Mohon tunggu...
Astralastra
Astralastra Mohon Tunggu... Lainnya - Daur baur

Manusia merdeka

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Suara-suara dari Dalam

2 Oktober 2024   16:04 Diperbarui: 2 Oktober 2024   16:16 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Chris F: pexels.com

.

Ada yang tak dipunyai mentari saat musim yang cerah 

Adalah bahasa yang tak dikenali oleh indra daun yang senantiasa mencium 

Nafas bumi yang kian terhimpit dan langit yang kini kian menyerah,

Melihat kehilangan dan perampasan yang kian menguap dalam dentum

.

Suara pertama lahir dari rahim bahasa 

Yang kian terjamah oleh puing-puing 

Dan kini ia kehilangan salah satu indra 

Yang perlahan memuai dalam rentang dan denting

.

Ada yang terekam dalam benak suara 

Memuat kehilangan-kehilangan dalam rekaman diorama

.

Yang tak terhitung oleh beban itu 

Adalah diriku dan pilu 

Merebak dalam inti ruangan dalam paru 

Yang bergetar dan melambat seiring waktu

.

Suara kedua berisi nyanyian puing 

Yang berserak bersama kerinduan dinding

Pada batas-batas yang tak berhenti berdenging

Membiru dalam waktu dan irama yang hening

.

Yang kutulis hanya beberapa kalimat 

Setelah mendengarkan beberapa suara yang mendekat

.

Serasa telinga dan jemari yang menari 

Menghilang bersamaaan mengikuti kontur bunyi

Memuat dan kerap ikut meredam 

Semua sisa-sisa luka yang lebam

.

Suara ketiga berisi ingatan yang tak kunjung berhenti 

Mengingat setiap gerak langit dan rasi bintang mati

Menunggu suara bulan yang berhenti berbunyi 

Untuk pulang dan mendendangkan sunyi 

.

Bait ketiga dari masa silam 

Adalah petuah pertama yang diikuti ruam 

Memanggil setiap sisi lain dalam relung malam

Ketika detik waktu telah lelah memutari ruangan dan jam

.

Suara suara dari dalam itu 

Kadang berbicara akan ruang tunggu

Yang berisi nama-nama dan waktu

Pada hikayat puisi-puisi rindu 

.

Dan riuh adalah sisi yang menyepi

Memuat kehilangan diantara rimbun intisari 

Dan kamus waktu takkan berhenti mengeja 

Setiap ruangan yang dihafal oleh cahaya

.

Bunyi adalah selaksa nafas 

Yang menghitung kesunyian dalam tempo yang keras

Serta misteri yang diceritakan oleh mimpi 

Memuat ruangan yang penuh akan teka-teki

.

Dan suara suara dari dalam 

Mengisahkan kekurangan dan ketabahan

Dalam waktu yang terlipat di ujung malam 

Dari kesaksian yang berisikan kompartemen kehidupan

.

Hanya mereka yang mengenal trauma, mereka yang pernah dicakar sejarah, tahu benar bagaimana menerima kedahsyatan dan keterbatasan yang bernama manusia

Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 4 : 1994

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun