Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa, Dimana Peristiwa Inspiratif Itu?

4 Juni 2022   11:03 Diperbarui: 4 Juni 2022   11:08 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Perspektif adalah sudut pandang subyek. Kebiasaan dalam karya tulis ilmiah, tidak usah dikatakakan maksudnya perspektif pasti obyektif, menurut sudut pandang penulis karya itu. Kita bisa bicara tentang Faktor atau unsur dari obyek pandang. Biasanya juga faktor  bisa dimengerti sebagai hal yang mempengarui pandangan subyek.

Pembaca yang budiman, bukan bermaksud memaparkan seutuhnya pandangan  Robert Fulghum tetapi memang dia sendiri terkesima tidak menduga mendapat masukan cerita sedemikian banyak berupa kisah nyata tentang cinta. Dia menerima masukan dari semua bisa disebut dari jenjang usia, jenjang intelektualitas, dia mengharap masukan cinta romantis ternyata banyak cerita duka, 

menyedihkan, tetapi yang selalu 'menggetarkan hati', ect, ect, dst. Dan kiranya sekali lagi perlu diluruskan dari judul permenungan ini. Sebab kita bukan bicara soal cinta, akan tetapi menggali peristiwa dan mencari 

"Dimana letak nilai inspiratif itu?". Namun juga Fulghum memberi arah permenungan ini. Berangkat adagium judul bukunya : 'Kisah yang menggetarkan' dan saya mengajak bermenung tentang "apa dan dimana Peristiwa Inspiratip itu?". Fulghum memberi arahan sehingga saya mengambil pembelajaran dan aspirasi ini :.  

(satu)  Jangan mudah mengambil kesimpulan karena asumsi terhadap suatu kejadian nyata. Bahwa segala peristiwa di dunia itu tidak sedemikian sederhana seperti yang kita kira, ada berbagai komplikasi dan kaitan dibaliknya yang kadang rumit dipahami.

Misalnya, membayar utk orang lain bukan berarti kaya , tapi karena lebih menghargai hubungan dr pd uang;  bekerja tanpa ada yg menyuruh bukan karena bodoh , tapi karena lebih menghargai konsep tanggung jawab bersama; minta maaf duluan setelah bertengkar bukan karena bersalah , tapi karena lebih menghargai orang lain.

(dua)  Perhatikan terlebih dahulu faktor peristiwa, khususnya yang menyangkut pelaku kemudian berikutnya: fakta/kejadiannya. Faktor manusia/pelaku termasuk pemberita, atau kejadiannya itu sendiri. Bila itu peristiwa dimana kita alami atau terlibat, maka berrefleksilah. Atau bila itu berita maka kita harus jeli pada sumbernya dan komunikan/pemberi pesan/ berita tersebut..

(tiga)  Pelajari suatu perspektif yang penting, kepentingan umum, atau kepentingan pribadi, atau ada kepentingan tersembunyi. Perlu pengamatan dari seluruh keterkaitan yang ada dalam peristiwa itu. Kepentingan umum (Bonum commune) harus selalu didahulukan. Hal itu akan lebih mudah dengan melihat sejauh mana nilai kemanfaatan yang mudah segera terlihat.

(empat)  "Perspektif" mengajarkan adanya sedikit banyak perbedaan antara Pembaca dan Penulis dalam menemukan letak aspirasi dan inspirasi, ketika menghadapi Peristiwa. Seorang Pembaca tulisan seperti halnya langsung melihat hingga mengalami Peristiwa harus bersikap kritis. Seorang Penulis berperan sebagai pembawa pesan harus lebih jeli dan kreatip membuka faktor-faktor Peristiwa seakan itu bagi pembaca karya tulisnya.    

Demikian yang dapat saya sarikan dari Ongoing formation yang saya alami sebagai Kompasianer. Sukadukanya diberi penilaian dan komentar. Juga pembelajaran dari 'Perspektif' Robert Fulghum yang belajar dari kisah-kisah percintaan nyata. Faktor manusianya itulah yang berpotensi bisa menggetarkan dan digetarkan hati , pemirsa atau penerima kisahnya.

Dan dari situ saya mencoba menjawab pertanyaan judul artikel ini. Tentukan nilai aspiratip dimana letaknya.. yaitu  "Dalam Sanubari orang-orangnya"  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun