Desemberbiru. Dua kata yangsebenarnya mau saya tulis sebagai judul tulisan ini : Desember Biru 2016.Tetapi pengkotaan peristiwa-peristiwa di bulan Desember itu terlalu sempit.Biarpun “trends” (maksud saya : “kecenderungan”) sekarang ini diciptakannyakotak. Ada kotak baru bernama “kafir”, ada kotak Ahok, dan lain lainnya. Adaperistiwa Demo Damai ada Event Doa Monas Akbar, Ada sweeping “atribut”, adahiasan Natal di istana Negara. Ada pengeboman gereja, ada penangkapan teroris.Diseling peristiwa alam gempa bumi, tanah longsor, dan banjir yang membuat sibuk para penulis warta danpembahas peristiwa. Ada kesemarakan tulisan dinegeri maya yang cukupcontroversial. Semua akan tertuju pada perayaan Natal 2016 dan Tahun Baru 2017.Sebenarnya secara keseluruhan dalam tulisan saya sebelum ini ( disini : http://www.kompasiana.com/astokodatu/ambil-sikap-bijak-terhadap-peristiwa_58535c97169773bc4bfb1db5 ) telahsaya sampaikan bahasan bagaimaa sikap menghadapinya. Akan tetapi kendatitulisan itu banyak pembacanya sayang sepi tanggapan. Maka saya sampaikan satugagasan lagi agar semakin marak lagi menyambut Natal tahun ini dan Tahun Baru 2017.
SuatuMindset atauLifestyle yang didasari suatu padangan hidup yang sungguh dihidupi ingin sayapaparkan berdasarkan pemahaman penulis dari masih muda. Sebab semuanya didengardan dilihat dari lingkungan sendiri dan di refleksi berdasarkan panduan orangtua dan dari tradisi dan kebiasaan bumi kita sendiri. Mindset itu sayasampaikan dalam 4 prinsip sbb:
1. Pahambahwa kehidupan kita itu ada dalam realita yang bisa disebut : satu, Jagad Gede,dua Jagad Cilik. Jagad Gede adalah semua realita ada kejadian di alam dan duniakehidupan bersama, yang beraneka sumber energinya, dan bersifat jamak.Sementara Jagad Cilik adalah dinamika dan realita pribadi kita, kesadarankecenderungan, mobah mosiking angga pribadi kita.
Dinamika(mobah mosik) dunia dunia itu ada dalam keselaranan (harmoni). Apa yang terjadidi dunia luas pada prinsipnya juga terjadi pada jagad kecil. Atas dasar itu adadua pesan besar : 1. Kita bisa bercermin, jagad gede sebagai cerminproblematika jagad kecil, atau sebaliknya, 2.memperbaiki jagad gede mulailahdari jagad cilik. Perbaiki jagad, mulailah dari diri sendiri
2. PahamHarmoni, Keseimbangan dan atau Keselarasan harus terus dijaga ditingkatmanapun, baik perilaku maupun alam sekotar kita.
Nongoya ngono ning ojo ngono, adalah pesan moral yang lahir dari paham ini. Yang artinya: Ya boleh begitu, tetapi jangan sedemikian banget. Juga pelbagai pesankesederhanaan. Kemewahan dan yang serba berkelebihan itu tidak baik.Pesanberupa tantangan untuk memilih : Garang garing, atau Garing garang. ? Gayagagah tetapi sederhana, atau gaya sederhana tetapi megah. Pilihan keseimbangandan harmoni dikemukakan.
3. PahamEmpiri, yang dimaksud adalah pentingnya pengalaman, pentingnya aktualisasinyata bagi setiap kebijakasanaan. Kebijaksanaan belum diaktualisasikan ituomong kosong belaka. Maka penting refleksi diri daripada mendengar dan mencatatpengetahuan. Guru tidak membeberkan sepenuhnya kebijaksanaan, tetapi siswaharus menemukan sendiri lewat permenungan atau refleksi.
Rupanyagaya mengajar Socrates filsoof Yunani : method mayetika digunakan disini: Guruitu bidan yang membantu siswa yang melahirkan ilmu pengetahuan.
4. ManunggalingKawula Gusti. Cita cita Jagad Cilik dalam keselarasan diri yang sempurna adadalam posisi bersatunya diri manusia dengan Sang Gusti yang di “roso”kan hadir.Manusia dengan itu mengalami realitakenyataan yang sebenarnya.
Dalamcerita pewayangan Jawa ada paham yang berbeda tetapi sama sebagai cita citaharapan eskatologis tentang Keselamatan dan Datangnya Ratu Adil, tentang konsepfenomen “Punokawan” Semar yang adalah sendiri Dewa Besar Hyang Ismoyo,saudaranya Dewa Basar Sang Guru.
Yangdi permukaan dan yang dikedalaman.
Pembaca yang budiman,fenomen fenomen Desember biru banyak memberi sajian yang menunjukkan adanya pihak yang gagal paham melihat antara yangdi permukaan dan mana yang ada di kedalaman. Atau memang ada kesengajaan tidahmau melihat perbedaan yang dipermukaan dan yang di kedalaman karena alasan yanglain misalnya politis…. Dari pemikiran strategi politis menjadi perilakupenistaan agama dikaitkan dengan pengeboman gereja dilanjutkan dengan terror danmakar. Seorang pemikir Islam yang saya hubungi dia melihat bukan lagi masalahbudaya, masalah Timur dan Barat, bukan agama dan perbedaan tafsir, bukan liberalismatau demokrasi, tetapi secara global semua adalah kerakusan.
Di Jawa ada ungkapan sinis, “wongJawa wis ilang jawane” maksudnya orang sudah kehilangan sifat aslinya. Mungkin jugaharus dikatakan Indonesia kehilangan Pancasilanya. Orang bisa kehilangan adatsopan santun citarasa kepekaan dan sifat tepo sliro, sebagaimana ayah bundapeka dan perhatian kepada anak anak. Hilangnya sifat peduli anak dari orangtua, hilanglah rasa cinta dan hormat kepada adat budaya nenek moyang. Makatercabutlah segala nilai baik yang dipermukaan maupun yang dikedalaman.
Maka tidak mengherankangagal paham yang terjadi yang jauh dari kepahaman adhi luhungnya budaya leluhurdan rangkuman nilai seperti terrangkai dalam Pancasila.
“Seandainya saja Jawamu,ataupun Indonesiamu tidak luntur, tak terjadi Desember biru itu…..”
Selamat Natal dan Tahun Baru untuk semua, semoga semua dapatmerayakan sesuai dengan keimanan masing masing.
Hormatku untuk anda paraPembaca,
Ganjuran, tg 24 Desember2016, menanti Natal Emmanuel Astokodatu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H