Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mewarisi Seberkas Cinta

19 Maret 2022   09:41 Diperbarui: 19 Maret 2022   09:46 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari ini akan kutulis bagimu Cerpen untuk wacana pesanmu. Cerpen ini cerpen yang teramat pendek, agar memenuhi kebenaran pendek cerita wacana cinta. Tetapi ada 3 episode.

Episode satu .  Betapa sedih dia kulupakan.

Seorang kenalan baru di Facebook mengirim SMS :

"Pak, bapak ingat saya bukan ?"  Dan jawabku : "Ingatlah, permintaan pertemanan anda yang saya konfirmasi beberapa hari yang lalu , bukan?"

"Bapak kenal Pak Jayus, aktivis partai itu dulu ?".  Dan kujawab: " Ya kenallah !"

"Bapak pasti ingat anak kecil itu, bukan?"  dan kujawab: "Maaf anak kecil yang mana ? siapa?"

"Itulah saya Bapak, ingat 'kan sekarang?"..dan kujawab: "Maaf saya belum ingat. Saya berjanji akan berusaha mengingatmu kembali, saya upayakan, Saudara !"

Episide dua, Kisah Kecemburuan

Hari ini lagi-lagi kenalan itu kembali mengirim SMS :

"Pak,bapak sudah ingat saya bukan ?"  Dan saya jawab : " Ya, ingatlah, anda yang kemarin bertanya soal pak Jayus bukan ?  Dan anda dahulu anak kecil sekarang sudah dewasa tentunya. Tetapi saya belum ingat siapa dulu anda."

Disambung lagi : "Pak,Pak Jayus tidak penting, Bapak, yang penting saya mohon bapak sudah ingat saya."  Dan saya tanggapi.: "Sekali lagi saya minta maaf Orang Muda, saya sudah tua pelupa. Saya sudah kontak Pak Jayuspun sudah lupa pada anda. Apa anda teman anaknya Jayus. Ya?"

Ditulis lagi : "Pak, Saya anaknya bu Siti, dari desa Kembang, dan perlu bapak ketahui ibu membuat ayah saya cemburu. Tiap ayah bunda kami pulang kerja, makan, selalu ibu cerita tentang Bapak. Sebab Bapak pernah memberi uang jajan saya Rp.200,-  Saya mengharap Bapak sekarang ingat saya."

Ku jawab : "OMG.!  Huuaaaduh. Satu kata tembakan kau arahkan padaku. Kata cemburu, serius ini (?) , Jangan bercanda !  Maaf saya tidak mengenalmu Orang Muda, itu berbau fitnah, ceritamu"   Dan tidak dijawab lagi. SMS terhenti.

Episode tiga.   Pewarisan Pesan dan Cinta.

Hari ini dia membuka lagi komunikasi SMS, demikian :  

"Bapak, Ibu saya, Siti sudah meninggal setahun yang lalu. Sudah sering dia berpesan kepada saya, dan dekat sebelum meninggal berpesan juga, jika saya sudah sukses harus mencari Bapak dan berterima kasih kepada Bapak. Dan itu semasa hidupnya sering mengulang pesan itu.

Maafkan saya bila kemarin Bapak tidak berkenan. Tetapi memang demikian pesan ibu dan memang demikian ceritanya Ayah. Ayah saya sekarang tinggal bersama saya rumah di desa ditinggalkan. Saya memang harus menyayangi ayah saya yang sabar dan mencintai mendiang ibu. Ibu selalu mengingat kebaikan hati Bapak. Dahulu saya berumur 5 tahun Bapak beri saya uang Rp.200,- kata Ibu."

Dan saya memberi tanggapan demikian :

"Sekali lagi saya minta maaf, anda cerita tentang uang yang terjadi lebih dari 40 tahun yang lalu. Sebenarnya Ibumu sedang mengajarkan padamu rasa terima kasih, itu saja, dengan bahasa keibuan. Dan Ayahmu seperti kau ceritakan sangat mencintai ibumu. Itulah yang perlu dimaknai dan diterima. Bahwa kau harus mencari saya sewaktu kau sukses, itu saat itu suatu keandaian, bahwa sekarang menjadi kenyataan kau sukses. Syukurilah.!"

Masih direspon lagi ditulisnya :

"Bapak, terima kasih nesehat Bapak. Tetapi pesan ibu itu selalu mengiang dihatiku. Bolehkah saya nanti bertemu Bapak.? Ibu sangat menghormati Bapak."

Dan saya jawab :

"  Itu tentu boleh, dan baik saja.kalau ada waktu, kau kan punya kesibukan sebagai orang sukses. Dan katamu ibumu menghormati saya itu mungkin lebih pas. Saya seorang pegiat partai, saat kau berusia 5 tahun. Keluargamu mungkin salah satu pendukungku untuk terpilih di dprd saat itu.. Semuanya wajar dan simpel saja.

Sudah saya perhitungkan bahwa pertemuan kita dengan uang duaratus perak itu sudah lebih dari 40 th yang lalu.Haruskah saya menngingat kemana perginya duaratus rupiah yang saya relakan itu. Maafkan saya."

Hari ini aku bertobat dan berdoa : untuk orang yang dalam diam mencintaiku, untuk orang yang pernah kecewa karena aku.

Untuk suami yang  tetap setia kepada isterinya, untuk isteri yang tulus dan jujur mengemban kecintaannya.

Untuk seorang puteranya yang menyampaikan berkas berkas kecintaan sebagai warisan bagiku.

Episode penutup :  Ini cerita pendek, wacana pesanan orang mencinta, yang telah me-"waris"-kan kecintaan yang terjilma dalam berita maya. Dan anak sederhana hati yang berbakti. Seperti itu jahatnya arena dan aroma politik, membiaskan antara rasa cinta sejati dan pencitraan politis.

(maaf ini fiksi saja, bila ada yang senama dan serupa abaikan saja, dan maafkan saya)

Ganjuran, Maret 19,2022. Em Astokodatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun