Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa yang Boleh Kita Peroleh dari Berhari Raya?

4 Mei 2022   14:15 Diperbarui: 4 Mei 2022   15:02 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengenang berhari raya Idulfitri sekitar 40 tahun yang lalu, kami mengadakan pertemuan keluarga bersama beberapa keluarga. Ada yang dari Jakarta, Magelang, Yogyakarta. Sepakat di rumah nenek kami di Salatiga. Neneknya isteri saya sudah lanjut usia itu membagikan uang kepada buyut-buyut semua uang ratusan merah. Bukan ratusan ribu sekarang ini tetapi ratusan perak yang berwarna merah itu. Betapa bahagia mereka semua dari yang berusia SD klas 6, hingga TK. Yang berdomisili di Jakarta maupun lainnya. Padahal bagi mereka anak Jakarta itu sehari hari waktu itu bekal sekolah saja tidak kurang dari seribu rupiah. Nenek sangat sangat bahagia para cucu buyutpun superbahagia.

Perubahan zaman boleh terjadi tetapi kegembiraan anak anak harus diperoleh hingga jaman kapanpun. Saya peroleh kutipan ini : "Joko Widodo.  @jokowi. Pejabat pemerintah Indonesia. Dunia tengah didera ketidakpastian oleh krisis, pandemi, atau perang, tapi pendidikan anak-anak kita tak boleh terabaikan. Melalui pendidikan kita menempuh jalan panjang untuk membangun identitas, karakter, dan martabat bangsa Indonesia untuk menyambut masa depan yang lebih maju".

Dan benar, sudah dijadikan pertanyaan, tentang perubahan dan pendidikan disini : "Dunia pendidikan harus benar-benar sanggup melakukan tuntutan daripada perkembangan teknologi yang terjadi. Perkembangan dan kemajuan masyarakat dimulai dari kemajuan pendidikan. Jika pembelajaran harus dilakukan secara online, maka kita harus siap mengikutinya. Jangan sampai ada dosen yang tidak bisa menggunakan aplikasi Zoom untuk pembelajaran atau ada guru yang tidak bisa menggunakan laptop. Para tenaga pendidik harus menerima keadaan yang ada. Jangan lari dari kenyataan! Itulah risiko menjadi pendidik harus siap menerima perkembangan teknologi.".( : Hendra Wattimena. Di Kompsiana, dengan judul "Digitalisasi di Dunia Pendidikan, Solusi atau Masalah?"

Maka kembali dalam berhari raya secara umum saya kutipkan berita yang istimewa ini :  jpnn.com, JAKARTA - Eks Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab menyampaikan pesan dari balik jeruji penjara di Lebaran 2022 kali ini. Pesan tokoh asal Petamburan itu disampaikan lewat kuasa hukumnya, Aziz Yanuar. "Indonesia darurat kebohongan. Banyak pejabat dari pusat hingga daerah tiap hari berbohong. Bohongnya setinggi langit," kata Aziz lewat pesan singkat, Senin (2/5). Habib Rizieq menyerukan agar di Hari Raya Idlufitri 1443 Hijriah ini menjadikan momentum kembali kepada menjauhkan diri dari kebohongan."Karenanya, saya (Habib Rizieq, red) serukan jadikanlah Hari Raya Idulfitri 1443 H ini sebagai momentum untuk kembali kepada fitrah manusia yang antikebohongan," ujar Aziz.

Pembaca Yth. Mari kira renungkan sejenak menggali kedalaman dari sekurangnya catatan terkutip diatas.

Mengalami suatu kejadian, dapat terlibat, sebagai pelaku, sebagai korban, sebagai saksi, sebagai pendukung bahkan penggerak pemberi motivasi atau sponsor. Mengalami hadir dalam berhari raya dapat sebagai orang puluhan tahun yang lalu, bisa sebagai Pejabat Pemerintah, dapat sebagai penulis di Kompasiana, dapat sebagai pelaku pendidikan, dapat sebagai orang dari balik jeruji besi penjara.

Dewasa ini semua bisa terbantu dan ditentukan oleh perkembangan teknologi dan kesiapan pribadinya untuk merespon pengalaman dan berlanjut dengan beraktivitas, atau cuek dan tidak mendapat satupun nilai kemajuan dengan perubahan..

Seorang yang bijak atau cerdas bisa melihat suatu peristiwa seperti dia mengalami sendiri dan melihat seluruh kejadian. Kejadian bisa tampak dari sudut pandang orang yg memandang, dan dari sisi-sisi kejadian, dari hal-hal yang membuat kejadian itu menjadi seutuhnya terjadi. Dan masih bisa dicatat kecenderungan kita : Bila mendapat kekecewaan, kecelakaan, musibah, selalu dibuatnya evaluasi dan segala penyesalan, akan tetapi bila mengalami suka cita, berhari raya jarang yang membuat refleksi perhitungan kembali, semua sudah puas, titik, habis perkara..

Berhari raya menghasilkan apa bagi kita orang masing masing. Dalam pemberitaan selain tiga kutipan diatas masih banyak "cerita" perilaku tokoh, pakar, warga yang diam-diam mencatat peristiwa berhari raya untuk dirinya sendiri atau membuat perilaku pencitraan sampai persiapan 2024. Nah berhari raya dengan motivasi sampingan ini baru mereka juga membuat perhitungan. Wajarlah !

Saya ingin menambah "cerita angan angan" permenungan reflektif, perhitungan apa yang bisa/ boleh jadi siapapun memperoleh dari Berhari Raya"

Satu,  dalam berhari raya secara nyata/ Materiil kita bisa menerima atau menggunakan dalam pelbagai kesempatan dan bentuk .(Uang, barang,fasilitas dan lain sebagainya)  .Bersyukurlah.

Dua,  dalam dan selama berhari raya khususnya yang bersifat keagamaan dan tradisional secara Immateriil.kita alami :upacara dan peribadatan bersama selanjutnya  silaturahmi, akrabnya persaudaraan, penghormatan kepada ortu, menerima petuah dan nasehat pesan dari pimpinan ibadat, sesepuh, tua tua adat dan keluarga. Bersyukurlah.

Tiga,  dalam banyak kesempatan terlebih dengan perjalanan mudik dan balik kita dapat berkesempatan berbuat atau menyaksikan orang lain dengan perilaku atau Penghayatan terhadap toleransi,  Perhayatan terhadap nilai-nilai HAM, nilai-nilai Pancasila, Penghayatan akan nilai nilai agama,. Semoga mereka terberkati Tuhan.

Empat, Diharapkan seusai reda, setelah pulang dari perjalanan, upayakan sejenak Keheningan dan Kontemplasi untuk menemukan Karya Allah.

Keheningan batin dibantu mengalami melihat kekhusukan orang lain beribadat dapat memberi kesejukan hati orang yang bisa menyadari bahwa semua yang telah terjadi kita berhari raya itu semua hanya terjadi demi dan atas Kehendak dan Ridlo Tuhan Yang Maha Esa.

Theolog guru sufi Al Harith al Muhasibi (th 781-857), mengajarkan bahwa kepuasan batin adalah keheningan hati dalam/di  jalan Tuhan. Petapa Eropa dizaman itu bersusah payah melakukan Kontemplasi untuk bisa memandang terus menerus kehadiran Tuhan. Baru setelahnya Fransiskus, Dominikus, Iginatius diabad 12 mempelopori kontemplasi dalam aktivitas lebih terbuka dan memasyarakat.. Kontemplasi berarti hidup dalam upaya mengalami menyadari kehadiran illahi dalam semua peristiwa alam, sosial, dan perbuatan baik sesama. Bukan sekedar melihat, memperhatikan, tetapi melihat dengan penuh perasaan dan kesungguhan adanya Karya Allah dibalik semua peristiwa..

Saya percaya dalam keimanan agama apa saja "Merayakan" memeriahkan peribadatan dan perbuatan baik sungguh sukses ketika menemukan dan merayakan Karya Besar Allah Yang Maha Pengasih bagi kita di alam semesta ini.

Demikian pertanyaan refeksif dalam judul saya coba jawab. Semoga bisa mengaspirasi Pembaca yang budiman khususnya seusai berlebaran. Dan selamat beraktivitas kembali dengan penuh semangat fitri di jalan Tuhan.

Tolong terima permintaan maaf atas segala kesalahan saya selama ini. Dan tolong terima salam hormat saya.

Ganjuran,  Mei, 04,2022, Emmanuel Astokodatu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun