Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sayur Oblok-oblok Komunikasi Sosial

1 Juli 2020   09:52 Diperbarui: 1 Juli 2020   10:05 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mungkin perlu dijelaskan dahulu apa itu sayur oblok, lengkapnya Sayur oblok-oblok. Sayur oblok-oblok adalah masakan berkuah untuk teman makan nasi di Jawa. 

Isinya bermacam macam, ada kacang-kacangan, irisan tahu,irisan tempe, daun rembayung atau daun singkong. Menurut Google ada 62 macam resep dan setiap daerah ada model masing' Tetapi yang tampak nyata adalah rasa gurih kelapa muda  dan kepelbagaian isian.

Kepelbagaian isian itu sebabnya saya angkat menjadi judul tulisan ini. Tulisan saya sebelum ini dinilai oleh sahabat saya seperti sayur oblok-oblok. Untuk menjaga branding maka justru tulisan saya perihal komunikasi sosial kali ini saya beri judul Sayur Oblok-oblok Komunikasi.

Pemikiran Komunikasi Sosial ini terpicu oleh satu peristiwa politis pernyataan Jokowi ini: "Langkah apapun yang extraordinary akan saya lakukan. 

Untuk 267 juta rakyat kita, untuk negara. Bisa saja membubarkan lembaga, bisa saja reshuffle. sudah kepikiran ke mana-mana saya," kata Jokowi pada suatu rapat kabinet pada tanggal 18 Juni. Kata-kata itu tersebar melalui vcd yang tersiar kepada publik dari Istana baru tanggal 28 Juni 10 hari dari ucapan sendiri itu.

Kata ditanggapi langsung tidak langsung dengan kata pula, dan "kata-kata 'mereka" (jamak). Sudah banyak pula ulasan terhadap kata tanggapan dari negarawan maupun pakar, pengamat dan penulis di Kompasiana ini dan medsos umumnya. Itulah paket-paket kemasan perilaku komunikasi sosial, publik, dan politis.

Mau menyebut materi materi atau topik isian paket termaksud seperti: Kemarahan manusiawi, kekecewaan hasil kerja, hak prerogatif, evaluasi kinerja dan instrumennya, motivasi kerja, implikasi dan dampak sosial-ekonomi kerja yang dibawah harapan, padahal Covid 19 menuntut akselerasi program dan termasuk edukasi publik. (msn.com) 

Komunikasi selalu mengutamakan tersampaikannya pesan. Namun materi-materi tersebut diatas disampaikan dengan pelbagai nada, dan membawa pesan yang lain pula. Pesan terselubung itu biasanya sangat terbaca dari atau oleh identitas sang pembicara. 

Pesan DPR kepada Presiden tentu berbeda dari Pesan Ketua MPR kepada masyarakat. Seperti bedanya pula Pesan Presiden kepada para Menterinya tersebut dalam pemberitaan diatas. Pengamat politik, wartawan senior, jeli membaca gelagat dan pesan terselubung di dunia politik.

Akan tetapi sayur oblok-oblok hilang sifatnya oblok-oblok kalau tidak menyebut dimana adanya gaya pesan terselubung di dunia komunikasi. Sudah sejak zaman Pujangga Baru sastra Indonesia telah menyebut jenis karya sastra Roman Bertendens. Dalam sebuah karya sastra diakui adanya pesan sebenarnya dari penulis karya itu yang bisa dikemukakan di depan atau dibelakang dari sajian kemasan indah karya sastranya.

Didepan saya ini terletak sebuah buku berjudul: "Just for You."  Sudah lama aku punya, dan sering melintas dibenak saya spontan: But Why Me? Not for youself ?.... Penulis buku itu bernama Mutiara Andalas SJ, seorang imam Katholik, yang saat itu studi doktoral di Berkeley USA. 

Menjawab pertanyaan saya tadi, di Kata Pengantar buku itu. Dia terbayang olehku menjawab: Kutulis 100 cerita pendek ini agar kau sendiri menerima dari cerita itu pesan pesan peristiwa dan banyak dialog diantara orang berbeda karakter.

Bahkan pastor Andalas itu dengan tertib meminjam pesan penulis lain mengatakan bahwa para penulis kata bijaksana itu sebenarnya menggurui dirinya sendiri. Dan dikatakan ada "pesan subversif" antar penulis dan pembaca. (Mutiara Andalas SJ, Yust For You Penerbit Kanisius Yogyakarta, cet.ke 5,2013.)

Pesan dari dialog antar yang bebeda karakter dan pesan subversif antara penulis dan pembaca tersebut diatas pada hakekatnya sama dengan pesan politis yang terselubung. 

Namun fenomena komunikasi ini punya warna nada yang berbeda-beda konsewensi dari jiwa dan perilaku pelaku. Sebab memang tujuannya sangat berbeda. 

Sekurangnya yang politis biasanya dengan tujuan keuntungan kekuasaan, atau sekurangnya ada sublimasinya untuk kesejahteraan Umum. Sementara yang non politis mengarah pada perubahan kepribadian atau edukasi diri.

Kembali pada Sayur Oblok-oblok sebagai pengalaman pribadi. Disana kami alami suatu komunikasi yang postif, saling memahami dan memperoleh manfaat. Tulisan saya yang sebelum ini dinilai oleh sahabat bagaikan sayur oblok-oblok. 

Bagi saya ada masukan berharga untuk perbaikan. Dan bagi komentatornya saya pahami dan diakui bahwa dia belajar berorientasi dalam membaca tulisan-tulisan panjang, banyak illustrasi yang membantu tidak cukup dengan memberi definisi saja.

Demikian komunikasi sosial dalam konteks serba verbal dan penuh simbolisasi. Dan itu akan lebih terrasa dalam dunia seni. Adakah Seni tersendiri dalam berpolitik?  Saya justru teringat ucapan pelukis kenamaan Picasso Pablo (1881-1973): "Seni adalah Kebohongan yang membuka Kebenaran". Sejauh mana kebenarannya silahkan Pembaca menyelaminya.

Tolong terima permintaan maaf dan hormatnya saya Sayur Oblok-oblok ini.

Ganjuran, Juli, 01, 2020. Emmanuwl Astokodatu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun