Mohon tunggu...
Astralastra
Astralastra Mohon Tunggu... Lainnya - Daur baur

Manusia merdeka

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mungkin Hanya Aku yang Menjadi Bulan-bulanan Sepi Setelah Ini

29 April 2022   02:53 Diperbarui: 29 April 2022   02:58 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
@SHUTTERSTOCK/taffpixture

.

.

Mungkin hanya aku yang menjadi bulan-bulanan sepi setelah ini 

Seperti angin yang merangkap sunyi 

Dan langkah kaki yang tak henti henti 

Kutimang udara ini tanpa bunyi 

Yang menyelinap dan tak ingin pergi lagi 

.

Sementara waktu begitu cepat 

Dengan cerita manusia yang begitu berat 

.

Seperti lukisan metafora 

Atau ruang tunggu yang penuh dengan diorama 

Entahlah, kutakingin menjadi siapa-siapa 

Sebab tafsiran kadang salah sangka 

.

Menghitung jari, menghitung bunyi

Detak bulan yang kian terdengar sepi 

Menghitung jari, menghitung bunyi 

Begitupun rindu yang kalis menjadi puisi

.

"Yang terampas dan yang putus...
Kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
Menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
Malam tambah merasuk, rimbajadi semati tugu".
.
Chairil Anwar, Aku Ini Binatang Jalang. 1986

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun