, cerita yang didongengkan akan terasa berbeda jika pendongeng melakukan gerakan-gerakan yang merefleksikan apa yang                              dilakukan tokoh-tokoh yang didongengkannya. Agar audience tertarik, senang dan antusias terhadap cerita tersebut.

    4. Suara, tidak rendahnya suara yang diperdengarkan dapat digunakan pendongeng untuk membawa audience merasakan situasi dari cerita yang n            didongengkan. Pendongeng biasanya akan meninggikan intonasi suaranya untuk merefleksikan cerita yang mulai memasuki tahap yang                             menegangkan. Pendongeng profesional biasanya mampu menirukan suara-suara dari karakter tokoh yang didongengkan. Misalnya suara ayam,             suara pintu yang terbuka.

   5. Kecepatan, Pendongeng harus menjaga tempo pada saat storytelling. Agar kecepatan dalam berbicara selalu ada dalam tempo yang sama. Jangan            terlalu cepat yang dapat membuat anak-anak menjadi bingung ataupun terlalu lambat sehingga menyebabkan anak-anak menjadi bosan.

   6. Alat Peraga, Untuk menarik minat anak-anak dalam proses storytelling, perlu adanya alat peraga seperti misalnya boneka kecil yang dipakai di              tangan untuk mewakili tokoh yang sedang menjadi materi dongeng.

c. Kegiatan storytelling selesai

w644-5f9c9b488ede4831e50bf6a5.jpg
w644-5f9c9b488ede4831e50bf6a5.jpg

     Ketika proses storytelling sudah selesai dilaksanakan, tibalah saatnya bagi pendongeng untuk mengevaluasi cerita. Maksudnya, pendongeng menanyakan kepada audience tentang inti cerita yang telah disampaikan dan nilai-nilai yang dapat diambil dari cerita tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun