Mohon tunggu...
Lyfe

Makan Buah Dari Pohon? Mitos!

23 Januari 2016   00:04 Diperbarui: 23 Januari 2016   00:21 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ingat ketika bermain di sungai adalah bagian dari hari-hari Anda? Di masa-masa ketika sungai digunakan untuk mandi, mencuci baju, dan memancing? Saya tidak. Maklum, saya baru tujuh belas tahun hidup di dunia ini. Tapi untungnya, saya ingat betul pengalaman masa kecil ibu saya yang sering beliau ceritakan. Jadi saya tidak terdengar seperti alien yang tidak tahu apa-apa tentang Indonesia pada jaman dahulu.

Ibu saya sering bilang bahwa dia dulu sangat senang bermain di sungai karena sungainya jernih. Dia juga bilang kalau dia suka ngumpet dari neneknya di atas pohon manggis sambil memakan buah yang sudah matang. Sayang, bagi saya itu semua hanyalah mitos. Melihat sungai yang jernih dan aman untuk dipakai bermain merupakan sebuah dongeng sebelum tidur. Karena hal itu berbanding terbalik dengan sungai-sungai cokelat di sekitar saya--sungai yang ditaburi berbagai jenis sampah. Tidak hanya cokelat, saya juga berani bilang bahwa ada sungai di daerah Jakarta yang warnanya sudah hitam pekat dan baunya tidak tertahankan.

Dongeng yang ibu saya ceritakan berikutnya adalah memakan buah manggis langsung dari pohonnya. Saya bahkan tidak tahu bagaimana rupa pohon manggis. Manggis yang saya kenal hanyalah tumpukan buah ungu bulat di supermarket. Buah yang harganya mahal dan terkadang belum matang.

Hm. Saya masih bisa membuat daftar dongeng-dongeng berikutnya, tapi saya yakin pembaca akan bosan. Maka dari itu saya akan mengajak pembaca memprediksi apa yang akan menjadi dongeng di masa yang akan datang.

1. Musim Hujan

Mari melihat kalender. Bulan apa ini? Januari? Seharusnya musim hujan, ya?

Tapi ... mana hujannya?

Saya hanya seminggu sekali melihat hujan di bulan ini. Itupun tidak seberapa. Hanya gerimis-gerimis malas yang akan berhenti setengah jam kemudian.

Mungkin itu hanya terjadi di daerah saya. Mungkin di daerah lain terjadi hujan setiap hari. Mungkin juga tidak.

Namun sepertinya ... hujan sudah lelah dengan kita sebagai manusia. Manusia terlalu sering menggantungkan diri pada hujan. Padahal kerjaan kita hanya menebarkan asap rokok dan emisi beracun kendaraan serta pabrik-pabrik.

2. Hutan

Ada yang pernah menonton film Anaconda? Masih ingat di mana adegan film itu diambil? Ya, Kalimantan (dulu dikenal dengan Borneo). Yang tidak tahu seperti apa gambaran Borneo saat itu, bisa dilihat gambarnya di sini

Silakan bandingkan dengan ini

Tidak perlu saya jelaskan sepertinya semua tahu bahwa hutan di Indonesia akan segera menjadi dongeng. Dongeng bagi kami para generasi muda. Bahwa, "Orang luar negeri bilang hutan kita kayak surga. Salah satu penyumpang oksigen terbesar di dunia. Tapi itu dulu. Kamu belom lahir waktu itu."

3. Binatang Langka

Lihat foto terakhir? Di sana dengan menyedihkannya seekor orangutan berdiri di tengah hutan yang sudah terbakar habis. Di tengah bekas rumahnya. Orangutan yang berpegangan pada seorang relawan itu kemungkinan besar sudah kehilangan seluruh anggota keluarganya.

Saya kira sudah menjadi rahasia umum bahwa binatang eksotis di Indonesia sangat mudah diperjual-belikan. Sebut saja kasus burung Kakatua dalam botol yang mencuat tahun lalu. Atau berbagai jenis perdagangan satwa dilindungi yang katanya semakin marak di internet.

Saya sampai heran, apakah penjual-penjual itu benar-benar tidak punya hati? Pernahkah mereka berpikir lebih dari sekedar bagaimana caranya meraup keuntungan sebesar-besarnya? Atau memang hati mereka semua terbuat dari batu?

Ah. Sudahlah.

Tidak berguna juga saya bercuap-cuap di sini. Tulisan saya hanya akan menjadi debu di tengah lautan. Tidak akan ada yang melihat. Apalagi peduli.

Tapi ketahuilah kalian, semua orang dewasa yang menganggap kami--generasi muda--hanya peduli dengan gadget dan gebetan.

Masih ada bagian dari kami yang peduli dengan lingkungan. Yang menjerit melihat para pemimpin menghancurkan alam dengan mudahnya. Yang menangis melihat para generasi panutan membuang sampah sembarangan. Yang meringis mendengar berbagai pemberitaan negatif di media massa.

Ketahuilah bahwa kami peduli. Dan kami ingin merasakan kemewahan yang kalian rasakan saat kecil dulu. Karena kami berhak akan hal itu.

Kami berhak mengenal orangutan. Kami berhak makan buah manggis dari pohonnya. Kami juga berhak berenang dengan santai di air sungai yang jernih.

Kalian kemanakan hak kami?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun