Penilai yang paling valid hukumnya adalah bagi para penanggung jawab terhadap anak-anak buah atau bawahannya, orang tua terhadap anak-anaknya. Itupun ada tujuan yang ditargetkan dan ada kebijakan bimbingan pendampingan asuhan.
Penilaian yang wajib menurut layaknya adalah introspeksi pribadi. Sementara Penulis, Pembaca, Pengamat tentu mempunyai alogaritmenya masing-masing. Dan sikap kritis serta kewaspadaan. Orang Jawa bilang : Mulat salira hangrasa wani, Hamemayu hayuning Bawana. Penuh kesadaran dan mawasdiri, Semua demi kedamaian bersama.
Pembaca yang budiman, merespon pertanyaan pada judul Menilai orang dimana baiknya? Ya disitulah, menilailah saudara dimana salah saudara kita, dan peringatkan demi dan dengan jiwa persaudaraan, untuk kebaikan bersama. Bukan dengan dan demi semata kebesaran citra diri untuk perebutan posisi yang menguntungkan.
Saya menulis dalam suasana hati refleksi Aksi Puasa Pembangunan, masa puasa kristiani saya, semoga juga dengan rendah hati berharap ada kemanfaatan bagi para pembaca yang oleh ridlo Allah sampai di tulisan ini. Â Dan kepada semua juga kepada Yth Admin Kompasiana, disampaikan permohonan maaf bila tidak berkenan dan salam hormat saya.
Ganjuran, April 06, 2022. Emmanuel Astokodatu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H