Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

P e s t a

10 Juli 2016   18:49 Diperbarui: 10 Juli 2016   18:57 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbagi Maaf dan kembali kepada fitri.

Dari permenungan diatas beberapa “catatan kecil” atau “catatan pinggir” ingin saya sampaikan sebagai berikut ini :

  • Budaya membudayakan, mengembangkan. Aktualisasi dan membawa praksis yang cenderung memperbarui. Sebaliknya Agama mengendalikan cenderung membatasi.. Ada kreativitas dari generasi ke generasi.
  • Ada kecenderungan kebesaran dan keistimewaan Hari dan Event membuat orang merasa boleh memaafkan diri bebas dari rutinitas. Contoh : http://www.kompasiana.com/ venusgazer/lebaran-hari-boleh-nggak-pakai-helm_577cf63641afbdf618f05b48
  • Berbagi Maaf dan kembali kepada fitri, dihari Idul Fitri bukan buah budaya tetapi perintah  Agama, sekurangnya hak/anugerah istimewa seperti dalam agama Yahudi dan Katholik ada Tahun Sabath, Tahun Yubelium, Tahun Keselamatan bagi para pemeluknya.
  • Tetapi  menarik juga Rekan Kompasianer di @tuturku, mengupas acara mudik dan yang politis disini : http://www.kompasiana.com/tuturku/ritus-mudik-dan-yang-politis_5779ecb8927e610e28b7ee22  Dengan mengutip terlebih dahulu Weber yang mengatakan tentang perluasan rasionalisasi menghilangkan daya pesona (magis), mengutarakan gaya mudik sebagai seperti ritus yang ditawarkan sebagai siasat budaya yang berusaha melawan “kehampaan makna” karena budaya modern (urban) tadi. Kehampaan makna hidup di kota-kota. Kehampaan yang hadir sebagai konsekuensi radikal dari perluasan rasionalitas.
  • Sementara saya hanya ingin menyampaikan tambahan untuk mengarah kepada harmonisasi saja kutipan ini : “Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan rendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Al A’Raaf: 55) Dan mengajak berorientasi pada
  • Landasan dalam Menyikapi Tradisi/Budaya oleh PWNU Jatim a.l.: a. Ayat al-Qur'an dan hadits yang Redaksinya Mengakomodir Tradisi/Budaya Masyarakat b. Pengakomodiran Tradisi/Budaya Jahiliyah Menjadi Ajaran Islam c. Pendekatan Terhadap Tradisi/Budaya d. Melestarikan Tradisi/Budaya Yang Menjadi Media Dakwah 4. Sikap dan Toleransi Terhadap Pluralitas Agama dan Pemahaman Keagamaan a. Sikap Terhadap Pluralitas Agama b. Toleransi Terhadap Agama Lain c. Toleransi Terhadap Pemahaman Keagamaan Selain Ahlusssunnah wal Jama'ah 5. Konsistensi Menjaga Persatuan Bangsa untuk Memperkokoh Integritas NKRI.. http://www.kompasiana.com/terajuindonesia/hasil-bahtsul-masail-pwnu-jawa-timur-tentang-islam-nusantara_56c157387693730606bdecec

Demikian permenungan Syawalan saya ini, Semoga bermanfaat.

Salam hormat saya:  Ganjuran  9 Juli 2016, Emmanuel Astokodatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun