Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bahagia karena Damai di Hati dan Berprestasi

8 Mei 2022   11:43 Diperbarui: 8 Mei 2022   11:45 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sungguh pantas dikagumi insan-insan berprestasi dan diambil pelajaran buat kita-kita ini. Ya, tentu khususnya bagi penulis sendiri. Dan dalam membaca peristiwa entah dialami entah dibaca dari berita, pembelajaran sebaiknya dalam pemikiran yang positip, tidak melihat yang negatip apa lagi berambisi mengkoreksi yang tidak membangun. Sebab pada diri setiap orang, apalagi dari sudut pandang orang lain pasti ada sisi baik dan sisi buruknya.

TRIBUNTERNATE.COM - Cerita seorang pria mengaku membangun jembatan memakai uang pribadinya sebesar Rp3,7 miliar, v i r a l  di media sosial. Cerita itu pertama kali diunggah oleh seorang warganet dengan nama akun Twitter  @JJoyowaskito   pada 3 Mei 2022 lalu. Warganet tersebut membagikan sebuah foto yang memperlihatkan jembatan yang menghubungkan dua wilayah. Pemilik akun @JJoyowaskito menuliskan dalam keterangan, bahwa dirinya adalah sosok di balik keberadaan jembatan ini, sudah mengeluarkan uang pribadi sebanyak miliaran rupiah. Sementara lokasi jembatan berada di Dukuh Kedungjogo RT/15 RW/02, Desa Kecapi, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara."Lokasi jembatan ini hanya berjarak 7 km dari Kota Kabupaten Jepara,"  Selain itu, @JJoyowaskito juga mengungkapkan sikap sejumlah pejabat daerah terkait keberadaan jembatan ini.(termasuk yang peduli dan yang tidak/kurang (?) peduli).

Selanjutnya diberitakan hingga Kamis (5/5/2022), cuitan ini sudah disukai sebanyak 7 ribu kali. Sejumlah pengguna Twitter juga meramaikan dengan berbagai komentarnya. Ada cuitan bahwa jembatan itu tugas pemerintah, ada cuitan yang berterimakasih, karena inisiatip dan dana pribadi, sementara adanya jembatan memang strategis dan dibutuhkan.

Tribunternate.com.menyajikan suatu kejadian diambil dari akun twiter. Bagi saya lengkap menggambarkan sebuah prestasi yang belum basi, aktual, menarik, yang nampak jelas besar manfaatnya. Tetapi bagi saya ada tiga hal yang kurang jelas: Satu, apakah Joyowaskita itu cukup bahagia dengan prestasinya itu. Bangga ya, pasti.Tetapi bahagia apa kecewa...?  Dua, Mungkinkah ini Akun dan berita sengaja sebagai koreksi kepada pemerintah ? Tiga, Tidak disebut ada pengguna twiter yang mengaku memperoleh aspirasi atau inspirasi untuk berbuat yang sama.

It is neither wealth nor spendor but transquility and occupastion which give happiness. (Thomas Jefferson, pres.AS, 1743-1826)  Bukan kekayaan atau ketenaran tetapi kedamaian dan kegiatan yang memberi kebahagiaan.

Belajar dari Thomas Jefferson saya lalu teringat ada cerita kecil tentang seorang warga sederhana pendiri "Jembatan". Cerita itu sebenarnya kesaksian ada didalam sebuah buku. Sebuah buku peringatan 90th berdirinya gereja Ganjuran pada tahun 2014, yang diantaranya berisi hasil-hasil kegiatan ataupun sejarah kelompok lokal umat. Judul buku itu "Terpanggil Mengemban Berkat" seluruhnya dalam 215 halaman.

Ketika saya ada keraguan membaca buku itu pada bagian cerita Jembatan, saya bertanya di WAGrup Gereja ternyata ada tanggapan meriah sehingga ada 25 kali komunikasi dari sekitar 8 orang warga setempat.

Jembatan Lukas sepanjang kurang lebih 20 meter, memanjang melintas kali Winongo kecil, yang mengalir dari induknya Winongo besar  10 Km sebelum masuk kota Bantul, DIY, dan melaut di pantai Samas. Jembatan itu menghubungkan dusun Siten &Kanutan, diseberang barat ke arah timur dimana terdapat sawah milik warga dusun tsb dan pelbagai fasilitas pertokoan, pasar, sekolah, gereja, jalan raya, yang penting dalam kehidupan sehari hari..

Sungai Winongo kecil rupanya sungai yang sangat terpelihara sejak zaman Belanda untuk mengairi areal perkebunan tebu untuk sekurangnya empat pabrik gula dizaman itu. Airnya selalu ada tidak pernah surut, apalagi dimusim penghujan. Sebelum ada jembatan Lukas tempat itu selalui dilalui orang menyeberang atau orang yang mau memandikan ternak sapi atau kerbau.

Seorang bernama Lukas Tukidjo Darmoatmojo, (1908-1983),petani terkemuka yang berstatus pensiun guru SD, yang sudah mengajar sejak tahun 1922, pada sekolah rakyat dibawah Pabrik Gula Gondanglipuro, sejak tahun 1970  merintis dibuatnya jembatan yang lalu disebut  oleh orang setempat dengan namanya: Lukas.

Dalam usia hampir 70 tahun dipaparkan oleh cucunya: "Kata simbok saya setiap kali menerima pensiun kakek selalu membeli batu dan kerakal untuk membuat tebing kuat ditepi kali itu. Apabila kehujanan batuan dan kerakal terbawa air, dengan sabar kakek kumpulkan lagi." Dikisahkan dalam buku tersebut dimuka: kesaksian bahwa Bp.Lukas saat itu sering ditertawakan orang dengan keinginan dan rencananya untuk membuat jembatan. Dan memang Lukas berhasil membuat jembatan ("sesek" bhs jawa) )dari kayu dan bambu selebar 2,50 x 20 meter. Memang dibantu beberapa orang yang respek terhadap rencananya. Kesaksian lagi tertulis : "Ora kudu kondang nanging tumandang" tentang Bp.Lukas, yang artinya : "Tidak harus terkenal, tetapi berbuat kerja dengan senang dan semangat",......dan berhasil.....

Dan terjadilah selanjutnya yaitu ketika Pemerintah Desa ada program, warga dusun sepakat mengusulkan, dan terlaksana Pemerintah Desa dibantu tenaga swadaya masyarakat membangun jembatan permanen seperti dipaparkan dimuka. Sayang Bp.Lukas sudah wafat ketika jemnatan permanen itu diresmikan dengan namanya "Buk-Lukas" Disorga beliau pasti puas kata warga. "Tumandang"-nya Bp.Lukas yang penggembira hati itu aspiratip dan mengundang kesepakatan warga dusun untuk terwujutnya gagasan keinginan Lukas Darmoatmojo alias Tukidjo itu.

It is neither wealth nor spendor but transquility and occupastion which give happiness. (Thomas Jefferson, pres.AS, 1743-1826) Bukan kekayaan atau ketenaran tetapi kedamaian dan kegiatan yang memberi kebahagiaan. Kebahagiaan itu sekurangnya adalah kepuasan batin yaitu keheningan hati dalam/di  jalan Tuhan,(Al Harith al Muhasibi (th 781-857)., seperti dilakukan oleh Bapak Lukas.

Dan dalam membaca peristiwa entah dialami entah dibaca dari berita, pembelajaran sebaiknya dalam pemikiran yang positip, tidak melihat yang negatip apa lagi berambisi mengoreksi yang tidak membangun. Sebab pada diri setiap orang, apalagi dari sudut pandang orang lain pasti ada sisi baik dan sisi buruknya.

Dua tokoh telah tersaji, marilah dengan gaya khas Kompasianer dengan alogaritma dan kolom yang tersedia kita bisa merespon pula. Yang tertarik saja, yang teraspirasi, yang melihat manfaat yang melihat aktualitas peristiwa atau berkomentar seperti akun twiter atau pesan singkat di WhatsApp. Semua dipersilahkan dalam gaya bebas, sukahati atau hening untuk bahagia. Bahagia karena damai hati dan berprestasi.

Tetapi tolong permintaan maaf bila ada kesalahan, dan mohon diterima salam hormat saya.

Ganjuran, Mei,  , 2022. Emmanuel Astokodatu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun