Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tempatkan pada Tempatnya, Katakan pada Waktunya

31 Desember 2020   20:45 Diperbarui: 31 Desember 2020   20:47 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sing bener, Sing pener.!"  nasehat kakek saya untuk makna dan maksud kata kata dalam judul diatas. Ketika nasehat itu dikatakan kepada kita, maka kakek penasehat mungkin berfikir tentang kebenaran yang relevan di saat itu. Tetapi kita bolehlah berfikir melihat kebenaran itu sempurna ketika dimengarti seperti diletakkan pada tempat dan dikatakan pada waktu yang tepat.   

Waktu dan tempat itu pewarna peristiwa dan realita, bisa jadi alat pranalar dan ukuran. Waktu itu sahabat hidupku.peluang prestasi, penguji kesabaranku. Tempat itu kerangka dan konteks yang mengemas setiap langkah hidupku.   Hidupku dahulu, kini, dan nanti. ....

Hidup itu pada dasarnya bagaikan membaca dan menulis. Membaca itu ketika orang menyaksikan atau mengalami dan memahami peristiwa di luar maupun di dalam batin orang.. Menulis itu ketika orang menikapi dan mengamalkan segala pengalaman yang telah dan sedang tersusun dibenak dan hati orang menjadi kegiatan pengisi kehidupan.

Secerdas segenius sekreatif penulis kehidupan sadar maupun tidak sadar tidak terbang lepas dari akunya yang telah terbentuk pada dirinya. Tanpa demikian buah karyanya itu bukan miliknya.(hehehe, mungkin milik komnasham?)

Dalam dua tiga hari ini berita yang tetap hangat adalah berita tentang mendiang FPI , berita selebritis Gisel, dan saya tertarik istimewa berita sertijab Menteri Kesehatan. Berita tersebut pada tanggal 28, 29, 30 oleh saya yang bukan pemburu berita, dengan mudah, dari dua tiga sumber bisa mengikuti : cerita kejadian, respon, komentar dan dalam gaya-gaya pemberitaan. Dengan banyak kehati-hatian menimbang pemberitaan itu bukan hoack saya berani memastikan kejadian itu saya anggap peristiwa yang boleh ditarik pembelajaran.

"Saya sesudah jadi menteri, menjadi mantri. Dan itu kebanggan buat saya. Saya boleh menyuntik orang kembali," canda Terawan, dalam video live streaming Sertijab Menkes di channel YouTube Kemenkes. Rupanya pidato Bp.Terawan ini sugguh menarik karena saya masih bisa mengutip lagi dari sumber berita lain.

"Semoga semua berjalan dengan baik dan saya akan meneruskan profesi saya. Apapun yang diizinkan. Kalau itu diizinkan untuk dikerjakan, saya kerjakan. Kalau nanti diizinkan mengerjakan yang lain, saya juga akan kerjakan. Itulah wujud bakti saya terhadap bangsa dan negara," tegas Terawan.(Terawan: Dari Menteri Jadi Mantri, Sekarang Boleh Nyuntik Orang Lagi (msn.com))

"Kebetulan staf-staf saya ini mantan militer, semua juga sadar kapan harus berhenti, kapan harus berjalan, kapan harus menghadapi situasi, kapan harus tahu kemampuan dan kapan tahu batas kemampuan," ujar Terawan.(Pidato di Acara Sertijab Menkes, Terawan: Semua Sadar Kapan Harus Berhenti (msn.com))

Terawan Agus Putranto sekarang mantan Menkes RI, seorang dokter tentara . Sebelum menjadi menteri dia pensiun sebagai dokter tentara dengan pangkat Letjen TNI  Mempunyai rekam jejak istimewa sebagai dokter yang dititi di jalur ketentaraan.  Dan pada hari Selasa (29,12).ini serah jabatan.

Purna mengakhiri masa jabatan, dengan penuh kesadaran diri, dan memberikan kesaksian akan bagaimana mengalami dirinya sendiri. Tergambar dalam kutipan pidato itu bagaimana dengan candanya dia menyadari dan mengalami dirinya. Kapan dia harus berhenti, dan kemana arah setelah itu. Saya melihatnya sebagai pengalaman yang aktual baginya ketika dia bicara, dan mungkin hingga saat saat dia melanjutkan hidupnya

Demikian bagi Terawan, bagi saya kejadian dengan segala pelaku, saksi-saksi, dan berita itu adalah juga pengalaman. Itu sesuatu yang saya baca dan benar, nyata terjadi juga layak waktu (belum basi, dan aspiratif untuk merenung waktu diakhir tahun).

Berita tentang kejadian berthema FPI dan Pemimpinnya menjadi kejadian fenomenal politik dan agama seperti sayur lodeh atau juga sajian kekinian coktail memanjakan selera lidah berragam. Bukan saja FPI DKK dituduh dan dinilai menimbulkan kekacauan tetapi juga pengamat dan media menjadikan akhiran tahun 2020 penuh peristiwa dan semi/semu realita terjadi.

Tahun 2020 yang istimewa ! Disini ada sajian berita tentang Giesel dan pasangannya. Sebenarnya bukan salah para juru berita, tetapi Giesel sendiri mulai dengan membuka dan menyajikan 19 detik tayangan di Twitter 6 Nov yl. Dan 8 Novemer telah ditonton sekitar 8 juta netizen.. Sembilan belas detik yang membawa Gisella Anastasia dan MYD 29 Desember ditetapkan sebagai tersangka. Proses rentetan berita mengikuti proses hukum pada tersangka Gisel dan rekannya. Proses pemberitaan membuat rentetan pemikiran dan rekayasa dugaan. Semua harus pada waktunya.

Aneka Kesadaran masyarakat dari pembaca ditulisan dan gambar gadis cantik dipantat truk tentang "peringatan19 detik tayangan" sampai pembelajaran wartawan Kompas kepada psikolog seksualitas dari Solo  itu rentetan berita seputar Gisel. Itu suatu gambaran bagaimana para selebriti hiburan memang bisa mengaduk opini sosial.

Demikian sambil menutup hari terakhir 2020 saya menutup renungan saya dengan catatan pembelajaran ini :

*Hargai waktu sekarang ini dan kedepannya, sadaplah hikmah bijak waktu masa lalu dengan hati penuh syukur

*Sadari sepenuh hati peristiwa seputar kita sebagai pengalaman pribadi dan bersama yang harus dipahami, diambil sebagai pembelajaran -reorganisasi pengalaman batin- untuk pengamalan nilai dan perbuatan bersama untuk sesama..

*Marilah memasuki tahun baru dengan cerdas segala sesuatu pada tempatnya dan katakan sejujurnya kebenarannya pada waktunya

Salam hormatku memohon maaf atas segala kesalahan senganja tidak sengaja ditahun lalu. Tolong terima Terima kasih atas kesediaan telah membaca, menilai, merespon tulisan saya ini dan yang sudah lalu.

Ganjuran, 31 Desember 2020. Emmanuel Astokodatu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun