Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketergantungan dan Kemelekatan

10 Februari 2022   15:50 Diperbarui: 10 Februari 2022   16:05 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketergantungan dan kemelekatan adalah disposisi atau keadaan seseorang yang merasa tidak bebas dalam mengambil keputusan karena merasa ditentukan oleh  pilihan yang sudah dianggap mengikat. Dan justru cenderung kembali membuat keputusan pilihan -melekat- kepada yang hal yang dirasa mengikat itu..

Dalam kehidupan sehari hari mungkin dilokal tertentu dikatakan "kecanduan", karena disana ada makna "kejangkitan" suatu kegemaran sehingga melupakan hal-hal yang lain. Ada rasa negatip, rasa berlebihan mungkin spontanitas atau tanpa pertimbangan.

Hal itu sangat bisa dimaklumi sebab Candu sebenarnya adalah  getah kering pahit berwarna cokelat kekuning-kuningan yang diambil dari buah "Papaver somniferum"yang dari bahasa Biologi ini bisa dibaca berarti "papaver yang membuat tertidur".

Papaver somniferum adalah sejenis tumbuhan berbunga di keluarga Papaveraceae. Tumbuhan ini merupakan sumber bahan baku dari opium dan candu, serta merupakan tanaman hias yang memiliki nilai ekonomi di mana tumbuhan ini biasanya dikembangkan di taman.(Wikipedia)

Opium merupakan kata yang sekarang jarang disebut, sekarang lebih umum orang bicara tentang Narkoba. Opium atau candu dahulu dinikmat dengan dibakar dan asapnya dinikmati dengan alat seperti honcowe/pipa tembakau. Berikut waktu umum tahunya dengan menikmati ganja. Dewasa ini kita bicara Narkoba.

 Jadi ketergantungan dan kemelekatan mudah dipahami dengan kata Kecanduan. Yang diatas dikatakan "kejangkitan" suatu kegemaran yang membuat orang lupa akan hal-hal lain.

Kecanduan, kondisi akibat opium , dalam bahasa kesehatan juga digambarkan sebagai akibat candu yang mengandung zat yang bersifat adiktif. Zat adiktif adalah zat yang dapat mengakibatkan kecanduan. Zat ini dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan nama Napza (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya).  

Melalui tulisan para mahasiswa KKN UNDIP  Kompasiana membuat pewartaan positip tentang Narkoba, dimasa Covid-19  Yang saya maksud adalah seorang Talitha Tsany yang menulis dengan judul : " Lindungi-masa-depanmu-dengan-jauhi-narkoba-remaja-indonesia-harus-waspada-akan-hal-ini."  Dan temannya Aditya Maulana menulis dengan judul : "Mahasiswa-kkn-undip-sosialisasikan-pentingnya-rehabilitasi-untuk-melawan-peredaran-narkoba"

Mereka melaporkan kegiatan Tim KKN UNDIP sosialisasi menyasar kaum muda dan dipilih didaerah perkotaan Tangerang Selatan dan Bekasi. Diperkirakannya penggunaan narkoba disana dikarenakan situasi dan kondisi pandemi yang membuat stress. Banyak orang kehilangan pekerjaan, banyak remaja kehilangan peluang berhura-hura bersosialisasi dengan sesama remaja temannya.

Maka tim itu memberikan materi sosialisasi tentang pengertian Narkoba, faktor penyebab pemakai serta akibat penggunaan, dan upaya menghindari pemakaian Narkoba itu. Disadarkan kepada mereka dampak penggunaan narkoba pada kesehatan fisik, mental dan sosial.

Satu berita yang menggembirakan bahwa kebanyakan kunjungan sosialisasi itu di tanggapi positip oleh para remaja dan masyarakat setempatnya. Bagi saya itu suatu tanda bahwa kendati bagaimana perubahan situasi dan kondisi akibat pandemi maupun pengaruh lain sebelumnya entah tradisi atau warisan masyarakat, masih ada dalam masyarakat kesadaran bersama yang kritis dan rasional.

Kesadaran kritis dan rasional itu adalah kunci akhir untuk melawan Ketergantungan dan Kemelekatan.Ketergantungan dan kemelekatan dalam kehidupan sederhana sehari hari sangat banyak kasusnya. Dari kebiasaan minum kopi, minum obat pusing, minuman keras, bahkan merasa harus buang angin, buang dahak, menguap sembarangan, yang tampak kurang santun, sampai hal permainan judi dalam segala bentuk.  

Semua itu masih bisa diperluas yang membuat seseorang suka rela tergantung, dan melekat, serasa tidak hidup tanpanya, secara tidak masuk akal..Ketergantungan dari sesuatu, sering merupakan faktor diluar diri. Kemelekatan kecenderungan keinginan, merupakan faktor dalam kepribadian.

Dalam suatu aliran pelatihan rohani membangun kepribadian orang,  Ketergantungan dan Kemelekatan adalah hambatan dan penghalang utama yang harus dilepas untuk berkembangnya spiritualitas yang hidup dan berkembang. Dan kesadaran dan kewaspadaan terhadap ketergantungan dan kemelekatan ini berlaku untuk segala umur. Mangapa karena bisa dilihat membangun kepribadian bervisi spiritual adalah didasarkan pada visinya terhadap kemanusiaan. Sejak dini anak-anakpun dibangun jiwa spiritual keislamannya mulai dari pesantren terdepan ialah keluarga.

Dalam lingkungan yang pernah saya lihat disana, sambil berlatih sekaligus mengukur diri ada pemeo anjuran : Agere contra, atau berbuatlah sebaliknya dari yang anda inginkan.  Mungkin menjadi lebih sederhana "jangan ikuti kesenanganmu saja".  Secara logika seseorang  yang tergantung dan melekat pada suatu kebiasaan yang kurang baik yang perlu dihindari,  jelas pesannya tentu :  "Jangan begitu." Atau : Agere contra. "coba sekali sekali buat yang lain syukur sebaliknya".

Anjuran Agere Contra tampak suatu sikap yang tegas-keras, terhadap diri sendiri atau orang lain dibawahnya. Ketegasan yang memperlembut sikap itu adalah nasehat Jawa: "Ngono ya ngono, nanging aja ngono" yang ujungnya adalah keseimbangan dan harmoni. "Demikian silahkan, tetapi juga jangan yang begitu." Saya kira untuk nasehat menghadapi narkoba harus lebih tegas dari pitutur Jawa yang lunak itu.

Menghadapi dillema semacam itu pasti Pembaca juga mengalami dan sudah bersikap sangat arif. Saya langsung membuka fakta menyeluruh, yaitu harus adanya disposisi kedewasaan yang sehat dan benar untuk selalu mampu membuat pilihan. Saya membuat untuk anak-anak saya sejak kanak-kanak "membuat pertimbangan" (mungkin perlu dipancing,ditanya, diajak diskusi) dan "membuat pilihan yang bebas"(dan konsekwen, serta bebas jangan dihambat)  Dengan diskusi kecil, dan uji coba melepas dalam kebebasan akan / diharapkan membuat generasi yang kritis, rasional, bebas bertanggung jawab.

Satu pemikiran tertinggal : Bila anda harus membuat pilihan bebas, ternyata anda banyak ragu-ragu disitu boleh bertanya-tanya adakah ketergantungan dan kemelekatan pada diri anda. Apa itu ?

Ungkapan yang tak boleh saya lupakan : Terima kasih telah mengikuti permenungan saya, dan tolong terima salam hormat saya.

Ganjuran, Februari, 10, 2022.  Emmanuael Astokodatu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun