Berangkat dari pemikiran membahas tentang tidak mudahnya Disiplin Masyarakat menghadapi Covid19 dan PSBB.dirasa perlu mendalami lebih kedalam tentang sebab musababnya.Â
Sebab setelah saya mendengar pendapat saudara-saudara dari Bali, Surakarta, Jakarta, saya bertanya tanya sejauh mana salah warga masyarakat bila menunjukkan sikap kurang berdisiplin dalam berprotokol menghadapi Covid 19 dan PSBB (?)
Berdisiplin adalah perilaku atas dasar sikap yang bersedia taat asas, taat aturan dan prinsip lain yang dimiliki seseorang sadar atau dibawah sadar.Â
Prinsip hidup seseorang itu seperti keimanan, rasa tanggung jawab sosial atau demi harga diri, profesionalitas ataupun jabatan. Apabila berdisiplin dikupas sebagai ketaatan hukum warga negara maka bisa juga disebut lebih jauh beberapa pemikiran tentang rasa wajib sosial untuk kebenaran dan keadilan bersama bernegara.
Prinsip itu selain sebagai motivator juga secara moral memberi corak perilaku kedisiplinannya. Kedisiplinan dan sikap ketaatan bisa muncul pada sikap sopan santun dan itu termasuk sikap beradab.Â
Perilaku sosial beradab keseharian ini bukan masalah bodoh pinter tetapi lebih sebagai karakter yang terbentuk oleh edukasi lingkungan yang memang demikian tertata baik.(beradab)
Semua prinsip dasar berdisiplin sebagai tersebut diatas diandaikan apabila tidak terjadi perubahan. Perubahan masyarakat sendiri atau pribadi-pribadi warga masyarakat. Dengan perubahan semua bisa menjadi lain. Sebab perubahan itu juga bisa meresap pada prinsip dasar itu sendiri. Dimana mempengaruhi adanya sikap diantaranya  tidak disiplin.
Mari kita periksa dahulu realita dinamika masyarakat kita sampai saat-saat ini.
1. Pola interaksi oleh tehnik komunikasi dan informasi.
Ada banyak yang bisa dipertanyakan untuk disikapi, seperti  (1)belanja dalam jaringan,(2) pembayaran digital dan jasa perbankan,(3)teleworking atau bekerja dari rumah, (4) pendidikan dan pelatihan jarak jauh (5) pemanfaatan teknologi 5G dan bentuk-bentuk teknologi informasi dan komunikasi lainnya.Â
Apa sikap orang dan bagaimana nantinya dipertanggung jawabkan ?.Prinsip teknologi adalah menciptakan kemudahan. Setelah semua itu menjadi kebiasaan pasti akan ada pengaruh pada pola pikir, visi dan praksis kehidupan masyarakat pada umumnya.
2. Pola hidup sehat sesuai protokol kesehatan dan PSBB sampai saat ini.
Menghitung satu persatu perilaku mencegah penyebaran Civid-19 sebut saja : Jaga jarak, Tinggal dirumah, Hindari kerumunan, Perubahan cara ibadat.Perbahan kebiasaan adat seperti pelbagai hajat pesta, pernikahan, kunjungan orang sakit di RS pelayatan, Protokol karantina dan kunjungan antar daerah.Â
Penggunaan masker, Prosedur pemberiksaan atau test Covid19. . Perilaku arahan tersebut itu semua mengubah, sementara atau seterusnya baik adat istiadat,kebiasaan ibadat,dan sikap batinnya.Tentu perlu kita pelajari bagaimana respon dan atau reaksi warga sebenarnya.
3. Dinamika politik dewasa memuat tersembunyi potensi perubahan
Ada jelas warga yang menyisakan semangat persaingan di era Pilpres 19.baik dikiri maupun dikanan.Meskipun itu sulit dipetakan secara kelembagaan namun rupanya sering menggejala dari gerak maya yang tersaji di media.Â
Khususnya dari sebelah kiri selalu mengolah issue apa saja sambil menanti siapa tahu dengan pembodohan warga bisa membuat kekecewaan masyarakat yang menguntungkan impian mereka.Â
Tampaknya juga banyak move terjadi yang berdampak menambah bagi pemerintah baik kegiatan, kebijakan maupun pembeayaan.Maka dinamika politik yang lebih nyata diamati saja pada gerak dan kebijakan Pemerintah.
Nah mari kita runut dampak buah dari tiga aspek realita arahan maupun reaksi/respon warga dari ketiga dinamika yang kita hitung hitung tersebut diatas .
I. Realita dinamika pertama dari perkembangan teknologi informatika dan komunikasi menunjukkan gerak yang lebih pasti, harus diikuti, tetapi ada kepastian. Teknologi ilmiah mengkait hitung menghitung dan sarana-sarana yang pasti menuju target yang diperhitungkan aman. Semangat atau jiwa mentargetkan kepastian ini berdampak positip pada pola pikir berdisiplin. Dan memang filosofi teknologi adalah upaya menciptakan kemudahan.
Sementara itu realita dalam aspek kedua, untuk pola hidup sehat terdapat pula pesan tuntutan kepastian. Dan disertai ancaman kematian. Tetapi ancaman kematian itu justru terbentur oleh kepercayaan tradisional dan keimanan yang seringnya kurang rasional. Masyarakat yang masih sederhana tidak suka bicara kematian. Mereka perlu tuntunan edukasi yang tepat guna.
II. Yang berikutnya lagi dunia kesehatan memerlukan proses untuk melihat gejala-gejala sampingan dan gejala berikutnya dalam kurun waktu.Sebagai gambaran proses pemeriksaan hasil positif Covid19 dan adanya waktu karantina.Â
Masyarakat awam memerlukan pula tuntunan edukasi lagi, untuk memahami dan menerimanya realita itu. Realita yang dipahami sebagai kebenaran kenyataan yang terartikulasi terbukti terukur setelah dalam proses yang dipersyaratkan.
Tetapi memang belum ada negara didunia ini yang sudah mengalami memahaminya sejak awal Covid-19 yang "Baru" ini. Maka Dunia Kesehatan terkesan mau tidak mau memberi pelajaran berfikir dari yang serba pasti kepada yang serba mungkin.Â
Cara berfikir seperti mencari kebenaran yang bersyarat, atau dengan alternatip lain yang sama nyata bisa terbukti terjadi. Hal yang demikian itu bagi cara berfikir orang sederhana menjauhkan dari ketatan dan kedisiplinan, sebab alternatip yang dipilih adalah jalan yang paling mudah baginya.
III. Dari sisi politik kita dapat dicatat sedikit referensi ini  Menghadapi Covid-19 Pemerintah mengharapkan jalannya roda perekonomian tidak terhenti oleh PSBB. Maka Pemerintah dari  PSBB mengusahakan adanya tatanan Normal Baru. Ketua MPR Bambang Susatyo berpendapat protokol kesehatan pada era new normal sebagai landasan atau jalan keluar bersama dari resesi ekonomi. Â
Menyadari sekali Covid-19 telah merusak segala-galanya (kata Bam.Sus.) kepatuhan masyarakat pada protokol kesehatan akan membawa kita kepada kepastian baru. Dan Jubir Pemerintah untuk penanganan virus covid-19,Achmad Yurianto menegaskan pula bahwa Kesadaran masyarakat mematuhi protokol kesehatan menjadi dasar dalam memulai kenormalan baru.Â
Seluruh tatanan masyarakat harus dipastikan memahami upaya menekan penyebaran covid-19 itu Tetapi."Melaksanakan adaptasi kebiasaan baru ini bukan proses yang mudah dan sederhana untuk dilakukan," ujar Achmad Yurianto, dalam konferensi pers, di Gedung Graha BNPB, Jakarta Timur, Minggu, 21 Juni 2020. (https://www.msn.com/id-id/berita/nasiona)
Menilik ketegasan yang dicerminkan oleh dua tokoh Negara tersebut diatas masih banyak tuntutan dan harapan. Itu juga mencerminkan betapa pentingnya dipertimbangkan bahwa memang Covid 19 memakai istilah BamSut "telah merusak segala-galanya dan perlu dibangun kepastian baru".
Sebagian masyarakat telah berdisiplin mentaati protokol menuju kepastian baru, sebagian masih memerlukan edukasi yang serius. Tetap perlunya edukasi oleh Pemerintah dan oleh masyarakat sendiri agar Pola bertindak Masyarakat lebih kondusif, sesuai dengan pola zaman kedepan
Bukan zamannya berkompetisi tetapi berkolaborasi. Jangan puas dengan adanya Pengawasan tetapi budayakan Partisipasi. Dan Pemerintah dahulukan kepentingan memecahkan permasalahan bukan penyelidikan untuk memberi sangsi. Dengan demikian akan didapat pola pikir untuk berbagi dan berkreativitas bagi sesama.
Apabila semua ini belum terjadi jangan terlalu menyalahkan orang orang yang kurang disiplin - menjaga jarak, - menggunakan masker di medan terbuka diluar rumah. Yang mudah disadari adalah pilihan "mencari mudah".
Demikian bermenung ria, masih dalam zaman Covid-19. Berdisiplin atau menantang maut oleh sakit atau kelaparan. Tolong terima salam hormat saya, ada salah mohon dimaafkan.
Ganjuran Juni 22. 2020. Emmanuel Astokodatu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H