Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perihal Orang Beragama

15 Januari 2021   10:37 Diperbarui: 15 Januari 2021   10:40 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berbicara perihal orang beragama tanpa memasalahkan dalam hal agamanya itu yang ingin saya upayakan. Itu mungkin bila kita bicara tentang orang dengan ciri-ciri sebagaimana diakui. Kita tidak bicara tentang isi ajaran suatu agama melebihi yang bukan pengakuan orang yang kita bicarakan.

Apa pentingnya pembicaraan yang demikian ? Masih terpikirkan oleh saya hasil Teropong Republika bahwa Issue Agama dalam kancah sosial politik budaya  tetap semarak kedepan. Dan itu dikaitkan dengan issue Politik identitas.  Semua ini pernah saya angkat-bahas di tulisan sebelum ini. (Sampai Kapan Tahun Baru Anda ? Halaman 1 - Kompasiana.com)

Dengan lebih berbicara perihal orangnya saya mengajak lebih sadar bahwa sebagai warga bebas berbicara tentang sesama warga, biarkan tentang agama dibicarakan oleh sesama umat pemeluk agamanya. Tetapi kecenderungan masa lalu dinegeri ini politik pengelompokan dan segala strategi politikmya mau mengarah memanfaatkan agama sebagai senjata politis. Sepertinya orang sengaja lupa bedanya Orang Beragama dan Agama sesama warga negara. Marilah mulai dengan kita sendiri sadar dalam berfikir menulis maupun berbicara.

Memang disemua lini medsos juga orang suka menarik perhatian khusus tentang agama, misalnya saja tentang kehidupan para selebritis. Kita bisa menemukan dua artikel dari sumber berita sama, yang Sempat menarik perhatian tentang Beda Agama.  Satu artikel berjudul "5 Artis ikuti Keyakinan Pasangan". dan satu lagi "3 Artis ini diam-diam Pindah Agama"(3 Artis Ini Diam-diam Pindah Agama (indobu.news)

Dalam dunia terbuka ini terlebih dengan bantuan media dengan teknologinya perbedaan identitas sudah terpupuk pun mau diretas termasuk perbedaan agama, kendati bukan perkara mudah tetapi terjadi. Itu pula perlu kita sadari bukan kita cuekin. Dalam artikel 5 Artis pindah agama lebih murni demi perkawinan, kendati ada pilihan lain. Didalam artikel 3 Artis, perpindahan agama bukan berdasarkan pada perkawinan. Tetapi kesemuanya menjadi issue agama didalam medsos.

Pada tanggal 10 Januari 2010 adalah tulisan saya yang pertama di Kompasiana. Hari Minggu yang lalu tanggal 10,01,2021 saya sudah mulai menyusun kerangka tulisan ini. Ternyata perhatian terkendala oleh peristiwa Sriwijaya Air yang terkena bencana. Saya harus disibukkan dengan komunikasi kepada adik yang barusan ke Yogya dan Jakarta dari domisilinya di Pontianak. Syukur dari Jakarta dia sudah pulang tg 04 yang lalu. Semoga pula semua penumpang saya pasti mereka beragama yang terkena musibah itu jiwanya diterima di pangkuan Tuhan Yang Maha Kasih. Demikian doa saya apapun agama mereka.

Pada hari Senin(01,11) Facebook menampilkan ulang foto saya bersama seorang tamu dari Bangladesh yang bertemu kembali 5 th yang lalu. Pak Ali anggota rombongan yang dipandu oleh sebuah LSM datang ke gereja di Ganjuran, suatu dusun di desa Kalurahan Sumbermulyo, Kepanewon Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, DIY. Saat itu dia datang bersama rombongan skope Asia, tidak lepas dari arahan Depag, hendak belajar tentang kerukunan umat beragama.

Hal ini lebih meneguhkan dan memotivasi lagi niat saya menulis artikel ini. Sebab sejak awal rencana artikel ini saya sadar bahwa desa saya ini sudah sering menjadi tempat pembelajaran orang dari mana-mana. Termasuk mahasiswa menyusun karya tulisnya. Desaku menjadi wakil menghadirkan NKRI dimana terbukti adanya kerukunan umat beragama. Lebih atau kurangnya orang lain menilainya.

Beberapa tahun silam saya sering mendapat tugas menerima tamu seperti tersebut dimuka di gereja Ganjuran karena beberapa alasan. Diantaranya rumah saya dekat gereja, juga saya pernah pula menjadi anggota dewan gereja itu, dan faktor usia tua ini melekat saja.Tetapi saat ini saya bukan meragukan hanya ingin menyelami lagi bagaimana kesadaran warga disekeliling saya tentang kerukunan umat beragama.

Dalam lingkungan gereja, saya mengenal dari dulu sebenarnya selalu sebagai minoritas ada rasa kegamangan dan khawatir akan ada sesuatu yang tidak nyaman. Sebab sering saja ada kasus dalam masyarakat terdekat seperti, pertengkaran pribadi disangkutkan agama, kasus kematian dalam satu keluarga yang terdapat perbedaan agama dalam satu keluarga itu berdampak ketegangan, pada saat terjadi G.Merapi meletus, datang pengungsi aneka agama ditampung diaula terbuka milik gereja dihebohkan oleh pihak ketiga. Dalam semua kasus diantaranya yang saya sebut diatas selalu ada semacam "kekuatan/pihak" datang dari luar dusun/desa setempat yang membuat tidak nyaman semua pihak dilingkungan setempat..

Maka pada tanggal 10, 11,12 saya bersafari mengunjungi beberapa warga setempat untuk berkomunikasi silaturahmi sambil menyelam menghayati apa memang kerukunan antar umat beragama itu nyata.

Dalam kunjungan itu setelah konfirmasi tentang diri dan posisi mereka didusun, saya selalu bertanya mengarah dengan pertanyaan ini :

Satu, Apa ada petunjuk perintah,saran nesehat yang anda pegang untuk membedakan, atau melarang bergaul, atau bagaimana antara anda dengan warga beda agama.?

Dua. Bagaimana sikap anda atau keluarga anda sebenarnya tentang ajakan/anjuran Kerukunan umat beragama ?

Tiga. Apa Pesan anda setelah melihat lapangan dari dusun kita hingga kabupaten dst yang anda pedulikan.

Tidak semua responden menjawab jelas dan berani selain : Bp. Widodo (60th) sekr.RT ; Bp.Agus Budiantara,(40th) Ustad, Bp.Aleks Warsito (68th)ketua RT responden yang lain tidak tegas menjawab pertanyaan tetapi memberi masukan sehubungan pertanyaan ketiga ataupun dengan kerukunan umat beragam itu.

Dari ketiga pribadi setempat tersebut dimuka mengakui dan menegaskan mempunyai pegangan sehubungan dengan warga beda agama. Tetapi ada petunjuk berikutnya yang memberi arah pelaksanaan. Dikatakan oleh mereka formula : Agamaku agamaku, agamamu agamamu, merupakan pernyataan status identitas iman kepercayaan. Arahan kedua menjadi dasar toleransi didasarkan pada praksis Nabi atau Kalifah zaman awal. Toleransi juga termasuk menghargai perbedaan kepercayaan.

Tiga narasumber saya tersebut diatas dengan gaya berbincang masing-masing sama sependapat. Ada tafsiran dan prilaku baik ibadah maupun kemasyarakatan yang radikal, moderat dan lain sebagainya. Juga tegas dijelaskan didusun saya itu ada saudara-saudara yang dari NU. Dan ada termasuk mereka itu dari Muhamadiyah. Dan itu memberi "senyum" atas kegamangan saya dan pengurus gereja bila hendak membuat kegiatan bersama mereka. Mereka ini tentu saja bersama yang lain sebagai warga masyarakat setempat, cukup wibawa menghadapi bila ada kekuatan/pihak luar yang masuk secara tidak diharapkan. Mereka ini disiplin berpegang tuntunan agama sebagai agama Rahmat untuk semua manusia dan semua ciptaan.

Ada masukan lain dari Bp.Parjiyo,(48th), karyawan sipil kepolisian dan Ibu Titik Hidayati . Mereka selain menyadari agamanya, mereka sangat memperhatikan situasi dan kondisi warga setempat dari sisi keagamaan yang berbeda.Sebagai Kadus Ibu Titik Hidayati (47th) mempunyai perbandingan dan wawasan dari wilayah lain. Dia merasa semua sejak dia kecil tinggal disitu, semua berjalan wajar, aman dan setiap masalah bisa diselesaikan dengan baik. Bahkan ditingkat desa berjalan dan aktif ada peran pada event-event tertentu Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB)..

Demikian berangkat dari Issue Agama diera kedepan, Politik Identitas, Kerukunan Umat beragama, di NKRI, menukik kerinduan saya menghayati kesejahteraan lahir batin telah saya coba paparkan dengan bicara perihal orang beragama di lingkungan terdekat saya. Ternyata saya merasa tidak tertipu atau terkecoh oleh issue saja tetapi berhasil saya selami diantara warga. Saya bertemu dengan orang beragama, bertanya tentang keyakinan akan sikap rukunnya bukan agamanya.. Kerukunan Umat beragama ditempat itu bisa dirasakan.

Menutup paparan ini saya ingin mengutip dari Tom Yacobs, dalam bukunya berjudul "Paham Allah", halaman 13 dia menulis : "Ini bukan Buku Mengenai Allah, tetapi mengenai manusia. Mengenai manusia yang mencari Allah dan berusaha memahami relasinya dengan Allah". Kalimat Tom Yacobs ini yang menginspirasikan paparan saya ini yang berupaya berbicara perihal orang beragama, bukan tentang agama.

Semoga ada manfaat bagi Pembaca Yang terhormat. Ada kurangnya tolong dimaafkan, tetapi juga tolong terima salam hormatnya.

Ganjuran, Januari,14.2021. Emmanuel Astokodatu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun