Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Take And Give: Memberi dan Menerima

17 Agustus 2022   11:50 Diperbarui: 17 Agustus 2022   11:55 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh karena itu ada maknanya bahwa Henri JM Nouwen bicara Take and Give (T&G) dengan judul  "Memberi dan Menerima"(*). Sebab sikap itu dapat menjadi jawaban penting tidaknya Perjanjian Pranikah. Dengan mengubah T&G dengan  Gave and Take. Menekankan terlebih dahulu Memberi, setelahnya baru Menerima. Yaitu karena Henri memang bukan mau bicara perihal relasi transaksional dalam perdagangan, tetapi dalam keluarga.

Dalam buka kecilnya yang berjudul Memberi dan Menerima terdiri dari 3 bab. Yaitu Belarasa, Keluarga, Relasi.   

Dengan "Belarasa", Henri mengarahkan pembaca untuk berjiwa yang bersiap untuk berkorban. Terbuka terhadap sesama. Menghilangkan sikap individualistik. 'Memberi' itu menerima atau mendapat nilai positip bagi diri sendiri. Orang Jawa bilang "tepo-sliro". Disini kita dibuat berhadapan dengan Diri Sendiri untuk siap menerima pihak lain untuk memberikan diri. Dan dengan Memberikan diri kita Menerima.

Dalam bab "Keluarga", ditegaskan bahwa Keluarga adalah relasi dalam bentuk Formal bukan tanpa bentuk, keluarga sebagai medan komunikasi alami, kodrati dimana paling tepat dibutuhkan T&G , dan adagium ini jusrtru menjadi panggilan kehidupan. T&G jadi bisa dikuatkan oleh sakitnya cinta dan memberikan diri sepenuhnya bagi yang lain.

Membaca bab ketiga : "Relasi"  dari awalnya saya diingatkan pada temuan dari Google : "Take and give....   adalah kesediaan untuk menerimakan atau merelakan melepas pendapat (tidak terpakai), materi, perhatian, ataupun kasih sayang, ...itu...adalah dinamika penting di dalam membangun suatu hubungan yang sehat. ...............Take and give akan membuat hubungan lebih seimbang dan sehat"   Akan tetapi Henri JM Nouwen memberi kelanjutan bahwa untuk T&G itu bisa sempurna bila dituntaskan dalam persatuan barsama Hyang Illahi, sampai tuntasnya panggilan menuju keabadian.

Merenungkan semua ini dalam kehidupan sepertinya harus menulis catatan-catatan ini :

(satu) Take and Give bila dipahami bener merupakan adagium yang komprehensip banyak menjawab dan memberi solusi banyak hal yang stategis. a.l. Kwalitas T&G sangat menentukan kwalitas pernikahan.

(dua) Untuk optimalisasi kehidupan kita harus tidak lepas dari komunikasi relasi kita yang sehat keatas, kepada Tuhan, kesamping, kepada sesama, keluarga dan masyarakat luas, dan kebawah katakan semesta alam.

(tiga) Penggunaan pola pikir yang bisa komprensip diperlukan langkah keheningan  agar mindfulness, Eling Sangkan Paran, dan kesabaran: Bersakit sakit dahulu menjalin cinta sebelum mengemban bayi, berkeringat dahulu sebelum memetik panen, seperti menganyam tikar merajut tali sebelum menggelar permadani, membaca dahulu sebelum menulis untuk berbagi.

Dan jangan lupa :  Para Proklamator Kemedekaan.... Berjuang dulu baru "upacara Bendera......dst"

Pembaca yang budiman, Menutup permenungan ini , tolong maafkan bila ada salah kata dan pemikiran, Semoga dari loncatan-loncatan pemikiran saya ini Pembaca justru menemukan aspirasi bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun