Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar dari Perkentutan dan Perselingkuhan

13 Juni 2018   16:50 Diperbarui: 13 Juni 2018   16:55 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Belajar itu kadang bisa dengan membaca aneka peristiwa yang sederhana dan berceceran disepanjang perjalanan hidup ini. .. Saya ingin mengajak belajar tentang "kontroversi" yang kadang marak dimana-mana dan kapan saja.  Perbedaan pandangan pendapat ada banyak macam alasan, pemicu dan dampak. Tetapi perbedaan2 pendapat itu secara sosial kebanyakan tidak menguntungkan kendati sebagai bahan pembelajaran mengasyikkan.

Sekolah dan asramaku sungguh sangat tertib dan disiplin. Ada WA grup alumni 1950-1970  beranggota ratusan orang sukses. Ada aturan asrama/sekolah yang mewajibkan tidak bicara yang disebut Silentium Magnum  setelah Doa malam hingga pagi saat sarapan jam 07.15. Dan silentium pada jam belajar jam 18.00- 19.30.

Kenakalan remaja yang dari satu sisi pelanggaran terhadap makna tata tertib dari sisi lain suatu kreativitas yang kontroversial juga. Bayangkan diruang tidur yang diisi lebih dari 100 orang, ditengah kesepian semua mau tidur,  ada sementara teman bisa kentut bersautan. Maka kegaduhan terjadi. Reaksi dari orang dekat yang tidak suka akan udara yang tidak sedap, reaksi orang terkejut dan melihat sebagai kejutan gangguan untuk tenang mau tidur.

Reaksi teman yang simpati dan bertanya tanya jangan jangan itu kentutnya orang sakit salah makan.Pamong pembina siswa yang kamarnya bersebelahan segera menyalakan kembali lampu besar ruang tidur itu. Tetapi mana bisa tahu siapa dia dan dia yang bersekongkol kentut bersautan. Dan mereka ini "mungkin" penderita sakit perut, tidah bisa disalahkan begitu saja sebagai pelanggar tata tertib.

 Kenakalan remaja yang sama berikutnya sudah merupakan kesengajaan yang lebih nakal. Sekitar lima teman disaat teman-teman belajar jam sore, bersepakat pergi bersama ke lokasi WC/Kamar mandi, seperti orang masih mau buang air saja. WC sekolah itu terkumpul. Ada yang satu lokasi terdapat 20 WC.  Model wc saat itu dilengkapi adanya tampungan air diatas yang saat hendak mengguyur kotoran harus menarik rantai  Ulah lima teman ini memang sengaja membuat gaduh.

Seorang memberi komando sambil memantau pengawasan dari Pembina siswa, dan empat yang lain berlarian dari WC satu ke lain WC semuanya dan menarik rantai alat pengguyur kotoran. Bayangkan dalam seketika 20 WC membuat suara air menggelontor mungkin sempat oleh empat teman tadi masing2 lebih dari 5 WC ditarik airnya dan suaranya.

Perilaku orang memang sering membuat orang lain memberi penilaian berbeda. Maka selain yang bersangkutan mungkin sudah sebagai penyandang pikiran dilemmatis (dalam keraguan), lalu apa lagi penontonnya bisa memberi tanggapan berbeda beda sesuai dengan pandangan penonton masing masing. Coba saja menonton film atau sinetron kemasyarakatan. Sering disajikan gambaran figur watak watak atau perilaku unik yang mengundang perhatian kita. Dan dengan lebih mudah kita menandai mau tampil sebagai watak apa figur itu.

Apalagi kalau kita mau berkelanjutan mengikuti sebuah sinetron. Sinetron jaman now seperti halnya Roman bertenden zaman Balai Pustaka para pujangga baru seperti Marah Rusli. (Siti Nubaya),  Abdul Muis (Salah Asuhan); S.Takdir Alisyahbana (Layar Terkembang). Sekarang ini saya menunjuk sinetron Dunia terbalik,(RCTI), Siapa Takut Jatuh Cinta (SCTV) dan Tukang Ojek (RCTI) merupakan penyaji pemeran2 watak yang anekaragam dalam kehidupan sehari hari dalam konteks lingkungannya.

Kendati mungkin anda melihat semua itu sekedar sajian rekayasa penulis novel dan keahlian sutradara sinetron, tetapi bisa mewakili dan menghadirkan kehidupan. Kita bisa banyak belajar disana dengan kacamata masing masing kita. Mestinya kita sadar bahwa dalam synetron mamang disajikan kontroversi -kontroversi watak dan penonjolannya.

Memang berbeda dengan pengalaman nyata saya berikut ini. Suatu kejadian yang terjadi sebelum tahun 1980. Saya berdiskusi tentang figur seorang yang guru desa dalam lingkungan yang masih sangat terbatas pada waktu itu. Guru itu seorang tokoh bila sekarang mungkin disebut Playboy. Orang itu terkemuka tetapi beberapa kali (lebih 3 kali) terlibat kasus perselingkuhan. Tetapi tokoh itu dimata saya merupakan figur yang akhirnya bertobat dan masih berani melaksanakan tugas tugas dan tampil didepan umum.

Itu suatu sikap realistik dan atau kerendahan hati dan keperwiraan. Sementara lawan diskusi saya berpendapat itu sikap masa bodoh dan tebal muka tidak tahu malu. Diskusi itu tanpa kami sadari ternyata didengar dua anak pak guru yang kami bahas. Mereka dan keluarganya hingga sekarang menghargai saya, khususnya karena saya mau memahami bapaknya.

Masyarakat 1980 dan masyarakat sekarang belum banyak berbeda dalam hal bahwa mereka tidak merasa nyaman bila melihat pelanggaran hukum kemasyarakatan. Lebih lagi atau khususnya dalam hal perkawinan dan atau hal yang bersangkutan dengan seksualitas.  Ada istilah dalam synetron di RCTI berjudul  "Dunia Terbalik" istilah dari peran Bang Aceng dan Kakek Said, apa yang mereka katakan: "Pejuang Cinta".

Pejuang Cinta RCTI seorang kakek berhasil dalam persaingannya merebut hati perempuan muda cantik kembang desa. Sementara Pejuang Cinta yang saya saksikan adalah peristiwa percintaan seorang janda dan duda di kawasan kecamatan saya. Janda itu menaruh hati pada mantan komandannyayang juga sudah menduda. Sang janda merasa sudah pernah direstui oleh suaminya untuk menjalin hubungan dengan komandannya.

Tetapi untung tak dapat ditolak bala tak bisa dihindarkan, percintaan mereka tidak didukung dan disetujuai oleh anak-anak kedua pihak. Dan merekapun tidak kunjung menyerah.Tetapi ketika mereka tidak segera melangsungkan pernikahan dan mereka tetap kesana kemari didepan umum seperti layaknya suami isteri. Maka terjadi heboh dilingkungan kami. Dan pejuang cinta terpaksa perjuangannya dihentikan oleh kematian salah satunya. Tuhanlah yang akhirnya  menyelesaikan problema dan kontroversi peristiwa lingkungan kami.

Problematika kasus "percintaan" yang diselesaikan oleh Tuhan dengan kematian adalah Percintaan bahkan Perkawinan Poligami yang dihadapkn kepada Hukum Perkawinan Gereja yang monogamis. Beberapa kasus saya saksikan bahwa kematian yang menyelesaikan. Beberapa kali pembabtisan masuknya warga baru kedalam Gereja, ditunda sampai apabila lelaki itu bersedia menceraikan salah satu isterinya. Banyak kali terjadi mereka dibabtis setelah salah satu isterinya meninggal sehingga perkawinannya monogami.

Ada kasus lain lagi. Disana seorang pengkhotbah salah satu profesi kepemimpinan suatu Gereja meninggalkan tugas pelayanannya setelah ayahnya meninggal. Ketika temannya menanyakan dia menjawab bahwa dia harus menggantikan peran ayahnya untuk adik adiknya. Suatu jawabab yang sangat wajar. Tetapi jawaban mengejutkan ketika saya bertanya kepadanya dalam satu dialog dari hati ke hati.

Ternyata pada profesi didalam Gereja itu hatinya tidak nyaman. Ada pertentangan batin. Dia mengaku bahwa jalur panggilan hidupnya sebagai pelayan umat itu bukan untuknya. Dia selalu sebelum itu didorong oleh ambisi ayahnya. Bahkan katanya : Ayah yang terpanggil, saya yang menjalankannya. Setelah ayah meninggal tugasnya/panggilannya berakhir "jadi saya mengundurkan diri dalam menjalani panggilan ayah".

.Pembelajaran yang saya peroleh:

1.Tidak setiap peristiwa menarik untuk dipelajari, kalau tidak ada unsur kontroversial. Dalam kasus kontroversial terdapat pihak-pihak yang punya tersendiri/saling berbeda: prinsip, visi, misi, opini, cara pendekatan dan cara memandang, yang masing masing mempunyai dan membawa dampak tersendiri.

2.Yang sangat tajam bila ada pertentangan antara Cinta/hasrat/dalam situasinya dikonfrontir dengan Prinsip moral dan rasa kebajikan/keadilan Publik

3.Namun kebijakan Pemimpin yang arif sangat sering kompromi melalui prinsip " In dubio libertas (Dalam keraguan orang bebas terhadap pilihan) atau juga mengambil pilihan Minus Malum (Yang paling kurang jahat).

Demikian kompilasi permenungan saya dua bulan terakhir ini.  Semoga ada manfaat apatah ini, saya boleh "berbagi bukan hasil belanja",  cuma hasil lamunan. Dan maaf tolong terima salam hormat saya.

,Ganjuran, 12 Juni 2018,  Emmanuel Astokodatu

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun