Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nilai Itu Pilihan, Hak dalam Kebersamaan

2 Februari 2022   19:58 Diperbarui: 2 Februari 2022   20:01 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jadi ada nilai yang tidak prinsip, bukan prinsip. Diantaranya yaitu Nilai kebaikan dalam bertindak dan langsung dirasakan buahnya. Ada pula nilai yang bukan prinsip tetapi bagi seseorang misalnya pemeluk keyakinan tertentu mengambil frase itu sebagai prinsip dalam hidupnya. Seperti rumusan pesan Agama. Contoh, "Cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap akal budimu, segenap sanubarimu, dan sesamamu seperti pada dirumu sendiri". Pesan ini dalam rumusan yang berbeda semua agama mengajarkannya. Nilai yang universal ini bisa saja bagi seseorang itu "prinsip", tidak akan ditawar-tawar.

Maka keseluruhannya ada beberapa langkah ini :

1. Untuk pemahaman dan menangkap substansi atau inti pesan, tanggalkan semua pelbagai pembalut, pengantar, tambahan, pendeknya kemasan pesan. Katakan ini abstraksi ilmiah.

2. Masih selanjutnya untuk menangkap inti, juga tanggalkan segala macam kepentingan, juga kepentingan kita sendiri untuk sementara. Kita sebisanya mengambil jarak, dibayangkan kita tidak berkepentingan dahulu dalam pesan kebijakan itu. Dengan demikian diharapkan menemukan nilai yang obyektif.

3. Berikutnya kita ciptakan semacam dialog dengan pemberi pesan sejauh kita kenal. Bila itu suatu pesan tradisi atau adab suatu kelompok, usahakan mengenal identitas sang pemberi pesan. Bayangkan seperti ada dialog, ada komunikasi dan bahkan transaksi nilai. Tukar pendapat imaginer ini bisa lebih membantu penghayatan kita akan nilai yang dipesankan.

4. Langkah berikutnya adalah refleksi, untuk menilai diri sendiri. Bisa saja kita bermegah diri, merasa tidak membutuhkan pesannya. Tetapi bisa-bisalah merasa perlu koreksi diri. Koreksi diri adalah titik kemenangan mengalahkan kepicikan kita. Dan bisa berbangga menemukan diri dengan penambahan nilai yang harus segera diperjuangkan.

5. Pertimbangkan kondisi nyata kita untuk pelaksanaannya pesan. Mungkin perlu penundaan untuk selesaikan sesuatu yang lebih mendesak. Sebab pesan kebijaksanaan biasa untuk jangka panjang.

Inilah langkah yang saya renungkan dibantu oleh kebikasanaan filosofi pitutur Kejawen : "Golek Banyu apikulan warih, goleh geni adedamar", cari air bawa sepikul air, cari api bawa pelita.

Demikian semoga bermanfaat menghadapi pelbagai peristiwa dan pelbagai kearifan lokal nasional maupun universal.

Tetapi dengan rasa hormat, kusampaikan terima kasih saya kepada ketekunan Yth Pembaca yang menelusuri jalan pikiran sederhana saya ini.

Ganjuran, Feb.02,2022. Emmanuel Astokodatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun