Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa, Dimana Peristiwa Inspiratif Itu?

4 Juni 2022   11:03 Diperbarui: 4 Juni 2022   11:08 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peristiwa itu kejadian. Bisa nyata dialami.bisa fiktif atau buah imaginasi. Aspiratif/Inspiratif maksudnya: bersifat memberi kesan, memberi pembelajaran untuk masa kedepannya, atau memotivasi untuk sikap atau perbuatan sesudah orang menerima mengalami peristiwa itu. Peristiwa yg biasa memberi aspirasi inspirasi, dan memang banyak ditulis dipaparkan dan disebarkan menyangkut hal sukses, bahagia, cinta, kiat bisnis, atau kemanfaatan khusus lain.

Peristiwa itu biasa dikaitkan dengan membaca dan menulis/mencatat .komunikasi dan pesan/saran, nasehat. Misalnya di Kompasiana banyak tulisan dari Bp.Tjiptadinata Effendi dan Ibu Rosalina Tjiptadinata yang selalu menulis berupa nasehat dari pengalaman nyata pribadi, mungkin keseharian saja. Seperti ini :

"...... 'saling menunjang'......Hal inilah yang menjadi dasar kami membangun rumah tangga. Kami bersyukur kepada Tuhan,57 tahun hidup pernikahan telah kami lalui dengan segala suka dan dukanya. Setelah pensiun, setiap hari kami berdua selalu bersama sama kemanapun selama 24 jam sehari . Tulisan ini merupakan cuplikan perjalanan hidup pribadi kami berdua."  (https://www.kompasiana.com/ roselinatjiptadinata/6297560753e2c322f95abd52/menerima-pasangan-apa-adanya. )

Peristiwa yaitu kejadian nyata selalu lebih berbicara dan laku sebagai cerita dan berita yang inspiratip memberi aspirasi, nasehat dan lihat saja tulisan sepasang merpati kompasianer senior ini selalu mendapat nilai tinggi dan berkwalitas inspiratip.

Sebuah komunitas bernama Paguyuban Aktivis LSM bersepakat untuk secara rutin bertemu untuk khusus berbagi ilmu. Istilahnya yaitu "ongoing formation". Disana bersiap diri seorang warga (bergilir)  untuk mengemukakan suatu masalah. Mau ilmiah boleh, mau popular boleh. Tetapi harus bermanfaat, dapat memancing tanggapan, dan akhirnya dapat dipetik bersama suatu lesson learn. 

Cara sarasehan, seminar kecil ini, tentu tidak menggantikan target-target kehadiran dalam seminar atau pelatihan yg lebih formal. Tetapi nampak bahwa Komunitas Kompasiana memraktekkannya. Lontaran dan tanggapan, memberi banyak peluang pembelajaran, sekaligus itulah pengalaman kehidupan...... Dan Pasangan Merpati Bijak Bp.Tjiptadinata dan Ibu Rosalina sebagai pelopor dan teladan aktifnya membagi penilaian dan komentar dibawah tulisan kita.

Hal itu juga ditegaskan disini : Seorang Robert Fulgum jurnalis Amerika menulis buku "True Love, Kumpulan Kisah cinta nyata yang menggetarkan hati".  alihbahasa oleh Sutanti Lesmana, dicetakterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2000. Buku ini saya pernah baca, karena banyak sekali pelajaran dari penulis unik ini.

Buku itu tidak mempunyai daftar isi halaman, tidak terbagi dalam bab atau bagian tetapi ada sebelas kelompok, kumpulan kisah nyata dari sedikitnya 3 orang sampai 9 penulis/pelaku kisah dalam satu kumpulan itu. Peristiwa demi peristiwa itu dikisahkan oleh lebih dari 60 penulis/pelaku kisah itu sendiri. Tanpa judul selain nama penulis dibawah setiap kisah. 

Dan Robert Fulghum menulis komentar dan memberi pandangan sebagai pengantar pada setiap kelompok. Dan pandangan serta komentar Robert itu saja yang diberi judul. Judulnya: "Perspektif".

Perspektif, disana adalah pandangan Robert pribadi selaku penulis buku yang belajar dari kisah-kisah yang terkumpul olehnya dengan beberapa cara. Dari kepelbagaian reaksi evaluasi dan opini tertulis tentang Cinta sesuai permintaannya, Robert Fulghum mengklasifikasi kisah-kisah itu dalam sembilan perspektif.

Berbicara hal perspektif kita perlu menegaskan dulu pemahaman tentang: "Subyektif obyektif"  Subyektif itu bersifat, diwarnai oleh subyek,pelaku tindakan,secara pribadi, atau kelompok. Obyektif bersifat diwarnai oleh obyek, sasaran atau realita peristiwa nyata, ditulis ataupun tidak ditulis. Dari tulisan semakin bertambah kepelbagaian persepsi terhadap satu obyek/peristiwa.

 Perspektif adalah sudut pandang subyek. Kebiasaan dalam karya tulis ilmiah, tidak usah dikatakakan maksudnya perspektif pasti obyektif, menurut sudut pandang penulis karya itu. Kita bisa bicara tentang Faktor atau unsur dari obyek pandang. Biasanya juga faktor  bisa dimengerti sebagai hal yang mempengarui pandangan subyek.

Pembaca yang budiman, bukan bermaksud memaparkan seutuhnya pandangan  Robert Fulghum tetapi memang dia sendiri terkesima tidak menduga mendapat masukan cerita sedemikian banyak berupa kisah nyata tentang cinta. Dia menerima masukan dari semua bisa disebut dari jenjang usia, jenjang intelektualitas, dia mengharap masukan cinta romantis ternyata banyak cerita duka, 

menyedihkan, tetapi yang selalu 'menggetarkan hati', ect, ect, dst. Dan kiranya sekali lagi perlu diluruskan dari judul permenungan ini. Sebab kita bukan bicara soal cinta, akan tetapi menggali peristiwa dan mencari 

"Dimana letak nilai inspiratif itu?". Namun juga Fulghum memberi arah permenungan ini. Berangkat adagium judul bukunya : 'Kisah yang menggetarkan' dan saya mengajak bermenung tentang "apa dan dimana Peristiwa Inspiratip itu?". Fulghum memberi arahan sehingga saya mengambil pembelajaran dan aspirasi ini :.  

(satu)  Jangan mudah mengambil kesimpulan karena asumsi terhadap suatu kejadian nyata. Bahwa segala peristiwa di dunia itu tidak sedemikian sederhana seperti yang kita kira, ada berbagai komplikasi dan kaitan dibaliknya yang kadang rumit dipahami.

Misalnya, membayar utk orang lain bukan berarti kaya , tapi karena lebih menghargai hubungan dr pd uang;  bekerja tanpa ada yg menyuruh bukan karena bodoh , tapi karena lebih menghargai konsep tanggung jawab bersama; minta maaf duluan setelah bertengkar bukan karena bersalah , tapi karena lebih menghargai orang lain.

(dua)  Perhatikan terlebih dahulu faktor peristiwa, khususnya yang menyangkut pelaku kemudian berikutnya: fakta/kejadiannya. Faktor manusia/pelaku termasuk pemberita, atau kejadiannya itu sendiri. Bila itu peristiwa dimana kita alami atau terlibat, maka berrefleksilah. Atau bila itu berita maka kita harus jeli pada sumbernya dan komunikan/pemberi pesan/ berita tersebut..

(tiga)  Pelajari suatu perspektif yang penting, kepentingan umum, atau kepentingan pribadi, atau ada kepentingan tersembunyi. Perlu pengamatan dari seluruh keterkaitan yang ada dalam peristiwa itu. Kepentingan umum (Bonum commune) harus selalu didahulukan. Hal itu akan lebih mudah dengan melihat sejauh mana nilai kemanfaatan yang mudah segera terlihat.

(empat)  "Perspektif" mengajarkan adanya sedikit banyak perbedaan antara Pembaca dan Penulis dalam menemukan letak aspirasi dan inspirasi, ketika menghadapi Peristiwa. Seorang Pembaca tulisan seperti halnya langsung melihat hingga mengalami Peristiwa harus bersikap kritis. Seorang Penulis berperan sebagai pembawa pesan harus lebih jeli dan kreatip membuka faktor-faktor Peristiwa seakan itu bagi pembaca karya tulisnya.    

Demikian yang dapat saya sarikan dari Ongoing formation yang saya alami sebagai Kompasianer. Sukadukanya diberi penilaian dan komentar. Juga pembelajaran dari 'Perspektif' Robert Fulghum yang belajar dari kisah-kisah percintaan nyata. Faktor manusianya itulah yang berpotensi bisa menggetarkan dan digetarkan hati , pemirsa atau penerima kisahnya.

Dan dari situ saya mencoba menjawab pertanyaan judul artikel ini. Tentukan nilai aspiratip dimana letaknya.. yaitu  "Dalam Sanubari orang-orangnya"  

Pertama pada kemampuan melihat, kejelian orang mengalami melihat langsung atau membaca tulisan pembawa pesan.

Kedua pada situasi konkrit yang sedang dialami orang itu, termasuk profesi, selera dan kondisi kejiwaan yang menggerakkan daya kreatipnya atau visi kedepannya.

Ketiga Peristiwa yang dihadapi, berupa pengalaman langsung atau tulisan yang memang baru, seperti yang mengandung saran, masukan, atau yang memang mudah ditangkap, hal yang siap pakai, pragmatis, dibutuhkan orang dan menggerakan motivasi orang yang menerima.

Demikian saya harap tulisan ini bermanfaat bagi para penulis maupun pembaca. Yang penulispun sadar bahwa ketika tulisannya hanya dinilai menarik, bukan nilai inspiratif atau bermanfaat agar maklum belum berarti tulisan anda tidak bermutu. Peristiwa yang tersaji saja bisa-bisa tidak bisa dimanfaatkan dan tidak tertangkap maknanya bagi pembaca.

Menutup permenungan ini saya sajikan sebuah cetusan hati seorang teman Fesbukan ini :

Jangan pernah tinggalkan yang BAIK ,

hanya untuk yang INDAH....

Hati seperti kaca

Jangan menjadikan Dia retak...

Akal seperti air...

Jangan biarkan dia kering...

Persahabatan seperti tali..

Jangan biarkan Dia putus....

Salam santun

Maria Elena di Facebook Jumat 3/6/2022, jam 16.00

Dan dari saya kepada segenap Pembaca yang budiman Salam hormat saya.

Ganjuran, Juni,04,2022. Emmanuel Astokodatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun