Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya Barakah dan Strategi Bersyukur

14 November 2020   15:40 Diperbarui: 14 November 2020   15:45 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Realitas sosial perlu dibina dengan perubahan yang optimal menjadi lebih baik, ada penguatan, jati diri (identitas), kemandirian, kepedulian, keadaban dan keistiqomahan.Jika siklus ini dilakukan dengan strategi yang baik, maka akan menghasilkan budaya barakah. Mwnjadi lebih jelas bila kita bicara tentang budaya wani piro. Itu bertentangan dengan kebijakan Ilahiyah,dan menjauhkan dari budaya yang barakah.

 Ustadz Erick Yusuf  mengawali presentasinya dengan pertanyaan apakah yang pas itu istilah seni budaya Islam atau Islami. Berapa banyak  kearifan lokal yang  bisa dibina menjadi sarana pembinaan nilai-nilai yang diajarkan dalam agama Islam. Maka, perlu blue print pembinaan seni budaya Islam di Nusantara ini sehingga pembinaan tersebut bisa optimal.

Habiburrahman El Shirazy,  berbagi pengalaman kerja kesenian dan dakwah yang dilakukannya melalui film. Makalahnya yan berjudul "Berdakwah dengan Media Film adalah Bagian dari Berdakwah Melalui  Wasilah Seni Budaya". Ditegaskan bahwa dalam Islam, dalam pengertian yang luas dakwah Islam mempunyai kaitan simbiosis dengan seni budaya.

Sebagai media atau metoda, seni budaya itu mempunyai proyeksi yang mengarah kepada pencapaian kesadaran kualitas keberagamaan Islam, yang pada gilirannya mampu membentuk sikap dan prikaku Islami yang notabene tidak menimbulkan gejolak sosial, tetapi justru semakin memantapkan perkembangan sosial. (msn)

Dari visi dan program kedepan MUI untuk merealisasi hasil Seminar membangun budaya berkah, dengan semua kejadian terpapar diatas saya kira ada semacam sikronisasi gagasan. Maka kiranya tidak berlebihan saya mengharap  Pemerintah segera memprakarsai Forum Komunikasi Antar Pemuka Umat Beragama ditingkat Pusat hal mana sudah terjadi di daerah. (Akhir bulan lalu sudah diberitakan adanya gagasan ini oleh beberapa tokoh)

Memang Charles Dickens (1812-1870) seorang penulis dan pengamat sosial Inggris yang kritis, pernah menulis kira-kira begini : "Renungi berkah yang sekarang kita masing-masing terima, yang berbeda beda, lupakan kekecewaan masa lalu bukankah kekecewan itu biasanya sama." Sepintas sepertinya tidak perlu kita ingat kekecewaan, Dalam hidup keseharian baik pengalaman maupun itu sekedar berita, memang memberi suatu pertimbangan untuk masa depan.

Tetapi dalam perspektif pesan Charles Dickens pengalaman dan berita peristiwa sudah masa silam. Apa yang benar masa sekarang, adalah berkah yang sedang kita alami sekarang ini. Berkah dalam pesan C.Dickens itu untuk pembahasan kita, adalah peluang yang kita imani sebagai karunia Tuhan yang juga sebenarnya kemampuan manusia berupaya. 

Dan upaya itu Merenungi berkah sekarang dengan Merubah Wawasan Menjadi Pengalaman, penghayatan ! Dan berlanjut Mencari pengalaman baru untuk mendapatkan langkah kehidupan kedepan. Semoga terwujut Budaya Berkah Masa Kini.Dan itu tandanya kita bisa Bersyukur.

Tolong terima Salam hormat saya dan mohon maaf bila ada kesalahan kata yang membuat Pembaca tidak berkenan.

Ganjuran, Nopember,14, 2020. Emmanuel Astokodatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun