Menjawab pertanyaan saya tadi, di Kata Pengantar buku itu. Dia terbayang olehku menjawab: Kutulis 100 cerita pendek ini agar kau sendiri menerima dari cerita itu pesan pesan peristiwa dan banyak dialog diantara orang berbeda karakter.
Bahkan pastor Andalas itu dengan tertib meminjam pesan penulis lain mengatakan bahwa para penulis kata bijaksana itu sebenarnya menggurui dirinya sendiri. Dan dikatakan ada "pesan subversif" antar penulis dan pembaca. (Mutiara Andalas SJ, Yust For You Penerbit Kanisius Yogyakarta, cet.ke 5,2013.)
Pesan dari dialog antar yang bebeda karakter dan pesan subversif antara penulis dan pembaca tersebut diatas pada hakekatnya sama dengan pesan politis yang terselubung.Â
Namun fenomena komunikasi ini punya warna nada yang berbeda-beda konsewensi dari jiwa dan perilaku pelaku. Sebab memang tujuannya sangat berbeda.Â
Sekurangnya yang politis biasanya dengan tujuan keuntungan kekuasaan, atau sekurangnya ada sublimasinya untuk kesejahteraan Umum. Sementara yang non politis mengarah pada perubahan kepribadian atau edukasi diri.
Kembali pada Sayur Oblok-oblok sebagai pengalaman pribadi. Disana kami alami suatu komunikasi yang postif, saling memahami dan memperoleh manfaat. Tulisan saya yang sebelum ini dinilai oleh sahabat bagaikan sayur oblok-oblok.Â
Bagi saya ada masukan berharga untuk perbaikan. Dan bagi komentatornya saya pahami dan diakui bahwa dia belajar berorientasi dalam membaca tulisan-tulisan panjang, banyak illustrasi yang membantu tidak cukup dengan memberi definisi saja.
Demikian komunikasi sosial dalam konteks serba verbal dan penuh simbolisasi. Dan itu akan lebih terrasa dalam dunia seni. Adakah Seni tersendiri dalam berpolitik? Â Saya justru teringat ucapan pelukis kenamaan Picasso Pablo (1881-1973): "Seni adalah Kebohongan yang membuka Kebenaran". Sejauh mana kebenarannya silahkan Pembaca menyelaminya.
Tolong terima permintaan maaf dan hormatnya saya Sayur Oblok-oblok ini.
Ganjuran, Juli, 01, 2020. Emmanuwl Astokodatu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H