Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mensyukuri Buah-buah Pikir

19 Mei 2020   10:58 Diperbarui: 19 Mei 2020   10:58 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Opini dianjurkan sebagai suatu pendapat yang sudah lebih berkwalitas dari sisi pertanggung-jawaban ilmiah, misalnya dengan hasil riset atau penelitian tertentu. 

Buah pikir yang demikian saya memang tidak berkeberatan menerimanya dan memahaminya. Hanya mengingat istilah Opini publik / Public opinion  juga marak digunakan di kalangan pers, maka usulan dimuka susah juga dipahami pembedaannya. 

Namun itu membuat kita sadar bahwa pers, atau TV, dan media sosial dengan pelbagai lontaran issue mengaku atau tidak mengaku pasti mempunyai maksud menyampaikan pesan yang untuk mempengaruhi pendapat kita.Kalau bisa membentuk pengapat umum, public opinion. 

Setiap buah pikiran yang disampaikan dari pihak lain pasti memiliki maksud atau makna sosial, yaitu membawa pesan yang mau mempengaruhi pemikiran orang lain.

Beberapa kali Kompasiana memuat artikel tentang konsepsi "Meme". Biang buah pikiran yang membuahkan pikiran orang lain yang tiada batasnya sampai sejauh mana. 

Itu yang menjadi motivasi saya juga untuk sebanyak mungkin membagikan kebaikan. Seperti suatu ketika saya keheranan sebuah tulisan saya dikutip sebagai definisi kata kunci tulisan seorang penulis,anggota DPRD dari Sukabumi, dalam sebuah desertasinya. 

Terhadap kasus ini saya bahkan ingin mengingatkan pada adagium yang membatasinya pengaruh buah pikir dengan formulasinya : Globally thinking, locally act. Berfikirlah seluas mungkin, tetapi bertindaklah diatas bumi.

Pada tahun 1990 saya mengikuti sebuah LSM yang menggerakkan petani untuk kembali ke pertanian alami. Dari wilayah ke wilayah lain menyelenggarakan pertemuan petani. 

Setiap kali pertemuan tahunan dengan mengundang tiga pakar satu dibidang keimanan, kedua dibidang organisasi, gerakan atau sosial budaya. Dan ketiga dibidang tehnik pertanian. Setiap pertemuan tahunan diundang kelompok tani yang pada pertemuan sebelumnnya sudah dihadirkan. Mereka berdiskusi berbagi pengalaman. 

Sepulang dari pertemuan tahunan sebulan sekali mereka semua dalam kelompok kecil terus membahas bahan-bahan masukan dari pertemuan sebelumnya.  

Saya sebagai orang yang tidak pernah sebelumnya belajar tentang pertanian, bergabung dan menghantar para petani berdiskusi dan mendorong mengajak mereka melaksanakan buah pikir mereka sendiri. Dan saya menjadi ikut mahir menularkan pengalaman petani kelompok disini ke kelompok lainnya. Buah-buah pikiran itu berkembang tak ada habisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun