Apabila budaya saja selalu mengandung unsur konflik, apalagi kalau kita berbicara apa yang dimetaphora diatas disimbolkan dengan Nabi. Yang diberikan oleh Nabi tentu sesuatu nilai baru. Nilai dan makna yang baru itu mengandung makna yang harus dikomunikasi berkelanjutan. Itulah yang sering disebut dakwah atau mission/perutusan pada sifat social setiap aliran keimanan.Â
Maka dakwah dan perutusan adalah mekanisme yang substansial, berakar pada substansi yang kita bahas yaitu budaya yang mengandung sifat keagamaan atau religious di NKRI bangsa dan negeri kita ini. Kita semua meski dalam taraf yang berbeda beda, tetapi sama sama memahami usnsur unsur budaya bangsa kita sendiri yang cukup membawakan nilai nilai religiositas. Maka terjadi gesekan gesekan social budaya dan bukan gesekan agama.
Kita memang harus hidup semakin cerdas, gunakan ilmu kepatutan, strategi kebutuhan, kesantaian yang rasional, semakin dini membudadayakan hidup budaya religious yaitu ugahari tertata penuh kasih dan damai.
Pesan dari permenungan saya ini, marilah kita jaga kenyamanan kebersamaan berbudaya bangsa yang religious ini.....  mengapa?... karena anda semua paham mana budaya mana agama di  kehidupan kita mengandung religiositas ini.
Akhirnya tolong terima salam hormat saya,
Ganjuran, 5 Maret 2018. Emmanuel Astokodatu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H