Mohon tunggu...
Astralastra
Astralastra Mohon Tunggu... Lainnya - Daur baur

Manusia merdeka

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Paralaks

8 Oktober 2020   00:45 Diperbarui: 8 Oktober 2020   00:47 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

.

Kumpulan kata kini tersusun sunyi

Sinarnya terangkai semakin meramai

Meletakan perspektif lain, pada jalan cerita 

Adalah sia-sia, kau hanya membukukan dunia

.

Pasalnya, derita kadang sebanding dengan kemenangan

Jangan terlalu menangis, dan terlalu bersenang

Persis hikayat lama, tentang batuan-batuan kering di romawi 

Datanglah dan pergi seperti filosofi 

.

Dunia mumgkin tak memerlukan hujan 

Untuk melupakan detik yang kau simpan 

Di dalam botol yang penuh dengan pasir 

Dimana kecemasan dan kehilangan itu lahir?

.

Demi kota tua, sebelah jalan raya yang ramai 

Kampung tersisih dan daerah masih perlu subsidi 

Fanatik bukanlah hal yg begitu romantik 

Mengurai langitmu, menghilangkan suaramu 

.

Sebelah jalan raya, setelah kota tua 

Jangan kau harapkan hujan jatuh diantara riuh 

Sebelum kau kecup dan letakan payung 

Pada rangkai mawar yang digunting mendung 

.

Musim pancaroba setelah ini akan berselang 

Dan tanggal dan waktu akan selalu diperbaruhi 

Pukul duabelas akan berganti dan pulang

Diam-diam rakyat kecil kini disisihkan lagi

.

Semacam klise 

Yang terulang dan tak kunjung hilang 

Dan teguhkan pada hatimu

Jangan menyerah kepada ketidakberdayaan

.

Jangan kering kekuatan hati 

Jangan kering hati nurani

"Lalu apa perasaan tak terhitung ini yang menghilangkan pikiran dari tidur yang diperlukan untuk hidupnya? Dunia yang bisa dijelaskan bahkan dengan alasan yang salah adalah dunia yang akrab. Namun sebaliknya, di alam semesta yang tiba-tiba kehilangan ilusi dan pencerahan, manusia merasa dirinya sebagai orang asing"              Albert Camus, Le Mythe de Sisyphe (1942)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun