Mohon tunggu...
Astrela Zara Asyifa
Astrela Zara Asyifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seseorang yang energik dan ambisius, lalu dapat mudah menciptakan dan memperkuat relasi yang positif, serta dapat memanajemen waktu dengan baik, dan sangat mementingkan kejujuran serta berpegang teguh terhadap keseimbangan antara perkataan dengan perbuatan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pengaruh Literasi Digital terhadap Pola Konsumsi Berita di Platform Instagram pada Generasi Z

28 Oktober 2024   23:23 Diperbarui: 28 Oktober 2024   23:55 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Instagram bukan hanya digunakan untuk komunikasi personal, tetapi juga telah berevolusi menjadi platform pemasaran bagi perusahaan dan UMKM, serta menjadi sumber pembelajaran dan literasi digital. Kebiasaan konsumsi berita masyarakat, termasuk di Instagram, sangat dipengaruhi oleh pola perilaku yang terbentuk sejak remaja hingga dewasa. Cara masyarakat mengonsumsi media, termasuk berita, dapat diukur berdasarkan waktu yang dihabiskan untuk berbagai jenis media, jenis konten yang dikonsumsi, dan interaksi individu dengan konten media tersebut (Rosengren dalam Rakhmat, 2001, h. 66).

Berita yang dipublikasikan melalui platform media sosial seperti Instagram memiliki kemampuan besar untuk mencapai masyarakat karena kecepatan penyebaran yang lebih cepat dibandingkan dengan media cetak. Meskipun demikian, jumlah informasi yang melimpah di Instagram seringkali menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian orang. Di samping itu, ada juga yang meragukan kebenaran berita yang tersebar di platform tersebut.

Beberapa riset juga menunjukkan bahwa Instagram memiliki dampak yang signifikan dalam membentuk pola konsumsi berita dan identitas generasi Z. Hubungan antara generasi Z dan platform media sosial seperti Instagram terbukti kompleks. Oleh karena itu, cara generasi Z mencari informasi dan pandangan mereka terhadap kepercayaan dalam penyajian berita dapat dipengaruhi oleh pola konsumsi berita di Instagram.

 

2.1.Penelitian Terdahulu 

Penulis membutuhkan penelitian sebelumnya sebagai landasan dalam merancang penelitian baru. Dari penelitian sebelumnya, penulis berupaya untuk mengidentifikasi persamaan yang dapat digunakan sebagai referensi, serta menemukan perbedaan yang dapat dibandingkan untuk memperkaya penelitian yang akan dilakukan. Ada empat penelitian sebelumnya yang relevan dengan topik penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.

           Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Delmia Wahyudin dan Cardina Putri Adiputra (2019) mengenai Analisis Literasi Digital pada Konten Instagram @infinitygenre menjelaskan bahwa literasi digital tidak hanya terbatas pada keterampilan operasional dan penggunaan berbagai perangkat TIK (teknologi informasi dan komunikasi), tetapi juga mencakup pemahaman konten teknologi serta kemampuan dalam menciptakan dan menulis konten menjadi pengetahuan yang baru.

       Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yunita Sari dan Hendri Prasetya (2022) tentang Literasi Media Digital pada Remaja di Tengah Perkembangan Pesat Media Sosial menyimpulkan bahwa remaja SMA di PKP JIS telah menunjukkan kemajuan dalam literasi media. Mereka terampil dalam menggunakan media sosial seperti Instagram, mampu mengakses berbagai fitur, memahami, menganalisis, dan menyaring informasi yang autentik, serta mengidentifikasi hoaks melalui komentar di Instagram dan mencari sumber yang terpercaya. Mereka juga mampu menganalisis konten yang mereka sukai, berbagi informasi, memberikan tanggapan, dan menciptakan foto, gambar, video, serta konten lainnya, menunjukkan tingkat kreativitas mereka dalam menggunakan media sosial Instagram.

Beberapa studi sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini meliputi:

  1. Penelitian oleh M. Taufiq Hidayatullah dan Suyanto, yang berfokus pada Analisis Kesenjangan Motif dan Kepuasan Menonton Saluran YouTube "Kok Bisa?" di Lingkungan Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, bertujuan untuk menginvestigasi tingkat kepuasan penonton terhadap saluran "Kok Bisa?" di YouTube. Hasil studi ini menunjukkan bahwa rata-rata Gratifikasi Sebenarnya (GS) lebih tinggi daripada rata-rata Gratifikasi yang Diharapkan (GO). Nilai rata-rata GS untuk saluran "Kok Bisa?" adalah 3,6693, sementara nilai rata-rata GO adalah 3,6450, dengan perbedaan sebesar 0,0243. Hanya aspek informasi yang memenuhi tingkat kepuasan (GS > GO), sedangkan aspek lain seperti identitas pribadi, integrasi, dan interaksi sosial mengalami ketidakpuasan.
  2. Jurnal yang disusun oleh Timotius Arief Nugroho dan Daru Purnomo, berjudul "Motif dan Kepuasan Penonton dalam Menyaksikan Program Kick Andy" (Analisis Berdasarkan Teori Uses and Gratifications pada Mahasiswa FISKOM UKSW), mencatat bahwa aspek informasi merupakan sumber kepuasan utama. Penelitian ini menunjukkan bahwa rerata Gratifikasi Sebenarnya (GS) lebih tinggi daripada rerata Gratifikasi yang Diharapkan (GO), terutama dalam hal motif pencarian informasi (0,46) dan motif pencarian identitas pribadi (0,08). Meskipun begitu, kebutuhan akan hiburan, integrasi, dan interaksi sosial tidak sepenuhnya terpenuhi melalui program tersebut menurut persepsi responden.
  3. Jurnal yang disusun oleh Silya Christine Baracha Kaban, Ni Made Ras Amanda Gelgel, dan Ade Devia Pradipta, berjudul "Motif dan Kepuasan Penonton Video Blog di Kalangan Anak Muda Kota Denpasar", menemukan bahwa rata-rata Gratifikasi Sebenarnya (GS) lebih tinggi daripada rata-rata Gratifikasi yang Diharapkan (GO). Penelitian ini menunjukkan bahwa dua motif, yakni identitas pribadi dan integrasi serta interaksi sosial, dapat memuaskan melalui menonton video blog. Akan tetapi, kebutuhan akan informasi dan hiburan tidak sepenuhnya terpenuhi.

Tiga penelitian ini menyelidiki motif dan kepuasan menonton konten media yang berbeda, seperti Channel YouTube "Kok Bisa?", program Kick Andy, dan video blog (vlog), di kalangan mahasiswa ilmu komunikasi, mahasiswa FISKOM, dan kaum muda di Kota Denpasar. Meskipun menggunakan pendekatan Teori Uses and Gratifications, ketiga penelitian ini menghasilkan temuan yang berbeda.

Penelitian awal oleh M. Taufiq Hidayatullah dan Suyanto memusatkan pada saluran YouTube "Kok Bisa?" di Universitas Riau. Hasilnya menunjukkan bahwa kepuasan penonton cenderung terkait dengan kebutuhan informasi, sementara kebutuhan akan identitas pribadi, integrasi, dan interaksi sosial kurang terpenuhi.

Studi kedua, oleh Timotius Arief Nugroho dan Daru Purnomo, mengamati program Kick Andy di mahasiswa FISKOM UKSW. Hasilnya menunjukkan bahwa kepuasan tertinggi terkait dengan informasi, namun kebutuhan akan hiburan dan integrasi serta interaksi sosial kurang terpenuhi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun