Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tengok Kanan Tengok Kiri 20 Kali

12 Juli 2020   20:09 Diperbarui: 12 Juli 2020   20:11 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Orang zaman dulu suka memberi nasehat dengan kata-kata kiasan atau tidak langsung apa isi pesan sebenarnya. Mau mengatakan "Selalu waspadalah" atau "Perhatikan sikon lingkungan dimana kau berdiri" dikatakan "Bisa-bisalah tengok kanan tengok kiri". Kata-kata itu singkat tetapi komprehensip dan bisa inspiratip.

Pesan itu tentang kewaspadaan dari sisi keamanan phisik bisa dikembangkan pada sisi keamanan sosial. Bisa-bisalah menjaga sopan santun, melihat siapa dikanan kirimu. Mungkin ada orang yang harus dihormati, jadi jangan sembarangan. Bukankah orang harus "Mulat sarira hangrasa wani" "Harus dapat melihat siapa diri sendirimu itu".

"Tengok kanan tengok kiri 20x" Ini sumbernya lain!  Sudah setahun yang lalu saya untuk kedua kalinya kena serangan pusing kepala dan muntah-muntah. Untuk itu saya harus juga dirawat inap dirumah sakit. Kata dokter, saya sakit vertigo, disebabkan keterlambatan darah masuk ke otak. Bisa jadi oleh kerja otak, bisa jadi kerja mata terlalu berat, bisa jadi saluran darah yang terganggu. 

Dan perut itu adalah otak kedua, kata dokter itu, maka gangguan kerja otak bisa muntah bisa diare.  Maka pesan dokter menjelang pulang agar sepulang saya dirumah, setiap bangun tidur berolah raga ringan diantaranya Senam Leher : "Tengok kanan - tengok kiri 20x". Hal itu untuk kelancaran darah kedaerah otak yang jauh berpengaruh keseluruh tubuh.

Pesan dokter itu  bisa dikembangkan untuk senam mata, perut, dan otak itu sendiri. Itu bisa dirangkum dengan pengelolaan atau managemen penggunaan mata perut dan otak. Tidak sulit dibayangkan bila digeser diperluas sedikit dengan menggunakan istilah  managemen pikiran, perasaan, indera dan kegiatan (olah) raga.

Managemen adalah penataan tindakan; agar jelas pinjam istilah Covid 19, saya mau menyebut : Protokol kesehatan untuk pikiran, perasaan, indera, dan kegiatan raga. Tidak hanya menjaga jarak, tetapi "tengok kanan tengok kiri", jaga keseimbangan sehingga keseluruhannya ada harmoni, keselarasan sesuai kebutuhan, jauh dari yang berlebihan.

Apa dan bagaimana yang berlebihan itu setiap orang berbeda maka setiap orang harus menemukan untuk dirinya sendiri. Sangat banyak perbedaan berdasarkan umur, pekerjaan, dan kepribadian orang perorang.

1. Ada beberapa hal yang mungkin bisa dikemukakan sekedar menjadi contoh soal seperti:

2. Ada kala orang tak bisa melepaskan diri dari suatu pemikiran, kecemasan, dsb.

3. Ada kala orang karena tugas terlalu lama berhadapan dengan layar komputer

4. Ada kala orang tidak bisa tahan "dirumahkan", atau harus diam menunggu giliran, atau dirumah sakit menjalani rawat inap merasa sudah sehat namun harus menunggu keputusan dokter.

5. Ada kala orang dibelakang kemudi mobil atau sebagai penumpang dalam perjalanan jauh.

5 Ada orang tidak bisa tidur.

6.Perhatian khusus untuk para Adiyuswa, atau Lanjut Usia sering sekaligus tidak bisa tidur ketika ada pemikiran dibawah sadar yang mengganggu.

Maka pula saran juga dikemukakan disini merupakan saran umum. Sedikit dilampiri contoh untuk jelasnya

a. Kewaspadaan dan kejelian menilai diri ditengah situasinya. Seperti kita harus jeli apakah pemikiran yang memenuhi benak kita urgen, atau bisa ditunda dan dinanti lebih masaknya sikon keseluruhan

b. Kordinasi dan melihat global seperti seorang sopir memperhatikan, jalan, rambu-rambu, suara mesin, kecepatan, rem dan seterusnya.

c. Paham akan kemampuan diri, mental-fisik, dan tahu kapan harus istirahat.. Seperti sopir kala mengadakan perjalanan jauh. Pekerja keras khususnya pemikir, harus paham kapan harus istirahat,

d. Setaraf dengan istirahat adalah mencari variasi alternatip gerak, duduk, jalan, mengalihkan obyek pandang sejenak, kala dikomputer dsb.alih pandang ke obyek warna hijau.

e. Hiburan, melakukan kegiatan hobby, seperti memainkan alat musik dsb.

f. Olah raga.Jangan membayangkan olahraga dilapangan,banyak olah raga ringan.

g. Khusus kepada Yth Para Adiyuswa/Lansia disarankan agar diwaktu siang / bukan waktu tidur, harus membuat kegiatan agar pemikiran bisa difokuskan kepada kegiatan ringan tersebut. Diwaktu malam/ saat harus tidur, heningkan batin, maafkan semua yang bersalah dalam segalanya, dan berdoa. Letakkan seluruh tubuh pada posisi lepas bebas tidak terbebani apapun.

Kalau dikupas diurai sedemikian ini seperti tak ada masalah, tetapi kalau sedang menghadapi mengalami apa yang tersebut diatas serasa tak ada yang lebih sengsara lagi daripada kita ini. Karena itu sekilas kupaslah sebelum dialami. Atau Tengoklah kanan, tengoklah kiri.20 x menjadi kebiasaan dari awal.

Selanjutnya pertanyaannya adalah: Apakah itu bukan saran untuk orang supaya kerja keras ? Jawabnya : Mungkin juga ?  Setiap orang boleh mempunyai ritme atau irama kerja masing-masing. Akan tetapi semua membutuhkan managemen tata kelola jiwa raga yang sesuai dengan kemampuannya. Perlu dibuat protokol kesehatan untuk masing-masing peran dalam tubuh(mata,otak,perut).

Ritme kerja para menteri mungkin berbeda dengan Presidennya. Jokowi terlatih terdidik bekerja keras hingga mampu menghadapi situasi ektra ordinary  Tetapi mungkin yang lain kurang. Orang boleh bilang Wong Jawa sukanya "Alon alon waton kelakon", pelan pelan nanti akan terjadi. Itu terjemahannya yang salah, koreksinya ada pada Jokowi : "Sabar tetapi prinsipnya tetap dipegang dan berjalan".

Karena dia mengalami pendidikan hidup berat dalam keluarga : "Jalannya menjadi orang bermanfaat dan bisa dihandalkan, hanya dengan kerendahan hati sabar sehingga mampu melihat nilai kedepannya yang harus tercapai".(Dedalane guna lawan sekti kudu andap-asor wani ngalah luhur wekasane./Tembang Jawa)

Pada saatnya harus dihandalkan rupanya para menterinya membutuhkan cambuk, dan ternyata efektif. Bahwa masih perlu dicambuk lagi karena belum waktunya istiahat atau cuti, yaaaah apa boleh buat, dicambuk lagi.

Demikian hasil "tengok kanan tengok kiri 20x" dialam zaman Covid-19 ini. Sebenarnya pengembangan terjauh dari pesan bukan sekedar kewaspadaan, kerja keras,tetapi : "Dapatkah kita melihat dengan mata batin kita nilai-nilai dan kebaikan dikanan kiri kita dan menyikapinya ?"

 Akhir kata : Maafkan bila ada salah kata.Tolong Pembaca yang budiman terimalah salam hormatku.

Ganjuran, Juli 12 2020. Emmanuel Astokodatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun