Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Catatan Cinta Sahabat

21 November 2018   14:36 Diperbarui: 21 November 2018   15:08 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Awalnya sebenarnya ada pada sebuah tanggapan terhadap ungkapan kata "teman dan sahabat adalah karunia bagiku", yg saya lontarkan di Facebook dan ditanggapi oleh teman satu kalimat pendek: "Saya tidak percaya pada Persahabatan". Sebenarnya tidak jelas pula kalimat pendek itu mau menghadirkan apa. Apa yg mau dikatakan dengan "tidak percara pada persahabatan".

Pada hari berikutnya saya mendapat kiriman ungkapan berjudul "Sahabatku" dan tertulis pula : "Selamat  Hari Persahabatan Sedunia". Karena saya tidak tahu kapan Hari Pesahabatan Sedunia itu dirayakan maka aku menjawab : "Bagiku setiap hari adalah hari persahabatan."  

Meskipun apa yang saya tulis itu saya sungguh hayati, tetapi ketika itu alasan saya menjawab demikian hanya mau mengelak pesan tambahan pada ucapan selamat yang saya terima itu.Teriring ucapan itu ada permintaaan yang bersifat mendesak agar meneruskan mengirim ucapan ini kepada sahabat termasuk kepada sipengirim sebagai tanda persahabatan. Itu saya tidak sepakat sebab saya merasa memberi beban moral kepada sahabat-sahabat saya. .

Sahabat saya memanggil saya sahabat dan saya memberi status gelar sahabat. Akan tetapi apabila saya teliti rasa persahabatan saya kepada mereka amat beraneka dan berbeda satu sama lain. Nah untuk lebih memahami nilai persahabatan itu akan saya hitung persahabatan saya sejak saya bisa berteman dan bersahabat. Mungkin dengan ini bisa kita pahami bagaimana teman saya di Facebook yang terkutip dimuka."Saya tidak percaya persahabatan."

Teman Akrab Seklas Sepermainan di SD klas 5-6, kami bertiga, sebut saja A,B,C.merupakan top diklas dalam hal prestasi belajar. Tiga matapelajaran teruji saat itu adalah kebanggaan kami masing-masing. Yaitu Berhitung (matematika), Bahasa Indonesia, Pengetahuan Umum. Kenakalan pun ciri khas komplotan / geng bocah ingusan itu. Kami saling memperhatikan dan memperhitungkan selalu sedapat mungkin kepentingan kami masing masing di sekolah, dirumah, dilapangan permainan setiap harinya. 

Ya kami akrab, erat, kompak sejauh dimungkinkan. Sampai kami harus memilih sekolah lanjutan. Kami berpisah dan sepertinya selesailah pertemanan dan persahabatan kami. Terselip selembar kisah bagi saya, bahwa dari seorang ayah salah satu sahabat saya itu terucap larangan terhadap anaknya untuk tidak lagi berteman dengan saya, karena saya anak nakal. 

Kisah sepatah kalimat itu justru motivasi dan intensitas niat saya untuk menjadi "anak nakal yang baik" sepanjang hidup saya sampai sekarang. Dan sejak itu persahabatan sungguh tinggal kenangan sampai pada suatu ketika kami sempat bertiga bertemu reuni diusia sekitar 40 th. Dan tidak terdapat kisah peristiwa persahabatan lagi antar kami dengan kepentingan masing masing dan di domisili masing masing.

Kepentingan kebersamaan (serumah tinggal/asrama, tugas belajar dsb) ataupun kepentingan minat (olah raga,musik,hobby) mewarnai pertemanan kami di SMP/SMA. Disana saya juga bisa menghitung dua orang teman yang boleh saya sebut sahabat, dan dua tiga teman saya sebut teman akrab. 

Semua hanya atas dasar kepentingan kepentingan itu untuk saya ukur kadar saling akab, saling memperhatikan dan menjadikan prioritas dalam berteman. Hal itu boleh saya katakan bagaimana setelah kami tinggalkan sekolah kami itu, ternyata sahabat saya dua orang masih memberi perhatian, saling berhubungan, sekali waktu saling membantu secara finansial dan kepentingan saat kami dewasa. Sementara itu ada 15 teman akrab di SMP/SMA (minim 4 th kami tinggal seasrama seklas) diusia 55-60 tahun kami adakan pertemuan reuni hingga 4 kali. Pertemanan dan Persahabatan kami ini bukan pertemanan untuk pematangan hubungan sosial seksual, tetapi murni demi hubungan sosial murni saja. Untuk terjalin hubungan hubungan sosial seksual dan bahkan finansial kami kelima belas teman semuanya mandiri, sesuai jalur domisili, pendidikan, profesi masing masing. (dari 15 ini masih hidup tinggal 7 orang, 2 mantan dosen, 2 pastor emeritus,2 mantan aktivis lsm, 1 orang mantan wartawan) 

Pada tataran pendidikan perguruan tinggi sampai dilapangan kerja saya mencatat  tiga nama Sahabat lagi. Kepentingan yang mengikat kami adalah seorang untuk pembelajaran dan dua orang untuk kerjasama profesional. Disamping kepentingan keakrapan itu ditandai oleh minat bersama dalam diskusi dan beradu argumen demi labih baiknya capaian target. Dari sahabat ini sudah seorang meninggal dunia.

Dari para sahabat ini tidak ada pengalaman saya untuk melatih komunikasi untuk menjadi suami- isteri. Sejak awal saya belajar berlatih berkomunikasi dengan calon isteri sudah langsung ketika memilih dia untuk calon isteri bukan dari pertemanan kerja atau sosial remaja. Sementara dari pergaulan pertemanan dewasa  ada sejenis kepentingan dan minat yang berkembang adalah Sahabat Spiritual. Terjalin persahabatan rohani/spiritual yang spontan demi kepentingan pengembangan hidup rohani/keagamaan. Dalam jalur ini juga persahabatan itu bisa antar jenis tanpa peduli perbedaan gender dan tanpa gangguan dari sisi itu. Ada beberapa teman saya, yang menghayati sebagai sahabat dalam suatu persababatan spiritual. Disana kami saling menghormati dan sebisanya memperhatikan kepentingan rohani mereka dalam pengembangan visi, semangat dan karya cinta kasih. 

Saya mempunyai idola dalam persahabatan spiritual ini antara St. Fransiskus dan Sta Clara yang keduanya di tempat masing2 saling mendoakan, dan memberi semangat pengabdian sebagai pemimpin biawarawan dan biararawati.

Belajar dari beberapa bacaan dikatakan oleh Dorvan dan Adelsen bahwa persahabatan adalah persiapan remaja menuju Cinta yang lebih dewasa. Disana berperan sekali Rasa ketertarikan antar pribadi. Disana faktor afektif sangat utama berperan dan dikembangkan. Dalam pada itu pembentukan jati diri dikembangkan bersamaan dengan kasadaran akan teman teman yang dirasa sekedar sebagai obyek dan akunya menjadi subyeknya. Namun perkembangan yg terjadi adalah adanya saling percaya antar mereka.

Tadeschi menghitung 8 faktor utama dalam persahabatan :

a)Harapan sahabat itu terbuka, jujur, menimbulkan saling percaya.

b)Memberi / Menerima dan akrab

c)Keakraban itu tanpa syarat

d)Kesediaan keberanian berkorban

e)Harapan/percaya akan ada empati/simpati dari sahabat

f)Percaya/berharap bahwa sahabat itu punya status dan kehormatan

g)Percaya/berharap bahwa sahabat itu punya kesamaan sikap dan kebutuhan

h)Berharap ada bukti sosial bahwa mereka saling menaruh perhatian (dgn hadiah)

Para peneliti (Wheeler,Sigali dan Landy, Synder) pada umumnya juga menyebutkan bahwa persahabatan juga memasalahkan status sosial, kwalitas pribadi secara sosial juga seperti kemampuan akademis, relasi relasi terhormat dsb. 

Demikian tadi pendapat para ahli psikologi yang saya baca dari antara lain ceramah Adijatmo Astjarjo S.Psi.MM di suatu pertemuan pemuda Yogyakarta, 2017  Tetapi saya melihat setiap orang dihadapkan pada suatu Peristiwa, Itulah Pengalaman dan mulai dengan pemaknaan, dilanjut dengan Pengakuan/Penerimaan, dilanjut dgn Pengamalan pesan dan makna2 yg diserap. Sehingga peristiwa persahabatan saya sepanjang hidup saya ini menjadi Catatan Cinta Sahabat yang asli, dan akan menjadi permenungan sebagai langkah saya necep(menyerap) neges (memaknai) dan mengemban pesan Peristiwa hidup ( mencoba mengamalkan pesan), ( Belajar dari Dr.Greg Utomo pr, dengan Necep, Neges, Ngemban, .sikap terhadap peristiwa atau Sabda) Sesuai dengan signalemen Dorvan dkk. Saya pun memperoleh kemantapan, bahwa jatidiri kita itulah Niat dan Motivasi, Dinamikanya itu Rasa Keterpanggilan dan Respon kita terhadap dunia diluar diri kita. Semua itu harus diwarnai Cinta kasih,dan Semangat belajar abadi. Inilah jati diri dan visi kehidupan dari pesan cinta sahabat bagi saya. Dan jelas persahabatan lebih dari sekedar persiapan remaja untuk hubungan cinta yang lebih dewasa, tetapi bisa terjalin persahabatan khas dewasa, spiritual, dan sampai mati. 

Semoga Catatan Cinta Sahabat ini bisa secara baik saya komunikasikan saya bagikan  agar mungkin membuka wawasan dan persahabatan pula. Salam hormatku berserta terima kasih saya atas kesediaan membaca tulisan ini.

Ganjuran, 20 November 2018

Emmanuel Astokodatu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun