Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Membaca Hati Harus Hati-hati

11 Januari 2023   13:49 Diperbarui: 11 Januari 2023   13:59 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Membaca adalah usaha menangkap informasi dan makna melalui tanda-tanda, huruf dan simbul yang disiapkan orang serta merta atau sebelumnya. Dengan Membaca orang bisa melanjutkan Belajar. Belajar secara luas adalah kegiatan usaha menambah pengalaman, pemahaman, dengan melihat mendengar menangkap secara inderawi dan rohani mengingat mengambil manfaat.

Anak sekolah belajar dimulai dengan belajar membaca.  Belajar sebenarnya atau lebih jauh hanya mungkin dari kepandaian membaca. Belajar dan Membaca disekolah adalah masalah Pendidikan. Disana ada guru dan sekolah. Ada Program dan ada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan segala usaha mulianya.

Caesar Naibaho Rekan Kompasianer, guru, menulis : ".....program Guru Penggerak sebagai bagian dari kebijakan Merdeka Belajar, kini telah memasuki masa perekrutan untuk angkatan 9 dan 10 yang merupakan program unggulan Kemendikbud untuk mewujudkan visi dan misi Indonesia Maju Bermartabat melalui Profil Pelajar Pancasila." Tulisan itu diawal artikelnya di Kompasiana.com dengan judul "Mengasah Asa dan Manfaat Ikut Guru Penggerak", (https://www.kompasiana.com/agus_oloan/ 63b8f31993cb7c4ca51fc843/mengasah-asa-dan-manfaat-ikut-guru-penggerak.

Dari kutipan diatas rasa guru yang sangat masif tentang "Program Guru Penggerak, konteksnya hingga targetnya" tidak ayal lagi perihal "Membaca" sudah menjadi olahan yang sangat mendalam. Itu untuk di Sekolah.

Maka mari kita mencatat sedikit tentang membaca, agar kita belajar membaca sebagai warga non sekolah lagi. Sebab memang Membaca adalah kendaraan utama dalam Belajar. Pada umumnya Belajar diluar pesekolahan menjadi tegas sebagai upaya tanpa guru atau oleh orang sendiri.

Akan tetapi belajar membaca sebagaimana bisa dikutip dari dunia persekolahan, kita mengenal "Membaca Intensif dan Membaca Ekstensif dalam Pembelajaran".

Membaca intensif yaitu upaya pembaca dalam mengekstrak informasi dan memahami suatu teks bacaan dengan baik mungkin. Itu memberi latihan juga bagi ketajaman kecerdasan otak kemahiran pembaca dalam menjawab permasalahan dari suatu bacaan.

Sedangkan Membaca ekstensif upaya mendapatkan sebanyak mungkin obyek baca untuk keluasan pandangan. Disamping itu bisa membuat pembaca menjadi lebih fasih dan mudah dalam membaca dengan kecepatan yang sesuai.

Kedua aspek Membaca ini membuat dalam jangka panjang semangat belajar-seumur hidup. Dan bila itu melibas masyarakat berarti membantu perkembangan budaya literisasi bangsa juga.

Boleh membayangkan diri sebagai warga yang sudah terbiasa membaca. Suatu ketika tersaji bacaan yang juga sangat banyak beredar di medsos dewasa ini dan saya berreaksi:  "Ketika saya mikirin peristiwa2 kebencian dan kejahatan, saya memperkirakan 1001 macam cara orang bertindak benci dan jahat. Tetapi ketika saya mengalami menerima dan memberi cinta kasih, ternyata kuperkirakan ada 2023 lebih cara orang mencintai sesamanya."

Kemarin saya tulis frase diatas di akun saya Facebook, dalam waktu semalam pagi tadi saya melihat kira-kira 20 "like" dan dua komentar. Mereka membaca dan menanggapi. Itu berarti deretan huruf-huruf yang saya susun dibaca dipahami dan di respon. Dua kalimat dari dua pengalaman yang berbeda, dilanjutkan pemikiran dua macam persaaan dan kesan yang berbeda. Saya kira para Pembaca itu harus Membaca lebih dari intensif, mungkin membaca dengan hatinya juga. Seorang pembaca mengirim GIFT dengan gambar dan kata "Yess" yang mantab.

Dalam kehidupan sehari hari kita bisa membayangkan betapa sebenarnya sibuknya orang membaca : Membaca surat2, pengenal yang kita bawa disaku agar tidak tertukar dengan kepunyaan orang lain,dst. Dijalan lebih-lebih dengan kendaraan, membaca huruf-huruf di dasbor, dan lalu Membaca petunjuk jalan/rambu-rambu lalulintas. Didalam pekerjaan membaca surat tugas /laporan karyawan serta membaca pesanan dan surat dagang serta uang. Lebih istimewa bila disebut Membaca Doa dan Membaca "pegangan kita: Gadget".

Seorang Melly Amaya Kiong dalam wagrup "Mari kita membaca buku", menulis ini : "Selamat siang sahabatku, sebuah postingan akan memberi arti jika kita menghayati isinya dengan Mindful. Yuk kita melatih dengan bijak apa arti dari postingan ini. Kalau saya mulai belajar mandiri. dan berusaha melepas agar tidak melekat sehingga mengurangi penderitaan"

Wiryawan Sofyan ditempat yang sama menulis tentang 10 brutal truths , sekiranya berarti suatu pernyataan yang tidak cukup dibaca ditelan mentah-mentah. Misalnya: "You're going to die and you have no idea when". Pernyataan itu harus sampai pada kesadaran batas kekuatan kita, dan mulai menyusun hidup yang lebih berarti. Seperti juga sering dikatakan : Jangan semangat maunya menyenang semua orang lain. Harus dibaca : Hargai dan manfaatkan nilai-nilai, prinsip, dan otonomi anda untuk prestasi anda sendiri.

Dalam budaya Jawa ada istilah "Tanggap ing Sasmita" Ini lebih dahyat lagi. Tidak hanya perlunya membaca, tetapi cepatnya tanggap/ respon pada saatnya. Dan pengamatan serta bacaannya adalah tanda/kode/ucapan,nada suara,wajah, sebagai pralambang, serta perilaku seseorang. Misal : Seorang atasan menerima laporan dan puas, dia tidak banyak komentar, mungkin cukup tersenyum asam memperhitungkan bawahan tahu artinya. Contoh lain: Seorang keluarga menerima tamu, Sang ayah memberi kode jempol menghadap kebawah, berarti perlu untuk tamu itu dihidangkan minum. Dikalangan kebudayaan Pewayangan ada kebiasaan Ki Dalang tidak pernah meminta suatu judul lagu gendingnya. Cukup ucapan ucapan dan perilaku wayang yang digunakan sebagai kode lagu yag diminta,dan penabuh gamelan paham.

Mau lebih rumit lagi : Membaca dengan hati. Bahkan komunikasi "Dari hati kehati,dari sepasang kekasih" komunikasi tanpa kata. Dan saya pernah menulis tentang membaca dan bicara cinta di Kompasiana ini dan saya tutup dengan kata-kata ini :

"Telisik Cinta dan teliti kembali Cinta ini bukan bicara teori. Pengalaman empiric mengajarkan pula perlunya pertanggungan jawab manusia dewasa lebih memahami gelombang cinta dalam hidupnya. Saya yakin tulisan ini tidak semata curhat tetapi kalau Kompasiana suka istilahnya : reportase dari sana sini. Cermin kehidupan ada diseputar kita.(Kompasiana,How I love You, and Why ? Tayang tg 14/03/2015,)

Pembaca yang budiman. Permenungan ini sederhana saja kesimpulannya : Membaca membutuhkan Ketelitian, kecerdasan dan kecerdikan. Tetapi Yang lebih penting adalah bagaimana pembaca bisa menyelam masuk kedalam bacaan agar bisa mengakstrak makna dan nilai yang dibutuhkan.

Catatan untuk diri sendiri :  Mau menulis tidak cukup menemukan hal-hal yang actual, tetapi bagaimana yang aktualpun harus memberi inspirasi memberi visi yang jauh kedepan bermanfaat. Manarik adalah tuntutan teknis penyampaian. (Kompasiana Cerdas dan Visioner. tayang 29/04/2014) 

Tulisan ini dimaksud tayang kemarin. Menghitung 12 tahun yang lalu saya menulis pertama kali di Kompasiana ini, 10 Januari 2010. Namun kondisi kesehatan tidak mendukung. Semoga yang sederhana ini mempunyai arti juga. Terima kasih atas kunjungannya dan bagaimanapun apresiasinya kepada semua pembaca dari dahulu hingga hari ini dan semoga bisa berlanjut..

Tolong terima salam hormat saya,

Ganjuran, Januari, 11, 2023. Emmanuel Astokodatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun