Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejauh Mana Salah Tak Disiplin?

22 Juni 2020   13:33 Diperbarui: 22 Juni 2020   13:39 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masyarakat awam memerlukan pula tuntunan edukasi lagi, untuk memahami dan menerimanya realita itu. Realita yang dipahami sebagai kebenaran kenyataan yang terartikulasi terbukti terukur setelah dalam proses yang dipersyaratkan.

Tetapi memang belum ada negara didunia ini yang sudah mengalami memahaminya sejak awal Covid-19 yang "Baru" ini. Maka Dunia Kesehatan terkesan mau tidak mau memberi pelajaran berfikir dari yang serba pasti kepada yang serba mungkin. 

Cara berfikir seperti mencari kebenaran yang bersyarat, atau dengan alternatip lain yang sama nyata bisa terbukti terjadi. Hal yang demikian itu bagi cara berfikir orang sederhana menjauhkan dari ketatan dan kedisiplinan, sebab alternatip yang dipilih adalah jalan yang paling mudah baginya.

III. Dari sisi politik kita dapat dicatat sedikit referensi ini  Menghadapi Covid-19 Pemerintah mengharapkan jalannya roda perekonomian tidak terhenti oleh PSBB. Maka Pemerintah dari  PSBB mengusahakan adanya tatanan Normal Baru. Ketua MPR Bambang Susatyo berpendapat protokol kesehatan pada era new normal sebagai landasan atau jalan keluar bersama dari resesi ekonomi.  

Menyadari sekali Covid-19 telah merusak segala-galanya (kata Bam.Sus.) kepatuhan masyarakat pada protokol kesehatan akan membawa kita kepada kepastian baru. Dan Jubir Pemerintah untuk penanganan virus covid-19,Achmad Yurianto menegaskan pula bahwa Kesadaran masyarakat mematuhi protokol kesehatan menjadi dasar dalam memulai kenormalan baru. 

Seluruh tatanan masyarakat harus dipastikan memahami upaya menekan penyebaran covid-19 itu Tetapi."Melaksanakan adaptasi kebiasaan baru ini bukan proses yang mudah dan sederhana untuk dilakukan," ujar Achmad Yurianto, dalam konferensi pers, di Gedung Graha BNPB, Jakarta Timur, Minggu, 21 Juni 2020. (https://www.msn.com/id-id/berita/nasiona)

Menilik ketegasan yang dicerminkan oleh dua tokoh Negara tersebut diatas masih banyak tuntutan dan harapan. Itu juga mencerminkan betapa pentingnya dipertimbangkan bahwa memang Covid 19 memakai istilah BamSut "telah merusak segala-galanya dan perlu dibangun kepastian baru".

Sebagian masyarakat telah berdisiplin mentaati protokol menuju kepastian baru, sebagian masih memerlukan edukasi yang serius. Tetap perlunya edukasi oleh Pemerintah dan oleh masyarakat sendiri agar Pola bertindak Masyarakat lebih kondusif, sesuai dengan pola zaman kedepan

Bukan zamannya berkompetisi tetapi berkolaborasi. Jangan puas dengan adanya Pengawasan tetapi budayakan Partisipasi. Dan Pemerintah dahulukan kepentingan memecahkan permasalahan bukan penyelidikan untuk memberi sangsi. Dengan demikian akan didapat pola pikir untuk berbagi dan berkreativitas bagi sesama.

Apabila semua ini belum terjadi jangan terlalu menyalahkan orang orang yang kurang disiplin - menjaga jarak, - menggunakan masker di medan terbuka diluar rumah. Yang mudah disadari adalah pilihan "mencari mudah".

Demikian bermenung ria, masih dalam zaman Covid-19. Berdisiplin atau menantang maut oleh sakit atau kelaparan. Tolong terima salam hormat saya, ada salah mohon dimaafkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun